Meski sempat hanya ingin berbicara empat mata dengan Ody, Kia harus puas dengan keputusan akhir yang membuatnya kini sudah duduk manis di meja makan keluarga Baskoro untuk menghabiskan makan malam bersama. Karena Ody memintanya untuk datang dan bertemu di rumahnya saja.
Tentu saja Kia merasa gelisah, karena dari awal dia memang sudah berencana untuk mengatakan niatnya yang selama ini selalu tertunda karena berbagai hal. Tapi mengatakan langsung di depan Ian Baskoro ada dalam daftar terakhirnya. Dia sangat gugup, karena rencana awalnya melenceng sangat jauh.
Sesekali dia mengobrol tentang pekerjaannya, atau iseng menanyai Jio tentang kegiatan kuliahnya hanya untuk membunuh waktu. Sementara Ody masih sibuk di dapur membantu Bundanya mempersiapkan hidangan.
Ketika semuanya sudah berkumpul, mereka memulai makan malam dengan tenang. Peraturan penting di keluarga Baskoro yang mulai dipahami Kia secara perlahan.
Setengah jam berlalu, dia kembali harus rela hanya ditinggalkan di ruang tamu bersama Ian Baskoro, sementara Jio sudah melipir ke kamarnya dengan alasan akan mengerjakan tugas. Entah hanya dia yang merasa atau tidak, Ayah dari pacarnya itu lebih banyak diam malam ini, seolah tahu bahwa Kia membawa rencana tidak biasa dengan kehadirannya.
Kia dengan segera mengucap syukur ketika Ody datang membawa dua gelas kopi dan menaruhnya di meja, kemudian ikut duduk di sampingnya. Yang dia sadari, begitu Ody mengelus punggung tangannya, perempuan itu mengernyit heran.
“Tangan kamu kok dingin banget, Ki? Kenapa? AC-nya terlalu dingin ya?”
Ody hendak beranjak mengambil remot AC untuk mengecek suhu, tetapi tangan Kia lebih dulu menahannya. Meski sempat bingung, Ody kembali duduk disisinya.
“Gak apa-apa kok.” Kia yakin, suaranya terdengar gugup malam itu.
Ian Baskoro tampak berdeham, lalu merubah posisi duduknya menghadap Kia dan putrinya. Dia menyeruput kopinya sebelum kemudian berkata.
“Nah tadi bukannya mau pada ngobrol. Sekalian tunggu Bunda kesini dulu ya.”
Tidak lama, perempuan yang disebutnya Bunda itu ikut menghampiri sambil membawa beberapa toples makanan kering untuk camilan malam.
Kia yang masih duduk ditempatnya merasa semakin gugup tidak karuan. Baginya, momen ini bahkan lebih menegangkan daripada duduk di depan penguji saat sidang skripsi.
Ian membuka pembicaraan kembali. “Mau ngobrol apa Kak?”
Ody dan Kia saling berpandangan, menunggu satu sama lain untuk berbicara pertama kali. Kia memberi kode dengan arahan dagu kepada Ody, menyuruhkan membicarakan hal lebih dulu.
Detik jarum jam terdengar lebih gamblang ketika diantara mereka hanya sunyi yang menemani. Kia melihat pacarnya itu dengan seksama, menemukan sebuah keraguan dimatanya yang membuatnya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin Ody katakan sampai meminta ia berkumpul bersama keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Met
Romansa[COMPLETED] ㅡ Cerita mereka belum usai. Siapa sangka dunia baru yang Ody dan Kia sambut bersama justru menjadi jembatan penghubung bagi tunas-tunas baru untuk tumbuh diantara mereka? Perjalanan dan lika-liku kisah cinta Ody & Kia baru saja dimulai. ...