- Water Blow -

4 0 0
                                    

“Apa kabar Ara?” Sebuah pesan singkat yang dikirimkan Dylan malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa kabar Ara?” Sebuah pesan singkat yang dikirimkan Dylan malam ini.
Sesaat kuterdiam, bingung dengan perasaanku sendiri. Bagaimana kabarku saat ini?
Sejujurnya aku merasa penasaran dengan wanita bernama Chaty, ada hubungan apa diantara mereka sehingga wanita berambut jagung itu memeluk Dylan di depan umum tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Sebetulnya hari ini menyenangkan ketika Dylan dengan gentle menjemputku dengan sedan serba hitamnya, mengajakku makan siang bersama Om Gusnom dan kekasihnya di cafe setengah miliknya, mengajakku menikmati sunset esok hari berdua saja tanpa Om dan kekasihnya. Tetapi suasana berubah menjadi canggung setelah wanita bernama Chaty itu muncul secara tiba-tiba dan memeluk Dylan tanpa mempedulikan aku yang duduk berhadapan dengan Dylan.
“Aku baik-baik saja.” Pesan singkat kubalas akhirnya. Konon katanya, jika seorang wanita mengatakan “aku baik-baik saja” itu pertanda sebaliknya, justru wanita itu mengatakan bahwa dia tidak sedang baik-baik saja, artinya dia sedang kesal atau sedih atau marah ataupun cemburu. Dan semoga saja jawaban singkatku itu dapat dimengerti oleh Dylan.
Tak sabar aku menunggu pesan singkat berikutnya yang akan dikirimkan Dylan. Hampir lima menit kemudian, akhirnya ponselku bergetar tanda ada pesan singkat yang masuk. Segera kubaca.
“Besok saya jemput jam 15.00 ya?”
Aku bingung dengan ajakan Dylan. Sebetulnya dia itu.. Ah mungkin memang semua lelaki sama saja, tak pernah mengerti apa yang dirasakan kami para wanita.
“Besok? Mau kemana?” Dengan sedikit kesal, aku pura-pura lupa dengan rencana besok. Tak lama Dylan membalas pesanku.
“Sunshine, we have a date tommorow. Masih ingat kah?”
Ada perasaan aneh yang mengganggu, mengusik ketenangan hati. Entah apa yang terjadi, membaca pesan Dylan dengan panggilan “sunshine” dadaku terasa sakit. Dia memanggilku sunshine tapi seorang wanita memeluknya dengan mesra dihadapanku. Ya ampun, inikah cemburu? Apa itu artinya aku menyukai Dylan?
Kutarik selimut sampai menutupi sekujur tubuhku, kupejamkan mata. Berharap dapat menghentikan perasaan sakit ini, berharap menepis rasa suka yang secara perlahan menyelinap mengisi ruang kosong di hati. Lama aku terdiam, menyelami rasa dihati.
“Adara?” pesan singkat itu menyadarkanku.
“Iya aku ingat.” Segera kubalas pesan itu.
“Oke, sampai ketemu besok. Have a nice dream Sunshine.”
Tak kubalas pesan terakhir Dylan. Bukan karena aku marah ataupun kesal, tapi karena aku.. entahlah aku hanya merasakan kedua pipiku menghangat.

...
15.00 WITA. Dylan datang tepat waktu. Mbak Ni membukakan pintu dan mempersilahkan Dylan untuk menungguku di ruang keluarga. Tak lama pintu kamarku diketuk Mbak Ni.
“Bilang sama tamunya, Ara sholat dulu.” Langsung kusambar sebelum Mbak Ni mengatakan sesuatu saat kubukakan pintu kamar. Mbak Ni kembali ke ruang keluarga setelah mengangguk tanda oke dan tersenyum jahil padaku.
Sepuluh menit kemudian, aku keluar dari kamar dan menemui Dylan yang tengah asyik berbincang dengan Om Gusnom di ruang keluarga. Tatapannya langsung beralih menatapku dengan lembut, senyumnya membuatku sedikit grogi. Dylan berdiri, bersiap, dan berpamitan pada Om Gusnom.
“Gus, saya pinjem Ara dulu ya!” serunya.
Om Gusnom hanya mengangguk-angguk dengan senyuman lebar dan acungan jempol tanda setuju.
“Ara pergi dulu ya..” Aku berpamitan.
Seperti kemarin, Dylan membukakan pintu mobil dan mempersilahkanku masuk. Rasanya canggung aku menerima perlakuan seperti itu, Donny tak pernah memperlakukanku seromantis itu, bahkan lelaki lain yang sempat dekat denganku selain Donny pun tak seperti itu. Seperti kemarin, perlakuan Dylan kubalas dengan senyuman. Hanya saja kali ini senyuman itu tak seindah senyumku kemarin. Masih ada rasa sesak di dalam dada, mengusik kebahagiaanku berada didekatnya.

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang