Minggu ujian akhir sekolah. Hari-hari seolah berlalu dengan amat lambat. Dartville High diliputi suasana tegang. Tidak seperti biasa, kantin tidak riuh, koridor tidak dipenuhi suara-suara tawa. Guru-guru semakin serius, dan murid-murid mendadak jadi muram dan pendiam.
Sam agak pesimis melihat cara sahabat ceweknya, Hillary, belajar untuk menghadapi ujian. Dia bersikeras bahwa dirinya butuh belajar privat bersama Sam dan mendatangi rumah Sam seminggu tiga kali sebelum minggu ujian tiba. Namun setelah menghadapi buku kumpulan rumus dan contoh-contoh soal untuk dikerjakan sebagai latihan, mendadak dia mengeluh lapar, atau pegal-pegal, atau kepanasan, dan seterusnya.
Colin pun jadi lebih murung dari biasanya. Bukannya Sam jadi lebih memerhatikan cowok itu atau apa, tapi Sam berpendapat kesibukannya mengurus 'ini-itu' Memaze pasti juga berdampak pada konsentrasinya dalam belajar. Sam bukannya menyukur-nyukuri Colin atas hal ini. Buktinya, dia menghampiri Colin pada jam istirahat pertama di hari Senin, hari pertama ujian. Cowok itu sedang berdiri menyandar di lokernya sambil menggumamkan sesuatu yang dia baca dari buku Sejarah.
"Kau tahu, jika ada sesuatu yang bisa kubantu... jangan ragu untuk ngomong." kata Sam.
Mendengar itu, Colin menyunggingkan senyum miringnya.
"Nggak perlu mengkhawatirkanku. Seharusnya kau mengkhawatirkan dirimu. Demi Ivy, nilai-nilaimu nggak boleh jatuh lho."
Lalu Colin kembali komat-kamit dan tenggelam di balik buku Sejarahnya.
Sam cukup terharu mendapati kepedulian Colin. Biar bagaimanapun, menjadi peraih-peringkat-pertama-jumlah-nilai-tertinggi-seangkatan tidak membuat Sam menerima banyak kata-kata penyemangat. Kebanyakan hanya berupa desahan iri atau komentar-komentar kosong seperti 'kalau Sam sih pasti bisa', dan hal-hal seperti itu jelas tidak dapat membantumu membangun semangat.
Pokoknya, kalimat sesederhana 'nilai-nilaimu nggak boleh jatuh' itu pun sangat berarti.
Mrs. Midden rupanya juga menjadi sangat tegang bila menyangkut masalah nilai Sam. Bolak-balik dia menyuruh Sam untuk ke kantornya, mengocehkan macam-macam seperti 'mengesampingkan dulu hal-hal yang tidak penting', dan 'mengutamakan yang penting untuk masa depan'. Dan Sam juga berusaha untuk tidak mengabaikan amanat-amanat ini.
Maka, ketika minggu ujian akhirnya berakhir dan liburan sudah di depan mata, Sam baru bisa sedikit bernapas. Jumat siang, Sam mendatangi kantor Mrs. Midden dan melihatnya sedang berkutat dengan data calon murid baru di balik meja kerja.
"Tahun ajaran baru, murid-murid baru." dia mendongak ketika Sam memasuki ruangannya. Wajah Mrs. Midden lelah namun ceria, dia malah bersenandung pelan sembari menandatangani berkas-berkas tersebut.
Sam agak tak percaya bahwa dia sudah akan jadi senior Dartville High setelah ini, menyaksikan sekali lagi 'pertempuran sengit' di antara murid-murid junior untuk memperebutkan tempat makan di pusat kantin, perlombaan untuk menjadi Raja dan Ratu Populer berikutnya, serta 'sistem pengelompokan dangkal' yang sudah pasti akan terjadi lagi.
"Tahun lalu Anda juga pasti melakukan hal yang sama dengan berkas-berkas saya." Sam mengingatkan. Mrs. Midden tertawa.
"Aku langsung ingat kau. Samantha Joanne Feather. Rata-rata nilai tertinggi di antara pendaftar-pendaftar lainnya. Tak heran Ivy menyukaimu, padahal kau masih kelas sebelas."
Pipi Sam merona.
"Itu juga berkat Anda. Ivy nggak akan melihat saya jika bukan karena kerja keras Anda."
Mrs. Midden tersipu-sipu, "Tak perlu berlebihan, Sam. Aku mengenalmu karena prestasimu begitu menyilaukan. Dan semua kepala sekolah menyukai anak yang menyilaukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Citrus
Teen FictionSamantha Feather satu-satunya cewek yang bersepeda dari rumah ke sekolah, makan sendirian di tangga darurat, dan jenius Matematika. Karena itu dia menjalani hari-hari di Dartville High sebagai 'Kaum Hantu'; terkucil, tidak penting, tidak terlihat. H...