There's No Place I'd Rather Be

1.7K 54 1
                                    

It's so domestic around here. Aku dan Alex masih bersama-sama mengecat kamar bayi yang sudah kami siapkan jauh hari sebelumnya. Aku bisa mendengar dari kejauhan Alexa dan Regina membersihkan rumah sambil mengomentari semua gossip yang sedang tayang. Bau harum sudah mulai tercium dari dapur, Domi selalu bertugas sebagai chef di rumah kami, katanya untuk mempraktekkan hasil les masak yang diikutinya. Aku selalu menantikan weekend bersama dengan keluarga kecil ini, semenjak Domi dan saudaranya tinggal di rumahku, para pembantu diliburkan di hari Sabtu dan Minggu. Alex dan Regina bersekolah di sekolah internasional sehingga mereka libur, begitu juga dengan Alexa yang seorang mahasiswa tingkat awal. Well, Domi, hari Senin sampai Jumat dihabiskannya untuk mengikuti berbagai macam les 'domestic', menjahit, merajut, memasak, bahkan merias.

Mengecat dinding ternyata membutuhkan banyak waktu, awalnya aku berpikir untuk memakai jasa desain, tapi Alex melarangku dan berkata dia akan membantu. "Buat apa buang-buang duit?" katanya saat itu. Terus terang aku tidak pernah mengecat dinding sendiri, aku agak ragu, tapi lagi-lagi Alex mencoba meyakinkanku, kita bisa cek youtube, semua ada disana, sarannya waktu itu. Dan akhirnya kami melakukannya. Hari ini merupakan lapisan kedua setelah lapisan pertama sudah kami kerjakan minggu lalu. Sejauh ini aku cukup puas dengan hasil cat nya. Warnanya baby blue seperti yang ada di katalog ruangan bayi yang kami temukan secara online. Hari minggu besok, aku dan Alex akan memulai membuat lemari sederhana. Sewaktu kuliah dulu, aku sempat menjadi asisten carpenter, memang sudah agak lama, tapi aku ingin membuat sesuatu untuk anakku. Desain lemari sederhana aku dapat dari toko bayi yang beberapa waktu lalu kami datangi.

"Ternyata bagus juga, Yan."

"Yep. Memang youtube paling oke! Gue nggak nyangka kalau cara ngecat pun ada disana," jawabku sambil terkikih.

"Ini mau diselesaiin dulu atau disambung besok? Lo bilang mau keluar sore buat nyari kayu."

"Selesain aja, Lex. Kalau ga sempet besok pagi aja kita nyari kayunya."

"Lo yakin bisa ngerjain carpenter job?" tanyanya tidak yakin. Sambil mengacungkan jariku ke arah dinding aku menjawab, "Hey, you're the one who told me that we would nail this painting job and look what we've got."

"Yeah, this one is different. The price is my finger if something goes wrong!" sahutnya frantic, aku bisa melihat kerutan di antara kedua matanya.

"Don't worry. Deep down, I am a carpenter slash president!" pungkasku sambil mengedipkan mataku.

"Yeah right!"

Aku melanjutkan mengecat sambil bersiul. Aku tidak menyangka aku akan menikmatinya, mungkin yang membedakan adalah partner bekerja. Seberat apapun pekerjaan akan terasa mudah jika kamu mempunyai partner yang mendukungmu. Dalam hal ini dan banyak kegiatan lain yang tidak pernah aku lakukan, aku baru menyadari bahwa Alex memberikan banyak perubahan dalam keseharianku. Mungkin tidak hanya Alex, Alexa, Regina, dan Domi memberikan keseimbangan dalam hidupku. Satu hal yang membuatku bisa terus bertahan tanpa Naya. Aku selalu berpikir bahwa hanya bayi di dalam kandungan Domi yang terus mendorongku, mungkin aku salah, tidak hanya bayi, tapi keluarga kecil ini yang tidak pernah berhenti memberiku dukungan. Jika mereka pergi saat bayiku lahir, mampukah aku tetap bertahan?

Pertanyaan itu terus menghantuiku sampai sekarang. Aku duduk di kepala meja sambil mengamati dan mendengarkan percakapan keluarga kecil ini. Inikah sebenarnya yang selama ini aku cari? Dapatkah aku melepas mereka? At this moment in time, there's no place I'd rather be.

Let Me Love You OnceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang