Wanita Di Balik Tabir

578 5 1
                                    

Ku stel sebuah alarm di handphone kecilku untuk membangunkan tidur yang panjang di malam itu. Tepat di malam Rabu, malam penantian yang cukup panjang dalam proses lelahnya menuntut ilmuku selama 9 semester di kampus IAIN Langsa. Aku adalah salah satu mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuddin, Adab dan Dakwah (FUAD).
dan salah satu mahasiswa yang di wisudakan di jurusan KPI. Teman-temanku juga sama, mereka juga di wisudakan di hari yang sama denganku. Mereka adalah Uli, Risna, Agus dan Haris. hanya satu laki-laki di kelas kami yang wisuda di awal waktu. Selamat ya!

Oh iya! Aku lupa mengenalkan diriku pada kalian. Namaku Siti khalidah biasa di panggil Siti. Aku agak senang jika teman-teman dan orang lain memanggilku dengan nama Siti Khadijah. Aku tersenyum karena itu kan nama istri yang mulia, Rasulullah Saw. Aku mana ada , cuma wanita biasa yang punya banyak dosa.
***

Aku menyetel alarmku di jam 03.30 Dini hari. Ku rasakan betapa nikmat Allah sangat istimewa dan besar. Ketika tertidur panjang dan aku pun terbangun dan masih bisa bernafas lega. Alhamdulillah aku masih hidup karena Allah menjaga tidurku meski Aku dipenuhi dosa dalam hidup ini.

Alarm ku berdering!
Kring...Kring, seperti nada klakson yang ada di sebuah sepeda mini jaman dulu. Seperti jaman sekarang juga masih sama ya. Bisa jadi, hehe.

Waktu itu masih dini hari sekitar pukul 03.30 waktu setempat. Saat itu udaranya yang sejuk menyelimutiku dan perlahan kucoba untuk bangun dan bangkit meskipun dingin pagi begitu menyengat di tubuhku. Tak peduli seberapa lemahnya aku belajar untuk bangkit dari selimut panjangku. Tetap kuhapus semua rasa takut dan semua rasa saat itu. Aku terus melangkah sesuai isi hatiku.

Pagi itu aku keluar rumah terasa sangat dingin menyengat tubuh. Namun karena satu keperluan ku coba mengalahkan rasa takutku itu. Tepat pukul 04.30 waktu setempat aku pergi menuju rumah tetanggaku dengan diantarkan oleh adikku, Faudhi ke rumah Kak Yati untuk menepati janjiku agar bisa di rias wajahku di jam segitu. Soalnya jam enam pagi beliau ingin pergi di salon sebelah untuk membantu seniornya merias anak wisuda juga di sebuah salon di kota Langsa.
Akhirnya aku pun sampai di tempat tersebut. Dengan mata yang masih mengantuk, namun ku coba menarik nafas dalam-dalam agar wajahku bisa di rias dengan semaksimal mungkin.

Sebenarnya saat itu hatiku cukup lelah dan malas untuk menata wajahku. Tapi karena dominan mahasiswi wisudawati merias wajah mereka di hari yang istimewa itu. Akhirnya aku pun seperti itu. Hal itu cukup memacu adrenalinku karena baru perdana aku dirias. Lucu aneh dan macam-macam perasaan bercampur jadi satu.

Akhirnya aku pun dirias saat itu. Segala macam make up ditaburi di wajahku. Kadang terasa gatal, tapi beruasaha ku tahan dan kata perias itu.

"Jangan di garuk Dik, nanti bolong."

"Gimana jadi Kak?" Aku bertanya lagi.

"Ditahan aja nanti pasti sanggup, tidak lama lagi siap kok!"
Si perias coba meyakinkanku.

"Oh ya lah kak!" Aku pun mengiyakan saja biar wajahku tidak celemong.

Di sela-sela ia meriasku sebelum bulu mata di pasang kalau tidak salahku. Ada serbuk berwarna hitam cair masuk ke dalam mataku karena aku tak berhenti bergedip.

"Haduh! Pedih kali Kak."

Aku meraung pedih sekali. Tapi anehnya saat masuk ke mataku rasa kantuk yang ku tahan seketika hilang. Alhamdulillah.

"Kan udah Kakak bilang lihat ke atas matanya jangan berhenti berkedip". Si perias ngomong agak kesel.

"Iya Kak maaf!
Maklum ini perdana aku di make up seribet ini."
Bantahku lembut.

Alhamdulillah sudah hampir selesai. Sebelum di pasang hijab azan Subuh berirama merdu dikumandangkan.

"Assalatukhairumminannaum."

Akhirnya Aku pun shalat Subuh di lumuri make up yang seperti pengantin. Saat itu pertama kali wajahku cantik mengahadap Allah.

"Semoga shalatku sah ya! Aaamiin."

Akhirnya tepat setengah tujuh kelar semua dan aku sudah cantik lumayan. Kan biasanya wajahku hitam manis tanpa lipstik dan hanya memakai bedak bayi. Aku pun berangkat menuju kampus.

Tepat jam 08.00 waktu setempat acara wisuda dilaksanakan. Cukup meriah suasananya banyak para wali mahasiswa hadir di belakang wisudawan.
Tapi fakultas FUAD termasuk lama di panggil untuk mengambil ijazah. Sekitar jam 11 siang kami di wisudakan.

Setelah acara selesai Aku mencari ibuku di keramaian orang tapi tidak ketemu. Aku menangis karena aku cemburu melihat teman-temanku bersama ayah dan ibunya. Ternyata ibuku sudah pulang duluan karena takut aku mencari ibu dan takut aku jatuh karena pusing dan aku pun sedih tidak bisa foto sama mamaku. Itu semua karena ibu lupa membawa ponsel.

Tiba-tiba teman-teman menghampiriku dan mengajakku berfoto hatiku sedikit lega dan sangat malu karena menangis. Aku ingat itu ada Lena , Ira, Jumi, Syidar, Nur dan Ratna.
Salah satu dari mereka bertanya.

"Kak Siti kok nangis?"

"Kakak sedih! mamak enggak ketemu udah setengah jam setelah acara."

Badan ku berbalik ke belakang malu dan berusaha ku tahan air mata. Tapi tetap jatuh juga. Bulu mata palsuku hampir copot, haha. Mau ketawa enggak mungkin karena air mata udah keluar duluan.

Akhirnya jam 2 siang aku sampai di rumah dan mengajak ibu berfoto di studio. Alamdulillah akhirnya kenang-kenangan wisuda ada bersama ibuku.

Selesai...

Kumpulan Cerpen IslamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang