Akhirnya Sam bisa melihat Frankie dalam jarak dekat.
Maksudnya, selama ini Sam hanya 'kenal' Frankie dari pembicaraan dengan topik; si Frankie Kaum Mars, si Frankie culun, si Frankie kacamata-pantat-botol, dan sejenis itu. Nyatanya Frankie tidak seburuk itu kok. Well, kacamatanya memang tebal dan—memang benar—dia selalu memakai celana bahan dalam berbagai kesempatan. Namun jika diteliti-teliti, tampangnya lumayan juga. Hal ini terus terang melegakan bagi Sam, mengingat Hillary adalah cewek tercantik se-Dartville.
Halaman rumah Sam belum pernah kelihatan semeriah ini. Garage sale benar-benar dilaksanakan satu setengah minggu setelah gagasan untuk mengadakannya muncul dari Colin. Garasi tua yang biasanya hanya difungsikan sebagai gudang sekaligus tempat parkir sepeda Sam, telah disulap menjadi semacam 'toko dadakan', dengan berbagai jenis barang yang dipajang dan diberi label harga.
Bermandikan sinar matahari dan ditemani berteko-teko jus citrus yang baru dipanen dari pohon, mereka bertiga-Sam, Hillary, dan Frankie-duduk di meja piknik pinjaman Mary dari Michelle yang dipasang di atas rerumputan, dinaungi si pohon citrus sendiri. Meja itu panjang, dapat menampung sepuluh orang (jika dipaksakan) dan bisa dilipat. Mereka memerhatikan orang-orang sibuk berlalu lalang. Entah dari mana, ada saja pengunjung yang melihat-lihat 'dagangan' mereka dan berujung membeli paling tidak satu barang.
"Lumayan juga ya, promosinya." kata Hillary dengan nada menyindir. Sam tahu itu karena dia sendiri yang mengeluhkan pada Hillary bagaimana hebohnya kedua adiknya, Tom dan Lou, berkeliling ke tetangga-tetangga untuk mengumumkan masalah garage sale ini sejak beberapa hari yang lalu.
Ngomong-ngomong, Hillary manis sekali hari ini. Dia mengenakan blus kuning pucat dengan bawahan rok berenda. Dia juga memilin poni di kiri-kanan pelipisnya dan menyatukannya di belakang dengan jepit. Mungkin perubahan gayanya dari glamor-centil menjadi manis-sederhana ini didukung hadirnya Frankie dalam kehidupan percintaannya.
Tiba-tiba, Mary menghampiri mereka.
"Girls, keberatankah kalian jika menggantikanku dan Michelle melayani tamu sebentar? Ada penawar yang sepertinya naksir dengan desain-desainku..."
Sam dan Hillary saling bertukar senyum, "Bagus, sekali Mom."
"Aku akan segera kembali." kata Hillary pada Frankie. Frankie hanya menyunggingkan senyum simpulnya dan menggumamkan 'oke' pelan.
"Bagaimana Frankie? Dia cute kan?" tanya Hillary ketika mereka berjalan meja kasir-sebetulnya hanya meja belajar Sam yang diletakkan di depan pintu garasi dan diberi tulisan 'Bayar Di Sini'.
"Nggak separah bayanganku." komentar Sam jujur seraya menggeret satu lagi kursi plastik untuk dirinya, "Tapi dia nggak banyak bicara."
"Dia nggak begitu jika denganku." Hillary gagal menyembunyikan senyumnya, "Percaya deh, aku suka ngobrol dengannya. Dia cerdas dan lucu. Salah satu kelebihan yang kusukai darinya. Sebetulnya mata dan hidungnya bagus banget kalau dia nggak sedang memakai kacamata konyol itu..."
"Oke, nggak usah teruskan." Sam ogah mendengarkan kelanjutan perkataan itu. Dia tahu persis ke mana itu akan mengarah. Well, memangnya kapan saja sih Frankie akan membuka kacamatanya bila sedang bersama Hillary? "Yang pasti aku senang kau menemukan orang yang tepat. Maksudku, bukan dinilai dari fisik."
"Yeah." pandangan Hillary jadi menerawang, "Seseorang yang tidak seidiot Vincent."
"Wah, ini pertama kalinya kau menyebut namanya lagi setelah putus. Bukankah ini kemajuan besar?" ledek Sam.
"Oh, diam kau." Hillary terkekeh.
"Permisi, bukankah kau Samantha Feather?"
Sam dan Hillary mendongak bersamaan. Seorang cewek-Sam menduga seumuran mereka-dengan rambut merah menyala dan kaus bertuliskan 'Born For Books' tengah berdiri di hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Citrus
Teen FictionSamantha Feather satu-satunya cewek yang bersepeda dari rumah ke sekolah, makan sendirian di tangga darurat, dan jenius Matematika. Karena itu dia menjalani hari-hari di Dartville High sebagai 'Kaum Hantu'; terkucil, tidak penting, tidak terlihat. H...