bab VII

6 1 4
                                    

   Aku bangun kesiangan hari ini, mungkin karena semalam aku tidur terlalu larut malam. Selain itu barang-barang dikamarku juga banyak yang berubah, meja belajar yang semalam ada di depan jendela kini bergesar labih dekat dengan tempat tidurku, kaleng pensil yang diberikan agli juga tidak ada. Sungguh pagi yang sibuk untuk seorang diela.
    Ibu sudah lama berteriak dari ruang makan memanggilku, aku tak menggubrisnya, aku masih sibuk mencari perlengkapan sekolah. Ayah datang kekamarku melihat kamar yang sudah sangat berantakan.

" ada apa, kenapa berantakan seperti ini? "

" kenapa ayah memindahkan barang-barang dikamarku, aku jadi bingung dimana tempat pengsilku, dimana rak bukuku, bahkan aku juga kesulitan mencari lemariku. " aku merasa kesal dengan semua ini.

" baiklah ayah bantu cari, kamu sedang cari apa? "

" aku sedang cari kaleng pensilku. "

" oh.. ayo ayah bantu. "

   Beberapa menit kemudian, ayah berhenti mencari, sepertinya dia sedang mengingat sesuatu yang saat ini tidak ingin aku ketahui. Benar saja, ayah langsung lari keluar kamar, aku tidak peduli lagi yang terpenting saat ini kaleng pensilku. Ayah pasti sedang memikirkan proyek ilmiahnya.
   Ayah pergi menuju tong sampah depan rumah, ada setumpuk sampah disana. Meskipun awalnya merasa jijik, akhirnya ayah mengambil sampah itu lagi dan melihat apakah ada kaleng pensilku disana. Setelah lama mencari ayah menemukannya. Baunya sudah tidak enak, warnanya juga mulai lusuh dan kaleng itu kosong.

" apa aku bilang, daela pasti membuangnya. "

   Rupanya ayah ingat saat daela ingin mengubah beberapa posisi barang dari kamarku, dia memilih barang mana yang akan dibuang dan yang akan disimpan. Ternyata kaleng pensilku salah satu benda yang menurutnya harus dibuang.
   Ayah berlari kecil kekamarku, aku sudah menangis disana, bagaimana bisa dalam semalam kamarku sudah menjadi kamar orang lain. Ayah mendekatiku menyodorkan kaleng pensilku.

" kenapa kotor. " kataku.

" maaf ya, ayah tidak sengaja membuangnya, ayah pikir ini tidak berharga. "

   Bagaimana bisa tidak berharga, kaleng pensil itu pemberian dari sahabat baruku agli, sebagai tanda persahabatan.

" itu dari temanku agli ayah, sebagai tanda persahabatan. " kataku di sela-sela isakan.

" maafkan ayah.. Kamu maukan memaafkan ayah? "

    Aku mengambil kaleng pensil itu, melihatnya sejenak dan menaruhnya kedalam laci. Aku berharap besok pagi tidak seperti ini lagi.

" baiklah, aku maafkan ayah. "

    Ayah tersenyum samar.

" sekarang ayo kita turun sarapan dan berangkat. "

" ehem. "

   Mood pagiku benar-benar sudah hancur, ingin sekali marah tapi harus marah dengan siapa, aku tidak tau.

" kenapa menangis? "

" ini bu, diela tidak suka dengan tatanan baru kita dikamarnya. "

   Aku terkejut dengan perkataan ayah, aku tau yang mengubah semua posisi kamarku adalah mereka. Tapi, aku jadi tidak enak, pasti mereka mengubahnya demi kebaikanku.

" ayah.. ibu.." gumanku.

" iya sayang. "sahut ibu.

" maaf, aku tidak tau kalau kalian mengubah posisi kamarku, itu kalian lakukan pasti demi kebaikanku. " jelasku.

    Wajah ayah menunjukkan dia amat sangat menyesal.

" sudah, sekarang kita sarapan, sebentar lagi kalian akan berangkatkan. "

In the Dark and In the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang