صباح الخير ٢ : Pertemuan

118 22 4
                                    

Awali dengan bismillah akhiri dengan hamdallah, maka semua akan terasa mudah, karena yang terbaik dari Allah tidak mungkin salah.

Zafran Hanafi Alif

--------------------
صباح الخير ٢
Pertemuan
--------------------

Rabu, 19 Desember 2018

"Zafran... "

Suara bisikan Hana membuat mata Zafran berkedip dan kembali menundukkan kepalanya. Astagfirullah, batinnya.

"Perkenalkan ini anak kedua saya, namanya... ". Ardhi mengisyaratkan agar sang anak menyebutkan nama. "Shalsabillah bilqis ardiningrum".

"Dari namanya saja udah cantik ya, Bi" lagi-lagi Hana memujinya. Nama yang sempurna, Zafran menambahkan dalam hati.

"Ekhem, langsung ke intinya saja ya. Tujuan kami mempertemukan kalian berdua bukan untuk perjodohan, melainkan hanya untuk mencoba mengenal satu sama lain" kini giliran Abi-nya yang bersuara.

"Jikalau cocok, kita bisa lanjutkan" sambung Ardhi. Zafran mendongak, jantungnya seperti ingin copot, begitu juga dengan Shalsa. "Maksud dari 'lanjutkan' itu apa?" pertanyaan itu bukan dari Zafran, tapi si perempuan yang membuat Zafran berhenti bernapas.

Semua yang berada di dalam ruangan itu tersenyum lebar terkecuali Zafran yang masih menarik ulur napasnya. "Kita lihat saja nanti, yang terpenting adalah mau atau tidaknya" Shalsa terdiam mendengar penuturan dari Ayah-nya.

"Gimana, nak?" pertanyaan yang keluar dari mulut Hana itu tertuju pada Shalsa yang masih terdiam. "Hmm, terserah kak Zafran aja".

"Jadi bagaimana Zafran?" pertanyaan di lontarkan kepada Zafran yang masih terdiam menetralkan detak jantungnya, segitu besarkah efeknya Shalsa menyebutkan nama Zafran?

Hana lagi-lagi menepuk bahu sang anak yang terlihat terus saja melamun. "Bismillahirohmanirohim, kalau hanya untuk mengenal, Zafran bersedia. Sekarang tergantung di Caca aja".

Semua orang terdiam menatap Zafran. "Ada yang salah dari jawaban Zafran?".

"Namanya itu Shalsa, Zafran" Umi-nya meluruskan. "Loh bukannya orang yang namanya Shalsa itu kebanyakan di panggil Caca" Zafran membalas dengan polosnya, karena setahunya memang begitu kan?

"Yasudah jangan di permasalahkan, intinya kalian sudah menentukan jawaban jadi tinggal estimasinya saja, kalau bisa jangan terlalu lama" ucap Ardhi.

"Satu minggu cukup lah ya" Ningrum ikut menimpali. "Satu minggu?" ucap Zafran dan Shalsa secara bersamaan membuat semua orang yang ada di ruangan itu terdiam dan sedetik kemudian tertawa.

"Kalian ini baru ketemu sudah kompak sekali" Firman yang sedari tadi diam sampai buka suara karena kekompakkan dua orang itu.

Hana mengangguk, "Kalau kata orang tua jaman dulu pertanda jodoh loh". Dalam hati Zafran terheran-heran, kenapa umi-nya jadi banyak bicara seperti ini?

"Jadi gimana? Satu minggu cukup?" tanya Ardhi untuk meyakinkan agar perkenalan ini tidak menjadi beban diantara keduanya.

Zafran yang sudah kehilangan suara hanya mengangguk, sementara Shalsa menarik napas panjang untuk bersiap menjawab.

"Bismillahirohmanirohim, insya allah cukup"

_Shobahul Khoir_

Sepulang dari kediaman Shalsa, Zafran masih terus menatap langit-langit kamarnya sampai adzan dzuhur membangunkannya dari alam bawah sadarnya.

Shobahul Khoir (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang