"Kau pacaran dengan Colin."
"Nggak. Apa kau lihat kamusku?"
"Kau pacaran dengannya."
"Nggaaaaak."
Hillary menghela napas. Mereka sedang berada di koridor yang ramai, Sam nyaris putus asa mencari-cari kamus bahasa Jermannya di dalam loker ketika beberapa saat yang lalu Hillary menepuk pundaknya dan bersikeras mengemukakan pendapatnya bahwa Colin dan Sam berpacaran.
"Aku ini berpengalaman, Sam. Aku tahu kalian saling suka." ungkap Hillary gemas.
Sam menutup pintu lokernya agak terlalu keras, "Hil, please. Oke, dia lumayan cakep, enak diajak ngobrol, dan sebagainya... tapi kami nggak pacaran. Selesai."
"Tapi kalian kelihatan sangat dekat!"
"Yeah, mau bagaimana lagi? Kami kan tetanggaan." sahut Sam asal saja. Pada akhirnya dia menemukan kamusnya di bawah kaus olahraganya. Hillary mengangkat bahu.
"Wah, kalau begitu aku punya kesempatan mendekatinya..."
Sam nyaris menjatuhkan kamusnya, "Apa?!"
"Aku bercanda! Colin bukan tipeku." Hillary mengikuti Sam berjalan menuju kelas berikutnya, lalu dia menghela napas panjang. "Oke, kau bisa mengaku-ngaku Colin juga bukan tipemu dan kau lagi nggak pingin pacaran atau apalah. Tapi aku benar-benar butuh cowok. Aku nggak bisa menghabiskan sisa masa SMA-ku hanya berkubang dalam kenanganku bersama si otak udang."
Sam sudah paham sekarang bahwa yang Hillary sebut sebagai 'otak udang' ini adalah mantan pacarnya, Vincent.
"Kau mau mencarikanku satu?" Hillary memasang tampang memelas. Sam menatapnya keheranan.
"Apa kau pernah ngaca sebelumnya? Kau cantik dan kaya dan segala-galanya, Hil. Kau bisa menggaet cowok manapun dalam sekejap. Tinggal comot satu yang kau suka dan jadikan dia pacar. Beres."
Hillary menyelipkan rambut pirang halusnya ke belakang telinga, tampak tersipu-sipu. "Nggak sesederhana itu. Aku juga punya kriteria tahu."
Sam memutar bola mata, "Terserah."
Sepanjang sisa hari itu Sam harus merelakan telinganya untuk mendengarkan keinginan Hillary mendapat pacar sesegera mungkin. Berapa kalipun Sam mencoba mengingatkan bahwa Hillary hanya perlu sedikit lirikan untuk menggaet cowok dan panjang lebar menjelaskan bahwa mungkin saja 'hasrat dadakan' ini hanya untuk kepentingan pamer di depan Vincent, kepala cewek itu tampaknya terbuat dari batu sehingga sia-sia saja menceramahinya.
Dan tidak ketinggalan, Sam harus rela terus-menerus didesak mengenai hubungannya dengan Colin.
"Serius deh, dengar gosip dari mana sih kau?" kata Sam habis kesabaran. Punya teman cewek memang menyenangkan, tapi pada saat-saat seperti ini, Sam lebih memilih tidak punya sama sekali.
"Aku tahu dari caranya memandangmu." jelas Hillary sok tahu, "Apa kau pernah melihat sesuatu yang berbeda di matanya saat kalian berpandangan, atau sejenis itu?"
"Berbeda...?" Sam berpikir, "...well, warna matanya memang selalu berubah-ubah tergantung situasi dan penerangan..."
"Begitukah cara seseorang dengan nilai rata-rata ujian tertinggi seangkatan menjawab pertanyaanku?" Hillary memandangnya seolah ada tanduk yang mencuat di kepala Sam, "Jangan berlagak bego, dong."
"Aku nggak berlagak!" bantah Sam, "Kalaupun ada 'sesuatu' di matanya saat dia melihatku, itu pasti karena sedang ada angin dan dia kelilipan atau apa."
"Kalau begitu bukan hanya dia yang kelilipan." Hillary kemudian menambahkan dengan nada final yang didramatisasi, "Tapi kau juga."
Sam tidak bisa membalas kata-kata Hillary karena Colin sedang berdiri tak jauh di depan mereka, mengobrol seru dengan satu-satunya teman dekat cowoknya yang Sam tahu bernama Dirk Harrison.
KAMU SEDANG MEMBACA
Citrus
Teen FictionSamantha Feather satu-satunya cewek yang bersepeda dari rumah ke sekolah, makan sendirian di tangga darurat, dan jenius Matematika. Karena itu dia menjalani hari-hari di Dartville High sebagai 'Kaum Hantu'; terkucil, tidak penting, tidak terlihat. H...