Di sebuah desa hiduplah sepasang suami istri yang miskin dan selalu dihina oleh penduduk sekitar. Sebut saja namanya Restu dan Rani. Restu adalah suami Rani. Si laki-laki yang berkulit hitam sedangkan Rani berkulit putih langsat dan memiliki postur tubuh yang bagus. Keseharian sang suami adalah bekerja sebagai kuli bangunan di desa setempat sedangkan Rani bertugas menjaga rumah sebagai ibu rumah tangga. Mereka berdua adalah sepasang pengantin baru yang tinggal berdua di samping sungai di desa tersebut. Rumahnya sangat kecil tapi mereka sangat bersyukur atas semua pemberian Allah. Bagi mereka setelah menikah lebih indah memiliki rumah sendiri meskipun dalam kondisi seperti ini. Kemandirian dalam pernikahan menjadi tanggung jawab bersama pasangan. Pahit manis tidak boleh terdengar oleh siapapun terlebih kedua orangtua mereka. Meskipun begitu, mereka bukanlah sepasang suami istri yang ta'at kepada Allah. Mereka masih saja meninggalkan shalat lima waktu terlebih suaminya yang bekerja sebagai kuli bangunan.
Suatu hari suaminya sakit parah karena kakinya tertimpa kayu saat bekerja. Dua bulan penuh sang suami sakit dan di rumah terus sehingga sang istri pun harus bekerja sebagai buruh cuci dan memetik sayur di halaman rumah yang ia tanam selama itu. Sehari-hari sang istri menyisihkan waktunya untuk menjual sayuran yang ia tanam seperti daun singkong, bayam dan kangkung. Kadang-kadang sayurannya sama sekali tidak laku. Kalaupun laku hanya dihargai murah sekali. Tapi apa boleh buat demi bertahan hidup bersama suaminya. Masya Allah, betapa mulia hatinsang istri rela bekerja sekuat tenaganya demi menafkahi suaminya yangbsedang sakit. Hanya wanita kuat yang sanggup melakukan semua itu dengan hati yang ikhlas dan ridha karena Allah.
Seperti rutinitas biasanya saat bangun tidur ia menyiapkan sarapan dan segala kebutuhan suaminya sampai ia tidak istirahat. Akhirnya ketika ia pergi menyuci di rumah orang. Tiba-tiba ia pingsan karena kelelahan bekerja dan mengurus suaminya sampai tak istirahat.
Majikannya pun langsung membawanya ke puskesmas terdekat untuk diperiksa.
"Bagaimana Dok, kondisi Ibu ini Rani?"
"Alhamdulillah, untung saja tidak terlambat di bawa kemari kalau tidak bisa bahaya untuk kesehatannya, dia tidak perlu di rawat langsung boleh pulang dan kami hanya berikan obat dan vitamin saja ya Buk, lanjut Dokter.
"Baik Buk, terima kasih banyak."Rani yang biasanya bekerja pun akhirnya istirahat bersama suaminya di rumah. Alhamdulillah mereka punya tabungan sedikit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka meskipun hanya bertahan satu minggu makan saja. Rani heran ketika melihat suaminya sedang menjahit sarung bantal dari kain bekas karena selama ini suaminya jarang memegang jarum jahit. Perlahan-lahan suaminya pun berangsur pulih dan terus berlatih menjahit sisa kain yang ada. Karena mereka orang yang susah, suaminya pun memotong kain sarung yang sudah lama untuk menjahit gorden di jendela mereka. Hasilnya sangat bagus banget walaupun masih menggunakan jahitan tangan.
Saat mereka berdua di rumah. Rasanya rumah begitu membosankan. Seketika saat itu mereka pun berdoa sama Allah agar dimudahkan jalan hidup mereka. Mereka menyadari bahwa selama ini mereka jauh dari Allah. Cuaca sudah sangat panas dan jam menunjukkan waktu Zuhur. Mereka pun melaksanakan shalat. Perlahan-lahan mereka menjalankan perintah Allah meskipun ada saja shalat yang tinggal karena belum tetapnya hati dan terbiasa dilakukan.
Dua bulan masa kesembuhan suaminya pun tiba. Akhirnya sang suami kembali bekerja sebagai kuli bangunan namun sesampai di sana sudah ada yang menggantikannya sementara waktu oleh sang Mandor.
"Restu, untuk sementara kamu libur kerja dulu ya! Dua minggu lagi kamu datang lagi karena sudah ada Toni yang menggantikanmu kemarin." Lanjut sang Mandor.
"Baiklah Pak, terimakasih." Jawab Restu sambil memandang wajah sang Mandor dengan hati sedih.
Pagi-pagi ia pun kembali membawa kabar sedih ini kepada sang istri.
"Sayang, maafin Abang!
Untuk sementara abang di suru di rumah dulu karena sudah ada pengganti kuli lain. Nanti dua minggu lagi Abang kerja lagi." Lanjut suaminya.
"Gak apa Sayang, gini aja. Abang petik aja sayuran yang kita tanam untuk dijual ya. Lumayan kan bisa buat kebutuhan beras kita." Kata Rani sambil tersenyum memandang wajah suaminya itu.
"Baik sayang, terima kasih ya. Kamu istri terbaik yang enggak pernah ngeluh dengan kekurangan Abang. Abang bahagia sekali Allah titipkan istri seshalihah kamu. Abang janji akan bahagiakan kamu dunia akhirat.
"Aaaamiin Ya Allah, sama-sama sayang." Jawab sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Islami
Cerita PendekKumpulan cerpen islami yang mengisahkan hidup seseorang, baik cinta, masalah pekerjaan, dan catatan hidup Penulis pribadi yang fiekspresikan drngan bahasa yang santun dan bijak.