Chapter 12

317 80 6
                                    

Sudah hampir lima menit Sam hanya berdiri di depan boks telepon di sudut koridor Dartville High yang ramai. Di tangannya tergenggam secarik kertas.

"Aku sedang bertindak sebagai tamu, dan kau tuan rumah. Kau yang seharusnya meneleponku selama aku di Arizona." kata Bill sambil menyerahkan kertas berisi nomor teleponnya waktu itu. Dia memberitahu Sam bahwa ponselnya sedang diperbaiki di Minneapolis dan Bill lupa mengambilnya menjelang keberangkatannya ke sini. Ceroboh sekali.

Sam menggigit bibirnya. Dia menatap nomor-nomor itu ragu-ragu. Dia tidak mau kelihatan seperti cewek menyedihkan yang terobsesi pada Bill dan tidak punya kehidupan selain untuk menelepon cowok itu.

Di ujung koridor, Sam dapat melihat Hillary dan Colin berjalan ke arahnya. Buru-buru dia menjejalkan kertas itu ke kantung celananya dan menaruh lagi gagang telepon pada tempatnya.

"Pagi! Kau ngapain?" tanya Hillary sambil menggaet lengan Sam supaya ikut berjalan, "Sudah jam segini, kita harus ke kelas."

"Eh, uh... menelepon Mom. Aku lupa menanyakan titipannya." Sam berbohong.

"Kenapa kau nggak pinjam saja ponselku?"

"Aku baru ingat tadi..."

Hillary memutar bola mata.

Sepanjang sisa hari itu, Sam tidak bisa berkonsentrasi. Dia sibuk memikirkan hari Sabtu, Bill, dan...

Baju.

Itulah sebabnya Hillary tampak begitu keheranan saat makan siang, ketika Sam mengemukakan masalahnya yang sebetulnya tidak terlalu rumit.

"Kau memintaku untuk menemanimu belanja baju? Sejak kapan?" ujarnya dengan tampang luar biasa takjub.

"Aku sadar aku jarang sekali berbelanja pakaian. Dan aku sudah mulai bosan dengan pakaian yang itu-itu saja..." Sam beralasan. Tentu saja itu kebohongan belaka. Sam bukan tipikal yang cepat bosan dengan baju. Lagipula dia juga bukan mesin uang.

Hillary meneguk Diet Coke-nya hingga habis. Cewek itu berusaha mengatasi rasa syoknya sebelum akhirnya berkata, "Oke. Untuk acara apa ini? Makan malam romantis bersama Colin?"

"Apa? Tidak!" Sam mendesis panik, Colin bisa kapan saja kembali dari antrean makanannya dan mendengar Hillary. "Aku... eh, temanku bakal datang Sabtu ini dan... kami mau jalan-jalan."

Alis Hillary naik tinggi sekali, sudut bibirnya terangkat menggoda.

"Dan 'teman'mu itu adalah...?"

"Dia hanya seorang temanku, Hil."

"Nggak mungkin seorang 'hanya seorang teman' ini membuatmu sampai harus belanja baju."

"Well..." Sam kehabisan kata-kata, "...apa salahnya dandan sekali-kali?"

"Apa dia cowok?"

Sam merasa jengah, dia mengangguk.

"Apa aku mengenalnya?" Hillary terdengar semakin bersemangat.

"Entahlah... mungkin?"

Mendengar itu Hillary jadi semakin meyakini tebakannya. Matanya membulat besar dan dia menekap mulutnya dengan kedua tangan. Lalu dia berbisik dramatis.

"Colin mungkin akan menggunakan kesempatan ini untuk menembakmu..."

"Demi Tuhan!" mata Sam nyaris mencelat dari rongganya, "Singkirkan jauh-jauh teori nggak masuk akalmu itu! Aku dan Colin hanya berteman, berapa kali aku harus bilang padamu?!"

Hillary mendecak kesal, kentara sekali dari raut wajahnya dia masih belum puas dengan jawaban Sam, "Terserahlah, besok malam aku senggang. Kita bisa pergi ke toko baju keren di dekat-dekat sini. Well, akan lebih baik sih kalau kau ngomong dengan siapa kau akan pergi, jadi aku lebih bisa membayangkan pakaian apa yang bakal cocok untukmu. Kalau kau pergi dengan Colin, misalnya, kau akan butuh..."

CitrusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang