take a step

154 36 3
                                    

Taehyung memandangi beberapa voucher di genggamannya. Jungkook tiba-tiba datang dan memberinya ini barusan. Bocah itu bilang, "Hyung, ini buatmu. Aku dapat dari temanku, tapi tidak berguna. Jadi, buat hyung saja. Hwaiting!"

Pria itu memilih duduk di sofa sambil mengamati benda di genggamannya lamat. Ia bimbang. Apakah harus menggunakan voucher ini atau tidak. Tapi, Jungkook kan yang memberinya ini, jadi ia bisa mengembalikannya suatu hari. Semoga saja waktunya cukup hingga saat itu.

Jam menunjukkan pukul 3 sore, tapi Luna belum pulang juga. Taehyung tentu cemas dan paham bahwa inilah yang dirasakan Luna saat ia bekerja. Apalagi, pekerjaannya sungguh menantang bahaya, pasti Lunanya tak pernah bisa hidup tenang.

Sedikit banyak ia merasa bersalah karena mengurung Lunanya. Walau bukan dalam artian sebenarnya. Ia tahu diri Luna merasa terkekang bagai burung dalam sangkar.

Kriet!

Bunyi derit pintu yang memekakkan terdengar. Taehyung segera menengok ke sumber suara. Terlihat Luna sibuk melepas sepatunya dan tak menyadari keberadaan Taehyung.

"Na," panggil Taehyung sambil mendekat. Dibantunya Luna melepas kaos kaki dan meletakkan jaket pada gantungan.

"Masih marah?" Tanya Taehyung saat Luna tak menjawab panggilannya. Langkahnya tergesa mengikuti Luna pergi.

Saat bulannya sibuk melepas pakaian, Taehyung segera mendekat. Memeluknya dari belakang sambil mengerucutkan bibir.

"Na, mandi bersama, ya?"

Yang ditanya hanya diam.

"Na, kau sudah janji kan memotong rambutku." Taehyung berhasil sedikit menyita atensi Luna saat didapatinya Luna melirik sekilas.

Taehyung tersenyum kecil. Mengeratkan pelukannya pada perut Luna.

"Jadi, kan?"

"Hm," gumam Luna yang membuat Taehyung senang. Mereka berdua menuju ke kamar mandi dengan Taehyung yang masih setia memeluk dari belakang.

"Duduk disini," titah Luna sambil menyiapkan kain bersih, sisir, serta gunting.

Taehyung menurut saja. Ia pandangi pantulan Luna yang sibuk memakaikan kain bersih ke bahu Taehyung.

"Aku ingin model yang seperti boyband, Na."

"Mau kubunuh pakai gunting, ya?" Geram Luna. Gadis itu tak melihat ke Taehyung karena sibuk dengan sisir dan guntingnya.

"Ahaha. Kau tak mau pacarmu makin ditatap napsu oleh gadis-gadis, kan?"

"Itu kau tahu. Jadi, takkan kukabulkan pintamu yang ini." Taehyung tersenyum lebar mengetahui Lunanya kelihatan cemburu.

Iya. Lunanya tahu seberapa memesonanya Taehyung di depan orang-orang. Sudah seperti patung seni berjalan saja.

Tapi, Lunanya juga harus tahu Taehyungpun merasakan hal yang sama tiap mereka jalan-jalan. Bulannya itu indah. Sinarnya mampu membuat tiap orang yang lewat menatapnya kagum.

Oleh sebab itu, Taehyung mengurung Luna. Ia tak mau ada orang yang mengambil bulannya.

Setelah 15 menit Luna sibuk merapikan rambut Taehyung, ia segera membereskan sisa rambut di badan Taehyung. Taehyung mematut diri dan merasa bangga akan hasil kerja pacarnya. Memang selalu sempurna jika Luna yang melakukannya.

"Na, kenapa tak coba kerja di salon saja? Kau dari dulu kan ingin jadi penata rambut?" Luna menghentikan aktivitasnya dan memandang Taehyung dengan raut terkejut.

"Kau kerasukan setan mana, Tae?" Taehyung mendecih tak percaya. Ia menggenggam tangan Luna dan menatap wanitanya hangat.

"Aku baru sadar kalau perbuatanku selama ini menyakitimu. Jadi, kuberikan kau hak untuk menikmati hidupmu. Kau boleh bekerja apapun, tapi aku harus tahu pekerjaan apa itu," ujar Taehyung sambil mengamati raut bingung Luna.

"Benarkah? Tak apa?"

"Iya. Serius."

"Kau tahu Tae, aku menolak pekerjaan Bibi Nam tadi. Menjadi pengasuh anak ternyata tak semenyenangkan yang kubayangkan. Besok, aku akan cari pekerjaan di salon." Taehyung menggeleng. Membuat Luna menatap tak paham.

"Jangan besok. Aku rencananya mau memberi me-time padamu. Aku dapat voucher gratis di spa milik temanku." Luna melotot terkejut.

"Jjinja?!"

"Eum... ayo mandi dulu. Baru aka kuberi vouchernya," ujar Taehyung sambil mengikat rambut Luna agar tak basah jika mereka mandi nanti.

Luna menatap Taehyung yang berada di belakangnya dengan mata berkaca-kaca karena begitu senang. Ia langsung memeluk tubuh yang lebih besar itu erat.

"Gomawo, Tae."

"Bukan masalah besar selama itu untukmu, bulan. Mau kubantu membuka baju?" Tanya Taehyung sembari menyeringai nakal. Luna memajukan bibirnya, lalu memukul dada Taehyung.

"Kebiasaan," ujar Luna sambil menyembunyikan wajahnya di dada Taehyung dan terkikik.

"Tapi, kau juga suka kan."

"Hm. Suka."

"Lepas pelukannya. Aku tak bisa bergerak, Na."

"Tak mau. Mau terus begini," balas Luna mengeratkan pelukannya.

Taehyung gemas. Digelitikinya perut ramping wanita itu hingga sang empunya memekik geli.

"TAE! GELI!"

"Salah siapa nakal? Kurasa aku perlu memberi pelajaran untukmu, Na," gumam Taehyung di telinga Luna dengan suara berat.

...

Sehabis kegiatan mandi bersama mereka selesai, Taehyung dan Luna memilih untuk tidur lebih awal malam ini. Toh, Taehyung juga tak ada kerjaan.

Mereka saat ini sibuk memeluk diri masing-masing. Selimut yang cuma muat untuk satu orang itu digelungkan Taehyung pada tubuh Lunanya. Takkan membiarkan angin malam meringsek masuk.

"Tae, ayo berbagi selimut. Masih muat, kok," gumam Luna sambil mendongak. Netranya memaku tatap pada sang kasih yang hanya diam memandang plafon kamar.

"Tidak, Na. Untukmu saja. Omong-omong, aku mengantuk. Aku tidur duluan ya, sayang?" Luna mengangguk ragu. Namun, Taehyung sudah lebih dulu memejam. Membuat Luna merasa kecewa karena sikap Taehyung.

Luna tak tahu saja saat ini Taehyung sedang berusaha menahan tangisnya.[]

Describe Taehyung:
1. Kind-heart💜 A-taesthetics

мσση αη∂ ηιgнт.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang