Aluna Melodya Baskoro
Rasanya seperti aku sudah melewati jutaan tahun setiap kali aku bangun dan ingat bahwa Jakarta dan Rotterdam bermil-mil jaraknya. Sudah satu bulan sejak Kia menetap disana untuk training, dan selama itu juga jarak kami banyak memakan spasi.
Yang paling sulit dari semua ini tentu saja komunikasi. Secanggih apapun surel atau media sosial yang bisa menyambung percakapan kami, rasanya tetap ada yang kurang. Terlebih, aku selalu sulit menyesuaikan jadwal kami untuk skype ataupun telepon. Jika aku punya waktu luang istirahat makan siang, Kia sibuk karena jam kantornya baru saja masuk. Kadang saat aku sudah pulang ke rumah pun, aku malah ketiduran karena jika disana masih sore di Jakarta sudah tengah malam.
Ya begitulah siklusnya setiap hari, dan pada akhirnya rutinitas kami akan berakhir di surel saja. Aku tahu Kia sibuk, begitu juga denganku. Maka dari itu aku tidak ingin repot-repot menjadi egois hanya karena komunikasi kami tidak terlalu intens. Dari awal, aku sudah tahu konsekuensi yang akan kami hadapi.
Dalam surelnya, Kia bahkan selalu sempat mengirimkan gambar-gambar acak yang diambil di kamera ponselnya tentang berbagai sudut di Rotterdam. Menyelipkan p.s di baris terakhir surel dengan kata-kata menyenangkan. Seperti;
P.s: agenda hari rabu lunch di restoran ini, makanannya enak. Kapan-kapan kita makan disini ya.
Atau;
P.s: tadi dijalan ketemu anak kecil lagi sepedahan terus aku izin foto dia pas kita ngobrol. Gemes ya Dy, aku kirim ini karena tahu kamu suka anak kecil.
Kia dan hal-hal kecilnya yang menyenangkan. Dan aku bersyukur karena kepercayaan yang kami saling tanam di hati masing-masing masih berhasil hingga saat ini.
Malam ini aku membuka surelnya yang kesekian, satu pesan yang isinya cukup membuatku terkejut. Dia bilang dia sakit dan sempat di rawat, dan mengatakan juga mungkin akan sulit menghubungiku lewat surel karena dokter tidak mengizinkannya terlalu sering memegang ponsel.
Tapi Kia dan segala caranya selalu sanggup membuat rasa khawatirku mereda. Surel terakhir yang aku baca malam itu, dia menyelipkan foto grup bersama dokter dan perawat disana. Sambil menyelipkan sebuah pesan;
P.s: jangan khawatir ya, barisan dokter dan perawat disini semuanya ramah dan asik diajak ngobrol. Mereka rawat aku dengan baik. Will be miss you, Dy.
Aku tersenyum membacanya lalu menyadari jika spasi dalam hubungan kami bukan tanpa arti, karena aku belajar bahwa hidup tanpa Kia tidak semenyenangkan ketika bersamanya.
Tapi spasi dalam jarak kami kini juga mengajarkanku sesuatu, mungkin ada banyak hal yang bisa aku lakukan dan kembangkan ketika sendiri. Belajar mandiri tanpa bergantung pada seseorang. Lalu dengan bangga bercerita kepada Kia satu hari yang aku lalui tanpanya. Dan kami akan bertukar cerita berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Met
Romance[COMPLETED] ㅡ Cerita mereka belum usai. Siapa sangka dunia baru yang Ody dan Kia sambut bersama justru menjadi jembatan penghubung bagi tunas-tunas baru untuk tumbuh diantara mereka? Perjalanan dan lika-liku kisah cinta Ody & Kia baru saja dimulai. ...