Bab XI

9 2 0
                                    

    Daela turun dari kamar tidurnya, dia menghampiri kamar ayah dan ibu. Mereka sudah terlelap, ayah mungkin lupa jika daela akan bangun malam ini. Bisa jadi karena terlalu lelah setelah mengerjakan beberapa penelitian.
    Daela menutup pintu kamar ayah dan ibu sepelan mungkin, berusaha agar tidak membangunkan mereka berdua. Dia melihat kesekeliling ruang keluarga. Begitu sepi, tidak ada siapapun. Hari ini dia libur belajar, jadi dia bisa pergi sesukanya.
    Satpam depan rumah sedang berada diposnya saat ini, melihat kearah daela sejenak lalu menghampiri daela.

" apa nona daela yakin akan keluar sendiri malam ini? "

" bukankah aku sudah terbiasa keluar malam, sendiri... Hanya sendiri. "

   Ada penekanan suara pada kalimat tertentu saat daela menjawab pertayaan pak satpam. Pak satpam tidak dapat berkata apa-apa lagi, dia mengangguk membukakan gerbang dan kembali menutupnya.

" nona daela jika ada yang nona butuhkan selahkan hibungi saya. " teriak pak satpam dari dalam.

    Daela hanya mengangguk patuh. Dia pergi menyusuri gang perumahan. Daela menengadahkan wajahnya kelangit. Ada bintang dan bulan yang bersinar, tetapi sebagian dari mereka tertutup mendung.
     Terdengar suara gemericik air yang mengalir. Daela sudah sampai di danau kecil dekat dengan rumahnya. Dia duduk dipinggiran danau sambil melihat pantulan sinar bulan di air.

" kenapa.. " bentak daela kepada diri sendiri.

" kenapa kamu tidak bisa hidup seperti diela? "

" kenapa... Hehh kenapa? "

      Tangisan daela semakin menjadi-jadi. Dia terus merutuki nasibnya, yang kurang beruntung itu.

" hidupku tidak berguna. "

    Mengambil sebuah batu dan menyayatkannya pada lengan kanannya. Darah segar keluar dari sayatan itu. Meski begitu rasa sakit sayatan itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang sedang menyerang hatinya. Gadis mana yang akan terus tenang saat tau dirinya tidak bisa seperti gadis pada umumnya.

" aku benci denganmu diela.. Aku benci. "

    Kembali menyayat tangan kanannya.

" kamu mendapatkan semuanya tapi tidak denganku. "

    Kali ini daela melempar jauh batu itu ke danau. Meremas rambutnya dan terus menangis.

" akan ku renggut semuanya, akan kubuat kamu merasakan apa yang selama ini aku rasakan. "

                           ~♥~♡~♥~

" apa nona baik-baik saja? "

" aku tidak apa, tadi ada mobil nabrak aku. "

" nona terluka? "

" seperti yang kamu lihat. "

   Daela pergi meninggalkan pak satpam. Dia ingin cepat-cepat tidur agar diela segera merasakan sakit karena luka yang dibuatnya. Belum sampai ruang keluarga, daela melihat ayah dan ibu sudah menyiapkan sebuah hadiah kejutan untuknya.

" sayang kamu kenapa? "

" ayah siapkan ini untukku? "

" tentu saja. "

" sayang ayo katakan siapa yang berani melukaimu..? " ibu menyahut dari belakang.

" aku tadi pergi kedanau, ditengah perjalanan aku tertabrak mobil. "

" baiklah.. Pasti itu sakit kan, maafkan ayah dan ibu ya.. tadi berpura-pura tidur. "

    Seulas senyum menghiasi wajah daela.

" tidak apa-apa ayah, aku sudah memaafkan ayah. "

    Pelukan hangat ayah kepada daela berhasil menenangkan sakit hatinya. Ibu pergi mengambil kotak obat untuk luka daela.
     Suasana hangat berhasil tercipta malam ini nyanyian keluarga bergema kemana-mana, memenuhi setiap sudut rumah.
    Ayah, bagi daela sumber semangatnya adalag ayah, dia yang dapat menenangkan daela saat dia sedang merasa cemas. Dan, ibu juga tidak kalah penting untuknya, tapi entah kenapa rasa sayang daela kepada ayah jauh lebih besar.

" bagaimana suka dengan kejutannya? "

" aku suka.. sangat suka. "

    Ayah dan ibu langsung memeluk putri keduanya itu. Mereka tau mencurahkan kasih sayang untuk daela adalah hal yang dibutuhkannya.

" ibu punya sesuatu untuk kamu. "

" apa itu? "

   Kotak bewarna merah jambu dengan hiasan pita warna warni membuat daela tersenyum lebar. Karena tidak sabar untuk membukanya, daela merebut hadiah itu dari ibu. Terkejut dengan sikap daela, ibu hanya diam dengan senyum samar.

" coba buka. "

   Daela membuka hadiah itu perlahan-lahan dia tidak ingin sampai hadiah dari orang tuanya rusak. Isi dari hadiah itu adalah sebuah bingkai foto bewarna pink. Seorang bayi perempuan cantik dengan gaun merah dan sepasang sepatu putih rajut terlihat manis di pangkuan ibu.

" Dua tahun bersama Shendaela smit. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In the Dark and In the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang