Bab III

11 2 5
                                    

   Bunyi dering alaramku terdengar nyaring. Aku berusaha sekuat tenaga untuk membuka mata, tapi hasilnya nihil. Keinginanku untuk bangun sangat lemah dibandingkan dengan rasa nyaman dan kantuk yang beradu menjadi satu membentuk sebuah kekuatan yang di sebut sebagai kemalasan.
     Sinar mentari yang mulai mengintipku melalu celah jendela membuatku tidak tahan lagi. Aku membuka selimut dan duduk tegak diatas kasur, yah.. Setidaknya aku sudah bangun meskipun mata ini belum siap untuk membuka.
    Dering alaram menyala lagi membuatku terkejut dan reflek membanting bantak kesumber suara dan kini jam weker satu-satunya pecah juga. Helaan nafas panjang menjadi awal dari pagiku. Saat turun dari ranjang aku menginjak sesuatu, bungkus permen rasa mint. Aku baru sadar jika aku suka permen rasa mint dan juga aku baru tau kalau aku suka makan permen selain lolipop.
    Aku turun dari tangga cepat-cepat. Mencari ibu dan ayah dikamarnya tetapi tidak ada. Heh diela .. Aku lupa jika ini sudah pagi pasti mereka sedang asyik berpacaran didapur. Aku menutup pintu kamar ayah dan ibu. Segera setelah itu pergi kedapur menghampiri mereka berdua dan ternyata benar, mereka sedang berpacaran.

" siapa yang tadi malam datang kekamarku dan membuang bungkus permen mint ini? "

   Ayah yang semula memeluk ibu dari belakang kini melepasnya kasar, mungkin reflek karena aku datang tiba-tiba.

" ada apa sayang..? Kenapa tiba-tiba? " kata ayah gelagapan.

" ada yang buang sampah dikamarku. " aku menunjukkan pembungkus permen itu kepada ayah.

" dari mana kamu dapatkan ini? "

" ayah berhenti bercanda, aku kan sudah bilang aku menemukan sampah dikamarku. "

" tepatnya? "

" tepatnya di bawah tempat tidurku, disebelahnya juga ada, sepertinya yang membuang sampah ini punya setok permen sara mint seumur hidup. " kata ku kesal.

" kenapa begitu? "

" karena aku menemukannha tidak hanya satu, tapi banyak. "

" ayah tau kalau banyak itu pasti lebih dari satu. "

   Merasa hanya dipermainkan aku melangkah pergi dan duduk diruang makan, menopang dagu dengan kedua tanganku.

" ayah jangan begitu." kata ibu dari dapur kepada ayah.

" ahh.. baiklah kalau begitu."

   Ayah berjalan mendekatiku membelai lembut rambutku dan mengambil tempat duduk di sebelahku.

" maafkan ayah ya, ayah yang membuangnya. "

  Mendengar itu aku terkejut.

" ayah tidak bisa tidur, ingin melihat putri ayah yang cantik ini sekali saja sebelum tidur, tapi ayah tidak kunjung mengantuk dan akirnya harus memakan permen tasa mint. " jelas ayah.

" jadi ayah. " masih dengan raut muka jengkel.

" maafkan ayah, kamu mau kan memaafkan ayah. "

" ahh.. Aku maafkan tapi jangan begitu lagi."

" ayah janji. " ayah mengacungkan kelingkingnya untuk membuat janji denganku, aku segera menyambutnya  dengan senyum samar.

   Ibu membawa banyak sekali makanan dari dapur. Ada beberapa olahan seafood dan sayuran. Bau harumnya membuat perut ini memberontak.

" sekarang makan dulu. "

   Ibu mengambilkan nasi untuk ayah begitu juga dengan aku. Pagi yang menyenangkan sekaligus menjengkelkan, tetapi sangat berkesan.
    Setelah sarapan aku membantu ibu untuk membereskan ruang makan. Tidak sengaja aku melihat piring bekas makanan di taruh di bawa meja.

In the Dark and In the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang