Dalam kacamata manusia sibuk seperti Kia, seharusnya akhir pekan digunakan untuk pergi –menghabiskan waktu berkualitas di luar ruangan dengan makan, menonton, atau sesederhana olah raga di taman kota. Tetapi hujan sudah mencumbu bumi sejak subuh menjelang pagi, mendorong orang-orang untuk berselimut lebih lama lagi.
Rintik-rintik dalam bentuk kristal itu jatuh ke bumi, membiarkan tanah menguarkan wangi petrikor, cocok untuk menjadi teman menyeduh kopi, diiringi petikan gitar dari seseorang yang akhir-akhir ini wajahnya lebih terlihat berseri.
Aksara Naufal Hadi.
Duduk berselonjor di gazebo belakang rumah, setelah menghabiskan sarapan bersama keluarga di akhir pekan sebenarnya sudah menjadi agenda biasa, tetapi duduk-duduk berdua dengan saudaranya itu membuat Kia rasanya menjadi sekelompok pemuda dengan definisi budak cinta. Apalagi lagu-lagu yang dimainkan Aksa secara akustikan terdengar mendayu-dayu disela hujan.
I search forever through the blue
I’ve spent the hours of my youth
And just when I thought I was true
I found you.Jreng.
Setelah menyelesaikan line terakhir dari I Found You-nya Kina Granis, Kia dapat mendengar Aksa menjetikan petikan terakhir dengan berlebihan, dan setelah itu meluruskan kedua tangannya dengan sengaja, yang Kia yakini sebagai usaha untuk memamerkan benda berkilau yang melingkar dijari manis, terlalu kentara hingga membuatnya bergidik.
“Bucin.” Kia berujar.
Bukan Aksa jika laki-laki itu tidak bersikap menyebalkan. Dia dengan sengaja mensejajarkan tangan kirinya tepat di depan wajah Kia, lantas berkata, “Officially engaged, Bro.”
Ck. Kia berdecak melihat kelakukan saudaranya itu. “Iya, Sa, iya. Kan udah dari sebulan yang lalu, pamer mulu.”
“Anjir, iri ya lu?”
Kia tidak menjawab.
“Makanya, tunangan juga dong Bro. Nunggu apaan lo? Pemilihan presiden kelar?”
“Iya nanti, tunggu aja. Semua orang punya timing-nya masing-masing kok.” Kia menjawab dengan lugas, yang justru disambut tawa setan dari Aksa.
“Halah, timing-timing. Basi. Lo bukan ada di waktu yang tepat buat pacaran dan berantem-beranteman unyu kaya semalem, Ki. Macem ABG aja lu berdua.”
Kalimat Aksa seperti bom yang menggelegar diantara suara hujan yang masih mendominasi. Menusuk seisi pikirannya yang selama ini terlalu banyak tanya.
“Cinta juga punya tangga kadaluarsa kalau didiemin aja.” Lanjut Aksa.
“Lo tahu sendiri Sa, bukan begitu jalan pikiran gue.” Akhirnya, Kia kembali bersuara. Dia melanjutkan, lebih cepat sebelum Aksa menanggapi;
“Terlalu banyak kekhawatiran dalam pikiran gue. Like, one of my afraidness is kalau gue bersikap egois dengan pengen melangkah lebih jauh, itu adil gak sih sebenarnya buat Ody?
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Met
Romance[COMPLETED] ㅡ Cerita mereka belum usai. Siapa sangka dunia baru yang Ody dan Kia sambut bersama justru menjadi jembatan penghubung bagi tunas-tunas baru untuk tumbuh diantara mereka? Perjalanan dan lika-liku kisah cinta Ody & Kia baru saja dimulai. ...