Debat - chapter 5

103 13 0
                                    

Kamu bisa memihak dan menuntut hatimu untuk menjadi lebih baik. Akan tetapi , kamu tak akan bisa seenaknya menuntut hak orang lain.

Mereka terlalu asik menggoda neng Janna , sehingga mereka lupa bahwa tujuan mereka ke warkop adalah untuk menumpang wifi dan bermain game "Mobile Legend".

"Eh bang. Ayok mabar?"
Enggar mengajak kedua kakaknya untuk bermain bersama dengannya dalam satu tim.

"Eh lo punya game mobile legend gak?" Ucap Angga seraya menunjukkan game itu kepada Fauzan.

"Punya dong. Game kekinian kok gak punya. Apa kata dunia?"

Fauzan berbicara dengan penuh percaya diri.

"Heleh. Masih level master 2 aja bangga"
Rendy menyanggah ucapan Fauzan dengan perkataan pedas dan sewot.

"Gue yang level epic aja gak sombong"
Andre berkata sambil menepukkan kedua tangganya ke dada seperti seorang raja yang berkuasa.

"Sudah cukup!"
Angga berkata dengan penuh dramatis.
"Mulai lagi" ucap Alfa sambil menepukkan tangan kanannya diatas kepala.

Setelah mereka begitu lama berdebat. Pada akhirnya suara itu sekarang hilang dan hanya tinggal kesunyian bersama suara mobile legend.

Welcome to mobile legend
Suara itu muncul seketika. ketika mereka sudah bersiap untuk perang dan menghancurkan pertahankan lawan.

"Yes. Savage!!" ucap Alfa dengan bangga.

"Kurang ajar lo pa musuh gue malah lo ambil!!!" protes Andre dengan sinis kepada Alfa.

"Bodo amat"

Mereka terlalu serius dalam bermain game , sehingga mereka tidak menyadari bahwa hari semakin malam.

"Woy buruan. Hancurin towernya!" teriak Angga.

"Woy minionnya masuk kepertahanan kita" suara itu semakin keras terucap oleh Angga.

"Duh berisik. Banyak bacod lo bang"
Enggar memprotes Angga yang lebih suka cerewet saat mabar daripada fokus kepermainan.

Menurut Enggar, hal pertama yang harus dilakukan ketika bermain game adalah diam dan fokus kepada satu titik. Jika kalian terlalu mengedepankan emosi dan mulut mungkin saja akan kalah.

"Neng? Gue beli kopi satu pack ya?" ucap seorang cewek.

"Oke Zah. Bentar gue ambilin?"

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya kopi itu telah diambil oleh neng Janna sesuai pesanan.

"Berapa neng?"

"15k zah"

"Ini neng uangnya. Gak usah kembalian"

"Uang lo kan emang 15k zah. Jadi so pasti gak akan ada kembalian"
Neng janna berkata sambil menahan tawa.

"I...ya juga sih"
Faizah semakin malu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tumben jam segini belum tidur. Besok sekolah kan?"

"Iya neng. Pengumuman jurusan. Ngeri banget kan neng?"

"Lo milih jurusan apa?. Kalok gue sih ips"

"Ipa neng"

Neng Janna dan Faizah memang seumuran. Mereka masih sekolah kelas 11. Neng Janna memiliki warkop itu bukan murni usahanya sendiri , tetapi itu merupakan usaha turun temurun dari keluarganya. Jadi mau gak mau? Neng Janna harus siap menghadapi usaha warkop dan membiasakan diri untuk terlihat care dengan kaum laki-laki.

Warkop Falling In Love (Proses Revisi📄)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang