Griya Beraban..Kedatanganku disambut baik oleh Tante Yuni, istri dari Om Gustu dan juga Tante Tut, istri dari Om Gusnom (adiknya Om Gustu). Sementara anggota keluargaku lainnya Om dan Tante yang lain sedang bekerja dan adik-adik sepupuku sedang sekolah. Tuniang Ratu Istri, nenekku, Ibu dari Om dan tanteku di Griya Beraban sedang memenuhi undangan upacara keagamaan Hindu.
Griya Beraban adalah rumah keluarga dari suami adiknya nenek kandungku. Kebetulan leluhurku berasal dari kasta Brahmana, yaitu kasta jenjang atau golongan derajat tertinggi berdasarkan kepercayaan agama Hindu. Kasta dalam agama Hindu di Bali ada empat tingkatan yang ditandai dengan awalan nama setiap anggota golongan, yaitu:
Brahmana, sebagai kasta tertinggi secara vertikal atau pendeta yang diyakini sebagai ahli Wreda dan lebih dekat dengan Dewa. Secara horizontal, kasta Brahmana berkedudukan sebagai penasihat dari para raja. Kasta ini biasa diawali dengan awalan nama Ida bagus untuk lelaki dan Ida Ayu untuk perempuan.
Ksatria, sebagai kasta kedua atau para raja yang memimpin pemerintahan. Secara ekonomi, kasta ini membiayai kehidupan para Brahmana sebagai penasihat mereka. Ksatria biasa diawali dengan awalan nama I Gusti Ngurah, Cokorda, I Gede.
Waisya, sebagai kasta ketiga yang bertugas sebagai pengatur perekonomian. Kasta ini biasa diawali dengan awalan nama I Gusti bisa untuk lelaki ataupun perempuan.
Sudra, sebagai kasta terendah yang secara horizontal tidak memiliki tugas apapun. Dapat dikatakan, kasta ini sebagai para pekerja. Memiliki awalan nama I, contoh I Putu.Berdasarkan riwayat keluarga, keluargaku berasal dari sebuah desa bernama Wanasari yang terletak di kota Tabanan. Almarhumah Nenek kandung dari Papa adalah seorang Ida Ayu berasal dari Griya Sangging, putri kedua dari tiga bersaudara. Beliau merantau ke Bandung untuk meneruskan studinya di Akademi Keperawatan. Saat magang sebagai perawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, cinta mengubah jalinan profesional antara seorang perawat dengan pasiennya sehingga mereka dipertemukan untuk memadu kasih dalam ikatan tali suci perkawinan. Seorang Ida Ayu menjadi mualaf. Tentu saja mendengar berita pernikahan anak perempuannya yang berdarah Brahmana dengan lelaki muslim membuat keluarga besar Griya Sangging marah besar. Secara adat, seorang wanita berkasta lebih tinggi yang menikah dengan seorang pria berkasta lebih rendah akan diputuskan tali/hubungan kastanya, dengan kata lain tidak dianggap lagi di dalam kasta keluarganya. Sehingga dalam upacara adat, meskipun wanita itu bernama Ida Ayu tetapi menikah dengan pria I Gusti, maka kedudukan dalam upacara adatnya berada di area kasta suaminya. Pernikahan seperti itu biasanya mendapat penolakan keras dari keluarga wanita yang berkasta lebih tinggi. Hal itu pun terjadi pada pernikahan nenekku pada waktu itu. Orang tua nenekku khusus datang ke Bandung untuk menemui dan memisahkan pasangan pengantin baru, tetapi dengan tegas nenekku kembali menolak ajakan dan perintah orang tuanya untuk kembali ke Bali, meskipun dengan demikian putuslah hubungan anak dan orang tua secara adat.
...
Saat Papa berusia 15 tahun, kakek dipanggil oleh Sang Maha Kuasa. Papa adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Dengan keteguhan hati dan tekad yang bulat untuk bertahan hidup dan membesarkan ketujuh anaknya, nenek banting tulang berjualan alat-alat rumah tangga dengan cara kredit. Papa sering menceritakan keprihatinan masa kecilnya bersama keenam saudaranya. Saat makan, nenek biasa membagi satu telur dadar yang dicampur terigu menjadi tujuh bagian sejumlah anaknya.
Keprihatinan mereka ternyata diketahui oleh kakek buyutku di Bali. Sehingga beliau mengirimkan wesel dan surat agar nenek beserta anak-anaknya dapat pulang ke Bali. Dalam suratnya, beliau menyatakan bahwa hanya secara adat saja hubungan mereka diputuskan, tetapi secara aliran darah dan keluarga mereka tetap orang tua dan anak. Bahkan kakek buyutku mengakui cucu-cucunya dan meminta mereka untuk sekolah di Bali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You
RomanceWanita itu berhasil membuat Dewa menjatuhkanku dengan tendangan kaki kirinya, bahkan tanpa pertahanan sedikitpun. Duduk termenung di tepi pantai, sambil memeluk kedua kaki yang tertekuk mampu membuat konsentrasi saat latihan komite dengan Dewa menja...