Epilog

518 80 23
                                    

"Jadi..." kata Colin lambat-lambat. Suaranya dipelankan hingga nyaris berupa bisikan. Tidak heran sih, ini sudah nyaris pukul tiga pagi. Dan walaupun dia sekarang sedang menginap di rumah Lance—yang beralih fungsi menjadi semacam markas Memaze—dan mansion Memaze jelas memiliki cukup kamar untuk tiap anggota band ditambah manajer, dia tetap harus menjaga suaranya tetap pelan agar cowok-cowok itu tidak terbangun dan, amit-amit, menguping.

"Apa?" Sam balas berbisik ke corong telepon. Dia sedang berbaring gelap-gelapan di atas kasurnya dengan selimut menutupi seluruh badan.

"Bagaimana tadi siang? Garage sale-nya sukses?" tanya Colin dari seberang telepon.

"Lumayan." Sam jadi teringat Jenna, "Kau nggak akan percaya siapa yang kutemui dan apa yang kudengar darinya."

Lalu Sam menceritakan soal Jenna pada Colin, semuanya, mulai dari 'ketenaran' Sam di klub komputer hingga fakta mengejutkan bahwa Jenna tidak mengenali Hillary.

Setelah Sam selesai bercerita, Colin tidak tertawa geli atau semacamnya. Di luar dugaan, dia malah mendesah berat.

"Kenapa kau?" Sam keheranan.

"Si Jason Cane ini kayaknya berbahaya." ujar Colin.

Sam perlu merenggut sebuah bantal untuk menekap mulutnya.

"Jangan jadi klise!" Sam berbisik setelah kikikannya mereda.

"Apa?!" kilahnya, "Di mana-mana yang namanya 'Jason' itu berbahaya. Coba saja Jason Bourne. Atau Jason Voorhees-nya Friday The 13th. Kalau bukan mata-mata, ya pembunuh berantai."

Sam berupaya keras untuk tidak terbahak-bahak hingga perutnya sakit, "Memangnya kau pikir bisa apa si Jason Cane ini? Semacam kutu buku yang ternyata hacker jenius yang sanggup membobol sistem keamanan proyek top secret milik pemerintah?"

Colin akhirnya terkekeh, "Kau tahu bahaya apa yang kumaksud, wahai Jenius Calon Mahasiswi Ivy."

Sam mengulum senyum. Mungkin mengherankan jika dibilang dia kangen pada cowok itu. Rumahnya hanya lima puluh meter dari rumah Sam. Jendela kamarnya dapat terlihat dari jendela kamar Sam. Tapi Sam sadar, keberadaan Colin bagi Memaze sangat penting sekarang. Band itu cepat atau lambat akan segera lepas landas. Dan sebagai orang yang telah mendorong Colin untuk mengambil pilihan sebagai manajer, Sam harus maklum bila cowok itu tidak bisa selalu hadir untuknya seorang.

Tapi untuk sekarang, sebelum Memaze mampu mengembangkan sayapnya lebih lebar atau memperdengarkan musiknya ke seluruh dunia, sebelum mereka menjadi sehebat itu, rasanya tidak apa-apa bila Sam mengijinkan egonya sedikit berkuasa.

"Kita harus ketemu untuk meluruskan masalah ini." Sam berkata dengan nada sok serius.

"Yeah." sahut Colin nyaris detik itu juga, "Kita memang harus ketemu."

"Tapi kita toh bakal ketemu setelah liburan sekolah berakhir."

"Secepatnya, maksudku. Dan ngomong-ngomong soal sekolah..." Colin berhenti sejenak, "Apa kau masih mau jadi pemandu paruh-waktuku?"

Sam tertawa, "Tahu nggak apa yang terlintas begitu kau mengatakan pemandu? Dua hal; bak sampah di belakang tangga darurat dan brokoli saus keju."

"Aku bakal menyuruhmu membawakanku brokoli saus keju setiap hari," ancam Colin, Sam bisa membayangkan cowok itu sedang nyengir jahil sekarang. "...juga jus citrus dari pohonmu."

Sam mengangkat bahu.

"Brokoli saus keju dan jus citrus kayaknya pasangan yang oke juga." katanya.

Well, iya kan?



FIN



Terima kasih sudah membaca dan mengikuti kisah Sam dan Colin melawan tirani Dartville! (lol)

Silakan baca juga Writer's Note jikalau ingin tahu cuap-cuap penulis!

Lagi dan lagi, tiap vote dan komentar darimu amat berharga. Jangan lupa tinggalkan jejakmu di Citrus!

Stay awesome,
~Ash

CitrusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang