Luna memegang perutnya yang merengek lapar. Sekarang sudah pukul sebelas malam. Jungkook bilang ia pergi ke koperasi rumah sakit untuk membeli beberapa makan malam.
Tinggalah Luna dan Taehyung yang masih terlelap disana.
Luna memijit pelipisnya yang pusing. Ia memilih rebahan di sofa. Memandang langit-langit kamar yang berwarna putih tulang.
Tiba-tiba, rasa mual menyerangnya begitu hebat. Ia gelagapan berlari menuju kamar mandi. Memuntahkan isi perutnya yang kebanyakan hanya air.
Luna tak sanggup bangkit setelah mengeluarkan semua isi perutnya. Ia terduduk di dekat wastafel. Lantai kamar mandi memang kering karena belum ada yang memakai sejak siang tadi.
Pusing di kepalanya makin menyakitkan. Ia meletakkan kepalanya di kedua lutut dan menutupinya dengan kedua lengan.
Saat ia mendongak dan membuka matanya yang sebelumnya terpejam, hanya gelap yang ia lihat. Ia mengerjab beberapa kali, tapi nihil. Pada akhirnya, kegelapan yang menang akan dirinya.
Luna tak sadarkan diri.
...
"Luna?" Jungkook memasuki ruangan dengan beberapa plastik berisi makanan. Hening. Tidak ada Luna di kamar. Namun, Jungkook rasa wanita itu takkan pergi keluar karena ini sudah hampir tengah malam.
Pemuda itu menaruh makanan di meja yang disediakan, mengamati berbagai sudut kamar dan mendapati pintu kamar mandi yang sedikit terbuka.
Merasa Luna ada disana, Jungkook bergerak mendekat. Mencoba mengintip melalui celah dan berhasil menangkap sosok Luna yang terbaring bersandarkan wastafel.
"Luna!" Pekikan Jungkook membahana ke selurung sudut kamar. Hal itu tentu membangunkam Taehyung yang baru terkena efek obat.
Taehyung melirik ke arah suara Jungkook berasal dan berakhir melotot kaget saat ia dapati Jungkook menggendong Luna yang tak sadarkan diri.
"Na?!" Gumam Taehyung dengan suara yang lebih keras ketimbang sebelumnya. Jungkook memandang Taehyung yang rebahan di kasur. Taehyung kelihatan ingin bangkit. Kendati begitu, tubuhnya menolak bereaksi. Payah, payah sekali kau, ejek Taehyung pada diri sendiri.
"Hyung, jangan coba-coba bangun! Kondisimu begitu parah. Biar aku yang mengurus Luna," ujar Jungkook sembari meraih engsel pintu.
"Aku serahkan padamu, Jung."
"Iya. Aku akan segera kembali dan memberitahu kondisi Luna," ucap Jungkook yang berusaha menutup pintu dengan Luna di gendongannya.
Dua orang yang dikasihi Taehyung itu sudah pergi. Taehyung terdiam menatap plafon kamar inapnya. Pikirannya berkelana kemana-mana. Ia tadi bermimpi. Mimpi yang terasa begitu nyata. Mimpi yang begitu indah.
Di mimpinya, Taehyung dan Luna tinggal di tengah taman bunga matahari, ada seorang anak kecil berambut gondrong seleher berlarian --anak kecil itu mirip Taehyung. Taehyung tersenyum kecil, tapi air mata merembes keluar dari kelopaknya.
Jika mimpi itu adalah pertanda, ia harus bagaimana?
Di satu sisi, ia begitu bahagia karena bisa memiliki keluarga kecil bersama Luna. Di sisi lain, ia tahu menemani mereka adalah hal yang mustahil. Nafasnya hanya tinggal beberapa. Ia tak bisa bertahan selama yang ia mau.
...
Jungkook menunggu Luna yang diperiksa di kursi tunggu. Pemuda itu begitu was-was karena dia lah yang memegang tanggung jawab akan Luna sekarang. Ia sudah berjanji.
Seorang dokter dan dua perawat keluar dari ruangan Luna. Jungkook lantas bangkit menghampiri.
"Bagaimana kondisinya, dok?"
"Nona Moon hanya kurang makan. Omong-omong, anda siapanya ya?"
"Saya teman kekasihnya, dok."
"Oh, begitu." Sang dokter tersenyum kecil.
"Tolong sampaikan pada kekasih Nona Moon jika ia akan jadi ayah," tambah sang dokter.
Jungkook melotot kaget. Ia berkedip beberapa kali karena masih belum menerima maksud dokter itu.
"A-apa, dok?"
"Nona Moon mengandung. Kandungannya sudah menginjak dua minggu dan kondisinya yang sekarang benar-benar rentan. Ada baiknya ia dirawat sampai kondisinya pulih dan bugar. Saya harap anda membawa kekasih Nona Moon agar bisa berkonsultasi dengan saya."
Jungkook mengiyakan canggung. Setelah orang-orang rumah sakit itu pergi, Jungkook menghembus napas berat sambil mengacak-acak rambut hitamnya.
"Aku harus bagaimana?"
...
"Jung," panggil Luna dengan nada parau saat Jungkook masuk.
"Eum.. kau tak apa?"
"Hm. Apa benar ada Taehyung kecil disini, Jung?" Luna mengelus perutnya yang datar penuh kasih. Matanya berkaca-kaca. Ia begitu bahagia.
Jungkook mendekat. Meraih tangan Luna gelisah.
"Na, jangan beritahu hyung dulu ya? Ia sedang lemah-lemahnya." Luna mendongak. Menatap Jungkook dengan pandangan marah.
"Apa masalahnya jika aku memberitahu Tae? Lagipula, ini anak kami. Tak usah ikut campur, Jung." Luna menepis genggaman Jungkook.
Melihat itu, Jungkook memutuskan membiarkan Luna sendiri. Ia akan memberitahu Taehyung dengan pelan-pelan agar hyungnya tak terkejut.
Kriet!
"Hyung?"
Jungkook mendekat ke kasur Taehyung. Ternyata pemuda Kim itu belum tidur.
"Bagaimana Luna, Jung?"
Jungkook gelisah. Tapi, ia sudah berniat mengatakannya saat perjalanan menuju kesana.
"Kata dokter, Luna kurang makan dan perlu dirawat karena..."
"Karena?" Tanya Taehyung sebab Jungkook tak melanjutkan omongannya.
"Jika kukatakan hal ini, kuharap hyung bisa mempersiapkan diri."
"Kenapa wajahmu begitu? Tegang sekali."
"Lu-luna hamil, hyung."[]
Kok lama-lama cem sinetron ya :))
Btw, H-2 ultah taetae ☺ Gasabaar 💜🙌 A-taesthetics
KAMU SEDANG MEMBACA
мσση αη∂ ηιgнт.✔
Fanfiction[ тαεнүυηg's sρεcιαℓ вιятн∂αү ρяσנεcт ] tαєhчung punчα duα вulαn. tαpí, чαng sαtu khusus untuk dírínчα. pun sínαrnчα tαkkαn pєrnαh pαdαm wαlαu mαlαm hílαng dígαntíkαn fαjαr. lunα nαmαnчα. вulαnnчα. Started on December 16, 2018. Finished on December...