secret in your eyes

273 47 2
                                    

Ah, kejar-kejaran lagi. Begitu rutuk Taehyung dalam hati saat perdagangan gelapnya tercium oleh pihak berwajib.

Tubuh tegap namun kurusnya ia bawa sedemikian kencang, tak akan membiarkan polisi membawanya.

Mungkin, jika sekarang ia adalah Kim Taehyung tiga tahun yang lalu, ia akan secara cuma-cuma menyerahkan diri. Toh, kebutuhan hidupnya akan terjamin. Tak usah berdagang narkoba lagi. Kkeut!

Tapi, sekarang dunianya bukan hanya tentang makan dan berdagang. Ia punya kehidupan lain. Kehidupan lain yang saat ini pasti gelisah menunggunya pulang.

Taehyung sudah janji akan pulang dengan selamat kemarin malam. Ia tak mau membuat bulannya resah hanya karena ini. Bukan masalah besar. Berlari sudah jadi keahliannya sejak sekolah menengah. Hanya perlu menarik napas dan menghembuskannya. Iya, hanya begitu.

...

"Uhuk! Uhuk!" Pemuda itu hendak masuk saat ia rasa dadanya begitu sesak. Menggenggam knop pintu begitu erat saking sesaknya.

Taehyung mencoba mengais udara di sekitar. Memutuskan menahan tubuh pada tembok sambil menatap langit-langit gedung apartemen.

Penyakit sialan. Tubuh sialan. Umpatnya dalam hati lantas meringis menahan sakit.

"Kumohon, jangan sekarang. Lu-luna sedang menungguku, Tuhan," gumamnya sembari terpejam.

Namun, sepertinya Tuhan sedang memberi pelajaran padanya. Perlahan kesadaran Taehyung hilang.

Pemuda itu tak sadarkan diri.

...

"Tae?" Panggilan lembut samar-samar namun familiar terdengar ke rungu Taehyung.

Mengerjab beberapa kali guna menyesuaikan diri dengan cahaya di sana, Taehyung agak terkejut menemukan Luna dihadapannya.

"Sayang." Tentu tak ingin dikhawatirkan, Taehyung berusaha menanggapi sebiasa mungkin.

"Kenapa tidur disini? Ayo masuk! Takut kumarahi karena pulang terlambat, ya?"

Taehyung terkekeh kecil. Berusaha bangkit dari duduknya sambil dibantu Luna.

"Ehehe, itu kau tahu. Pintar sekali sih pacarnya Kim Taehyung," puji Taehyung sembari mencuri satu kecupan pada pipi Luna.

"Tak usah merayu. Omong-omong, kenapa kau berkeringat sekali? Dikejar lagi?" Tanya Luna gelisah. Taehyung hanya balas dengan usapan di kepala.

"Jangan khawatir. Aku berjanji akan terus pulang ke mari. Rumahku kan kau," ujar Taehyung yang dianggap candaan oleh Luna, tapi sebenarnya Taehyung sangat serius akan ucapannya.

"Tae, berhenti saja, eoh? A-aku tak ingin melihatmu pulang dengan wajah lelah terus menerus."

Mendengar itu, Taehyung melirik Luna yang sedang mengambilkan pakaian untuknya dengan tatapan sendu. Pemuda itu beranjak mendekat. Memilih memeluk sang bulan dari belakang. Sesekali memberikan kecupan pada pucuk kepala.

"Iya. Aku akan berhenti. Tapi, tidak sekarang, Na. Kau tahu aku tak mungkin punya pekerjaan lebih baik. Kemampuanku hanya bertukar barang dan berlari."

"Namun, aku mampu, Tae. Bagaimana jika aku yang bekerja? Pekerjaan part-time saja biar kau tak khawatir." Taehyung menggeram tak suka. Luna jelas tahu opininya akan ditentang keras oleh Taehyung.

Semua lakunya itu ditentukan oleh Kim Taehyung. Dia itu tawanannya Kim Taehyung.

Tapi, tak apa. Selama Taehyung selalu berada di sisinya, ia amat bersyukur akan keadaannya yang terkekang.

Sungguh tak apa.

"Kau sudah tahu jawabanku, Na?" Luna menggumam sebagai balasan. Pun akhirnya Taehyung luluh dan memilih mengambil pilihan baju Luna.

"Aku mandi dulu. Jika mengantuk, tidur duluan saja. Aku mau merokok setelah mandi."

Saat hendak beranjak, Luna mencekal lengan Taehyung. Hal itu tentu mengejutkan sang empunya lengan.

"Ada apa?"

"Tak ada yang kau sembunyikan dariku, kan?"

Taehyung memandang obsidian kelam itu dalam. Sedikit banyak merasa ditusuk tepat di ulu hati. Ia berputar, lalu meletakkan kedua telapak pada bahu Luna.

"Lihat aku. Kau bisa melihat semua rahasiaku dari tatapan mata. Apa aku terlihat punya rahasia?"

Luna balas menatap netra jelaga Taehyung dalam diam. Wajahnya kelihatan serius sekali menyelami lingkaran hitam milik Taehyung. Taehyung jadi gemas dibuatnya. Lantas saja ia berikan pelukan erat pada tubuh kecil Luna.

"Sedang mencari rahasia atau mencari harta karun? Serius sekali."

"Ck, katanya harus melihat matamu, Tae."

"Iya, iya. Lihatnya lanjut besok saja. Aku mau mandi."

"Tidak. Nanti. Aku akan menunggu." Taehyung tersenyum, lalu mengangguk pasrah.

"Baiklah. Tunggu pangeran selesai mandi ya, putri?"

"Tentu. Sampai aku terkantuk-kantukpun tetap bisa tahan kalau itu menunggumu, Tae," balas Luna begitu tegas. Taehyung menggeleng tak suka.

"Jangan. Jangan menungguku terus, Na. Lelahlah sedikit. Aku tak suka melihatmu menungguku. Rasanya sakit disini," oceh Taehyung sambil menunjuk letak jantungnya.

"Ouch! Lebay!" Pekik Luna lantas memukul dada Taehyung.

"Tapi, mukamu merah tuh."

"Tidak!"

"Iya, iya. Tidak merah, tapi red."

"Sama saja, Tae!"

"Beda huruf, sayangku."

"Ck. Sudah ah. Cepat mandi sana! Kau bau!" Taehyung terbahak, lalu memilih menuruti perintah Luna.

"Jangan kangen."

"Cuma mandi, Tae," gerutu Luna sambil memutar bola mata gemas.

"Siapa tahu aku ketiduran terus kau kangen."

"Mulutmu! Pintar sekali ya berkata-kata!" Geram Luna lantas terburu mendekati Taehyung. Memberi beberapa hadiah berupa pukulan tentu membuat Taehyung kalah.

"Aduduh, sakit, Na. Nanti aku biru-biru kau juga yang repot."

"Taehyung!"

"Iya. Aku mandi. Ini, sudah masuk," ujar Taehyung yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Mandi!"

"Iya, ibunda ratu! Pangeran tampan mau mandi! Jangan mengintip!"

"KIM TAEHYUNG!"

"HAHAHA."[]

Wishes list for Taehyung:
2. I hope Taehyung will always smile and become Taehyung who always happy💜

chanju4n

мσση αη∂ ηιgнт.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang