Bab V

4 2 0
                                    

     Tidak ada kata bosan untuk memandang foto jashend. Lelaki yang memberiku kesan sempurna disetiap pujiannya dan memberikan warna baru di kota kecil ini. Aku tidak lagi memandang kota kecil ini sebagai kota yang tidak menyenangkan, aku sudah punya agli dan juga jashend itu sudah lebih dari cukup.
    Pemandangan malam ternyata tidak terlalu buruk. Walaupun hanya sedikit lampu yang masih menyala di jam-jam seperti ini, bintang tetap memancarkan sinarnya. Hembusan angin malan yang dingin tidak membuatku ingin segera pergi kedalam rumah.
     Setelah melihat kesekeliling kota, perhatianku terpusat kepada seseorang yang berdiri di depan gerbang rumahku. Kamarku ada dilantai dua, disisi kiri kamarku ada balkon kecil tempatku sekarang berada. Gerak geriknya sangat mencurigakan. Pandanganku memburam karena hampir tidak ada cahaya yang menyinarinya.
    Handphone ku berdering, ternyata pesan dari jashend.

* diela bisa bantu aku? *
Bantu apa?
* bisa kamu datang ke depan gerbang, sekarang? *
Untuk apa?

    Aku melihat sekali lagi seseorang yang mencurigakan itu, hanya ada dia tidak ada yang lain. Saat itu juga aku baru menyadari jika itu jashend.

Aku melihatmu, sempat aku pikir kamu adalah penjahat.
* mana ada penjahat sepertiku. *
Mulai.
* aku ingin memberikan sesuatu, bisahkah kamu turun kebawah dan ambil hadiah dari ku? *
Ini sudah malam, kenapa tidak besok saja?
* tidak bisa ini hadiah yang sangat penting, tidak dapat ditunda. *
Oh ayolah aku tidak butuh hadiah saat ini.
* sudah, aku ingin kamu mengambilnya
Ok
* dan satu hal lagi, tidurlah sudah malam*
Aku usahakan.

    perasaan aneh mulai menyerang ku tak lama setelah aku membalas pesan dari jashend. Jashen yang berada di depan rumahku sudah menghilang ditelan kegelapan, aku beruntung mempunyai teman sebaik dia. Tak sengaja aku melihat kotak yang tergeletak di depan gerbang rumahku, tanpa pikir panjang aku langsung turun kebawah. Mengambil kunci cadangan dari dalam laci dan segera membuka pintunya untuk mengambil hadiah dari jashend. Tak peduli apa isinya, sekalipun itu bom aku tetap akan membukanya.

" non kenapa belum tidur? " tanya satpam yang melihatku keluar dari rumah.

   Aku terkejut melihat satpam yang berdiri di depanku sekarang ini dengan senter yang masih menyala.

" aku menunggu kiriman barang, tadi petugasnya bilang kalau sudah datang. "

   Jika dipikir lagi itu bukan alasan yang tepat, karena aku tau jashend pasti jalan kaki dan tidak meninggalkan pesan kepada satpam itu.

" tapi saya tidak mendengar suara sepedah motor, juga tidak ada orang yang menitipkan barang. "

" aku mohon lihatlah dulu, aku tadi memesannya dan petugas itu bilang kalau sudah ada sekarang didepan. " aku semakin gugup, pak satpam sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia mempercayai aku.

" akan saya lihat non. "

   Pak satpam berlari kecil menuju gerbang, setelah gerbang dibuka benar saja dia melihat sebuah kotak tanpa alamat pengirim.

" ada non. " kata pak satpam legah.

" bawa sini pak, aku akan bawa kedalam. "

  Dengan segera pak satpam memberikan kotak itu kepadaku. Aku langsung membawanya masuk kedalam, mengunci kembali pintu dan bergegas kekamar. Entah sejak kapan aku merasakan dak dik duk di hatiku. Rasanya tidak sabar ingin segera membukanya.
    Aku menutup pintu kamar dan menguncinya rapat-rapat. Dan menaruh hadiah itu di atas meja belajar. Hadiah yang sangat cantik, berbalut kertas kado warna pink dengan motif hati membuatku semakin senang, ditambah lagi dengan pita perekat berwarna senada. Perasaanku sungguh kacau saat ini, antara senang dan tengang tapi tak apa perasaan penasaran ini jauh lebih menguasaku.
    Aku menghelah nafas panjang, mengambil kater dari dalam laci dan menyobek pita perekat berwarna pink itu. Perasaan ini sudah tak terkontrol lagi.

" astaga.. " aku terkejut melihat isi dari hadiah yang diberikan jashend kepadaku. Aku tidak pernah membayangkan jika akan secepat ini.

   Rasanya baru saja kemarin aku mengenalnya dan sekarang dia benar-benar berhasil membuatku bahagia, bisa jadi lebih dari sekedar rasa bahagia.
   Aku mengambilnya dan mencoba memakainya, ukurannya pas tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Motif bunga disekitarnya memberikan kesan glamor. Aku sangat senang, jika bisa diungkapkan rasanya seperti aku bisa terbang ke langit ketujuh setelah itu berkeliling dunia dan menyantap semua makanan yang ada. Aku tak pernah membayangkan jika hari ini menjadi hari yang paling berkesan bagiku.
    Handphone ku berdering kembali, aku yakin pasti kali ini dari jashend. Tebakan yang bagus, itu dari jashend. Aku menyiapkan diri untuk mengangkat telphonenya.

Hallo.
* hallo juga. *
Mau apa?
* jadi, kamu suka dengan hadiahnya? *
Menurutmu?
* aku tidak yakin. *
Kamu ingin aku jawab jujur atau setengah dari kata jujur?
* hemm, jika aku memintamh menjawab setengah dari kata jujur maka jawabannya tak lain adalah JU benar bukan. *
Benar.
* aku ingin jawaban yang jujur. *
Jawaban yang jujur ya.
* ehemm jawaban yang jujur.*
Aku menyukainya.
* kamu serius. *
Yah
* lebih baik kamu jangan bohong soal ini. *
Aku serius, ini nggak bohong, aku suka.. Bener-bener suka.
* syukur deh kalau gitu. *
Makasih ya kamu udah kasih hadiah ke aku, padahal bukan hari ulang tahun aku lo.
* sama-sama, sebenarnya enggak usah nunggu hari ulang tahun kamu untuk kasih hadiah, karena nggak ada hari yang lebih sepesial dari hari dimana aku mulai jatuh cinta sama kamu.*
Udah ah, udah malam nih, besok sekolah aku mau tidur.

   Aku menutup telphone dari jashend. Jika diteruskan yang ada aku malah nggak bisa tidur. Kata-kata yang sebelumnya tidak pernah aku dengar dari seorang pria, kini jashend yang mengatakannya.
    Meskipun aku sudah menutup telphone dari jashend, rasanya dia masih ada didekatku. Hanya saja aku tidak tau pasti dimana letaknya, mungkin dihatiku.
     Sudah diputuskan malam ini aku pasti bermimpi indah, tentang jashend, jeshend sang pangeran. Aku sudah gila dibuatnya.

" sayang. "

   Suara ayah dari balik pintu, mungkin dia tau kalau aku belum tidur. Aku menyembunyikan kardus hadiah dari jashend dan segera membuka pintu.

" hai ayah. "

    Ayah menunjukkan ekspresi bingung. Aku sangat gugup, takut jika ayah tau aku keluar malam untuk mengambil hadiah dari jashend.

" kamu berkeringat daela? " kata ayah kepadaku sambil mengusap lembut keningku.

" daela? "

   Wajah ayah tiba-tiba membeku mendengar perkataanku. Akupun semakin bingung dengan gerak gerik ayah. Sedikit curiga jika digaris besarkan.

" ahh diela... Iya maaf ya ayah salah bicara. "

" ehemm tidak apa-apa ayah, ayah mau masuk? "

" tidak perlu, kenapa belum tidur? "

" ehmm iya, aku belum bisa tidur, aku takut jika gadis itu muncul lagi dalam mimpiku. "

    Alasan yang bagus menurutku, tidak ada celah untuk mencari kesalahan.

" jangan kawatir sayang. " kata ayah lembut.

" aku ingin bermimpi seorang pria ayah, aku ingin seperti teman-teman yang bisa bermimpi indah. " kini bukan lagi alasan yang keluar dari mulutku, melainkan keinginan yang mustahil untuk ku dapatkan.

" sudah, ayo ayah temani kamu tidur. "

   Aku menurut, ayah duduk dikursi meja belajarku. Aku menarik selimut dan mulai memejamkan mata. Ayah masih setia dikursi itu, tidak ada tanda-tanda dia akan pergi. Ayahku memanglah ayah yang baik.

In the Dark and In the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang