- Seharusnya.. -

3 0 0
                                    

05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

05.30 WITA setelah sholat Subuh, ponselku bergetar. Segera kuraih ponselku dan kubuka pesan singkat dari Dylan.

"Saya sudah di depan rumah. Kamu sudah selesai sholat? Tidak perlu mandi, saya juga belum mandi. Just cepat keluar, nanti terlambat!"

Sesaat aku hanya mampu terpana dan bingung, tak mengerti dengan pesan yang baru saja aku terima. Benarkah saat ini Mas Dylan sudah di depan rumah? Mau kemana sepagi ini?
Ah baiklah, hanya satu yang harus aku lakukan untuk mengetahui kebenarannya. Segera kuganti t-shirt dan celana pendekku dengan sweater V-neck berhiaskan tiga kancing di depan dada lengan panjang berkancing kerut bawah berwarna merah dan celana jeans abu tua. Kulirik sebentar tas selempang yang kemarin kugunakan dan sepatu converse girl warna putih itu berada di tempatnya. Dengan menghembuskan nafas aku berjalan menuju pintu rumah dan melihat ke halaman dimana kendaraan bermotor biasa diparkirkan. Tante Yuni yang sedang sembahyang nampak kebingungan dengan sikapku yang berdiri diambang pintu dan celingukan mencari sesuatu di luar rumah.

"Cari apa Ra? Kok kayak orang linglung gitu?" sapa Tante Yuni

"Oh, itu Tante, Mas Dylan katanya ada di luar mau jemput Ara."

"Dylan temennya Om Gusnom-mu itu? Yang pakai mobil hitam itu? Dari tadi sudah di luar. Tak kirain nunggu Om-mu itu, jadi Tante biarin aja."

"Oh jadi bener ya? Ya udah deh Tante, Ara siap-siap dulu ya.. Mas Dylan ngajakin sarapan bareng hehe.."

Tanpa menunggu jawaban dari Tante Yuni, aku segera kembali ke kamar, menguncir semua rambutku ke belakang dan menyisakan sedikit saja helaian-helaiannya di kedua pipiku. Kusambar tas selempang dan sepatu converse girl putih. Segera kupakai sebelum melewati pintu rumah, berpamitan pada Tante Yuni dan berjanji segera pulang setelah sarapan. Tentu saja hal itu-janji yang baru saja kuucapkan-harus aku lakukan berkaitan dengan aku pergi sepagi ini dalam keadaan tergesa sehingga tak sempat pamit pada Tuniang. Jika tidak kulakukan, bisa-bisa sepulang nanti Tuniang dan Om Gustu akan mengomeliku habis-habisan.

Setelah semua kupastikan aman, dengan sedikit berlari aku bergegas menuju halaman parkir karena sedari tadi ponselku bergetar. Hembusan nafasku bersamaan dengan sapaan Dylan dari belakang kemudi ketika aku membuka pintu mobil yang jendelanya sudah terbuka.
"Let's go, We'll be late Ara!"
"Ok!"
Mobil pun bergerak meninggalkan Griya Beraban melaju ke arah timur dengan tergesa. Mungkin saja tebakanku benar, Dylan akan mengajakku melihat sunrise atau matahari terbit di pantai timur yaitu Sanur.

"By the way, kita mau kemana sih subuh-subuh gini? Kan resto juga belom buka!"

"Ada yang buka 24 jam. Percaya aja ya, saya gak akan bawa kamu kabur dari rumah."

Bibirku mengerucut kesal dengan jawaban Dylan.

"Bukannya ini lagi bawa kabur anak orang ya?"

"Emang kamu gak pamit ya? Aduh, bisa kena petaka nih.." Dylan menampilkan mimik penyesalan.

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang