Sayang itu memperjuangkan. Bukan cuma diam dan nunggu jawaban.
"Bu iyem. Tolong bu" suara Enggar terdengar parau. Pria itu menangis.
"Ada apa nggar?" Tanya bu Iyem.
Betapa terkejutnya bi iyem. Beliau melihat seorang gadis yang sedang ada di pelukan Enggar dengan mata terlelap.
"Dia pingsan bu" Ucap Enggar mulai panik.
"Ayok bawa masuk"
Mereka membawa tubuh gadis itu yang sangat lemah. Dan membaringkannya di tempat tidur uks. Hanya orang sakit saja yang bisa merasakan tidur nyenyak di uks sambil menikmati angin semilir AC.
"Kamu kembali ke kelas aja nggar. Biar ibu saja yang jaga Eva sampai siuman"
"Enggar disini aja bu. Sampai Eva bangun"
Enggar memang tergolong pria keras kepala. Jadi bu Iyem hanya diam tanpa menyuruhnya lagi.
"Nanti kasih minuman anget aja nggar. Ibu mau ke pasar beli obat. Persediaannya sudah habis soalnya" Ucap Bu iyem sambil mengambil tasnya.
"Iya bu. Hati-hati"
Enggar menyalami guru tersebut. Sekarang suasana menjadi hening tanpa ada suara. Enggar melihat wajah cantik itu sekarang bibirnya pucat pasi. Ada senyum indah diwajahnya membuat Enggar selalu memandangnya sambil memegang sebagian wajahnya.
"Astagfirullahhal'adzim" Ucap Eva sambil menempis tangan Enggar.
"Apa-apaan sih lo. Megang seenaknya" lanjut Eva sambil memegang kepalanya yang pusing.
"Sorry va. Nafsu gue yang nyuruh" Enggar cengengesan.
Eva terdengar menarik nafas panjang. Terlihat jelas diraut wajahnya bahwa ia sangat kesal dengan Enggar. Dia melihat sekeliling uks. Ia terlonjak langsung bangun karena ternyata di uks hanya ada mereka berdua.
"Santai aja kali va. Gue gak akan macam-macam" ucap Enggar dingin.
Eva hanya diam. Dia sekarang juga masih pusing. Jadi gak mungkin juga dia harus ke kelas dalam keadaan seperti ini. Sejujurnya jantungnya berdetak sangat cepat. Ia tak pernah membayangkan akan berdua diruangan ini dalam keadaan hubungan yang terlihat sedang ada problem.
"Va?"
"Apa?"
"Lo masih marah sama gue?"Eva hanya diam. Ia ingin segera pergi dari tempat ini. Ezaaa tolongin Evaa!!
"Gk"
"Cuek amat"
"Masalah?"
"Enggak kok beab"Entahlah. Sekarang pipi Eva terlihat merah atau tidak. Karena di uks kacanya berada diluar bukan di depan kasur.
"Apa lo bilang!! Beab!" bentak Eva membuat Enggar benar-benar kaget.
"Kenapa lo dengan bebas peluk Reza. Sedangkan lo gak bisa perlakuin gue seperti Reza" ucap Enggar membutuhkan kepastian.
Eva hanya diam sekaligus menarik nafas panjang. Pertanyaan yang menjebak. Enggar hanyalah orang asing, tetapi dia ingin tau segalanya. Gak adil!.
"Eza itu saudara gue, tapi bukan saudara kandung. Kita cuma saudara sepersusuan?"
Enggar seperti terkejut mendengar argumen Eva. Seharusnya Enggar tidak bertindak seenaknya. Seharusnya mencari tau dulu siapa Reza. Enggar benar-benar gegabah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warkop Falling In Love (Proses Revisi📄)
Teen Fiction- Proses Revisi📄- Kisah receh remaja ( anak ips) di masa depan, kisahnya dibuat semenarik mungkin dengan cinta lokasi nyata yang terjadi di dalam kelas kami. Hanya sebuah cerita fiktif belaka, tetapi menggunakan nama asli kami masing-masing. ...