Taehyung ada janji dengan teman hari ini. Itu sebabnya ia pamit pada Luna setelah aktivitas bertukar kado mereka.
Saat ini, keduanya sudah ada di depan pintu. Luna hendak mengantarkan kepergian Taehyung. Wanita itu sedang menjahit kemeja Taehyung yang lepas satu kancingnya.
"Jangan pulang terlambat, Tae. Kau sudah punya jam tangan sekarang. Awas saja kalau ada alasan," ancam Luna sambil memukul bahu Taehyung.
Taehyung meringis sedikit sakit. Ia mengangguk-angguk patuh lantas menarik Luna ke pelukannya.
"Iya, akan kuusahakan. Kalau ada yang mengetuk pintu, jangan dibukakan. Akhir-akhir ini, banyak kasus penculikan." Luna mengangguk dalam pelukan Taehyung. Jemarinya meremas kemeja Taehyung sedikit cemas.
"Tae, entah kenapa perasaanku tidak enak," gumam Luna memainkan jemarinya di dada Taehyung.
"Hanya perasaan. Tak usah dipikirkan," balas Taehyung sembari mengelus surai sepunggung Luna.
"Iya, ya. Hanya perasaan. Cha, pergi sana. Temanmu pasti menunggu," ujar Luna sambil melepas pelukan dan membalikan badan Taehyung ke arah pintu.
"Mengusirku, nih?"
"Kalau kau merasa begitu, ya sudah."
Luna mendorong Taehyung hingga pemuda itu terpaksa membuka pintu apartemen.
"Ingat pesanku tadi," petuah Taehyung sambil menatap Luna dalam. Luna mengangguk mengiyakan, lalu menjawab, "Kau juga ingat pesanku tadi, Tae."
"Siap putri cantik. Aku pergi dulu ya, Na."
Luna mengangguk lagi. Memberikan lambaian perpisahan pada Taehyung yang mulai menjauh hingga hilang di belokan.
...
Taehyung berjalan pelan sambil merokok. Kali ini, rokoknya murni rokok. Tak ada campuran di sana. Belakangan, Taehyung jadi sadar bahwa narkoba bisa semakin memperpendek umurnya.
Sekarang saja sudah sekarat, ia tak mau kalau mati cepat.
Langkahnya ia bawa ke sebuah gang buntu dimana itu adalah tempat janjiannya dengan teman kerja --Kim Namjoon.
Namjoon hyung bilang ia mau berbincang masalah pekerjaan dengan Taehyung.
Dia melihat Namjoon di sudut gang bersama 5 orang asing. Taehyung mengernyit heran. Pasalnya, Namjoon tak bilang bahwa ia akan membawa beberapa kawan.
Setelah membuang puntung rokoknya yang tinggal seperempat, Taehyung mendekati mereka.
"Oi, hyung. Sudah lama?"
"Lumayan." Namjoon memasukkan kedua tangannya ke saku. Tatapannya tajam. Tidak seperti Namjoon yang biasanya. Taehyung menukik alis kebingungan.
Sedikit ragu, ia mendekati Namjoon dan saling berpandangan dalam diam.
"Sebenarnya, apa yang kau inginkan hyung?"
Tiba-tiba, pria jangkung itu mengulas senyum miring. Memandang Taehyung dengan pandangan meremehkan.
"Kudengar Bos Besar akan memberimu promosi," ujar Namjoon masih dengan tersenyum miring.
"Kau tahu darimana, hyung?"
"Aku punya banyak mata, Tae."
Salah satu dari kelima teman Namjoon mendekat ke belakang Taehyung tanpa pria itu sadari. Namjoon memberi kode dengan alis yang dinaik-turunkan.
BUAGH!
Tendangan telak mengenai punggung Taehyung. Membuat pria itu tersungkur jatuh. Punggungnya sakit bukan main.
"A-apa maksudnya ini, hyung?!"
Namjoon mendecih keras. Melipat kedua tangan di depan dada saat salah satu kawannya menginjak punggung Taehyung agar tak bisa bangkit.
"Aku ingin memberimu pelajaran. Bisa-bisanya orang baru sepertimu menjadi atasanku. Mulutmu memang berbisa sekali ya, dasar bangsat!"
BUAGH!
Namjoon menendang wajah Taehyung hingga mulut pria itu robek. Darah merembes keluar dari bibir Taehyung. Taehyung mendesis sakit.
"Beri dia pelajaran, tapi jangan sampai mati," titah Namjoon sembari melangkah menuju tembok. Memilih menyandarkan diri pada tembok penuh lukisan dinding.
Kelima kawan Namjoon beraksi. Memukul, menghantam, dan menginjak. Tapi, Taehyung tak mau merengek minta berhenti. Saat ini, yang ia punya hanya harga diri.
Tubuh dan wajahnya nyeri bukan main. Darah berada di sana-sini seperti TKP pembunuhan.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" Teriakan di ujung gang membuat mereka berhenti. Namjoon melirik siapa pengganggu acara hiburanya.
Taehyung mengenali suara berat terkesan malas itu. Min Yoongi. Taehyung tersenyum kecil, walau pedih.
Ternyata, Tuhan masih sedikit kasihan padanya.
"Siapa kau?!" Teriak Namjoon murka.
"Pernah mendengar Min Si Siput?" Namjoon melotot kaget. Hanya orang bodoh yang tak tahu siapa itu.
Min Si Siput, penguasa daerah timur. Anak buahnya sudah melebihi populasi warga Mokpo.
"Ja-jangan bercanda."
"Kau yang jangan bercanda. Mau kubunuh sekarang?"
"Bos, bunuh saja dia. Kita sudah lama tak bermain-main," ajak salah satu anak buah Yoongi yang membawa pisau lipat di tangannya.
Namjoon meneguk ludah berat. Ia mengisyaratkan teman-temannya untuk pergi.
"Aku dan teman-temanku akan pergi. Ma-maaf." Namjoon berlari terbirit meninggalkan Taehyung sendiri.
Yoongi mendekati pria malang itu. Pemuda Min itu tak tahu bahwa korban Namjoon dkk adalah Taehyung.
"Apa kau tak apa-apa, Tuan?"
Yoongi membalik tubuh Taehyung dan mengamati wajah familiar itu.
"TAEHYUNG?!"
"ASTAGA! TAE! SADAR!" Yoongi berteriak heboh memandang netra Taehyung yang membalas tatapannya sayu. Darah memenuhi wajah dan kemeja yang ia kenakan.
"Hyung, jangan bawa aku ke rumah sakit," ujar Taehyung. Yoongi mengumpat.
"Bangsat! Kau itu sekarat, Tae. Cepat panggil ambulan!" Taehyung menggeleng lemah. Yang tak dihiraukan oleh Yoongi.
"Lu-Luna akan sedih, hyung. Kumohon jangan."
"Persetan apa katamu!"[]
H-4 for our 4D boy, Kim Taehyung, birthday. Can't wait >.< A-taesthetics💜
KAMU SEDANG MEMBACA
мσση αη∂ ηιgнт.✔
Fanfiction[ тαεнүυηg's sρεcιαℓ вιятн∂αү ρяσנεcт ] tαєhчung punчα duα вulαn. tαpí, чαng sαtu khusus untuk dírínчα. pun sínαrnчα tαkkαn pєrnαh pαdαm wαlαu mαlαm hílαng dígαntíkαn fαjαr. lunα nαmαnчα. вulαnnчα. Started on December 16, 2018. Finished on December...