صباح الخير ١٦ : !Halo Bandung

45 7 0
                                    

Ada beberapa alasan yang tidak bisa dijelaskan, dan hanya bisa dirasakan, termasuk alasan mengapa hati ini bisa bahagia bersamamu.

---------------------
صباح الخير ١٦
Halo Bandung!

---------------------

Minggu, 16 Agustus 2020

Malam ini Zafran memindahkan seluruh barangnya kekamar Shalsa, dan itu artinya Zafran juga akan menempati kamar itu. Tentu saja itu semua didasari atas ijin dari sang pemilik kamar.

"Sebagai hadiah wisuda Kak Zaf, mulai nanti malam Kak Zaf boleh pindah ke kamar Caca aja." Ucapnya sepulang dari acara wisuda Zafran.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka menampilkan Shalsa yang memakai baju tidur motif kotak-kotak hitam putih dan kerudung hitam instan. Perempuan itu duduk disebelah Zafran yang masih menata pakaiannya.

"Kok Kak Zaf yang tata, kan Caca bilang, Caca aja nanti." Omelnya yang langsung mengambil alih beberapa baju koko dari tangan Zafran.

"Gapapa, Ca. Lagian ini semua kan baju Kak Zaf."

"Tapi ini udah tugas Caca, Kak. Sekarang Kak Zaf duduk aja, biar Caca yang lanjutkan." Ucapnya melipat dan memasukan pakaian Zafran yang masih belum tertata tanpa melirik Zafran sedikit pun.

Sedangkan Zafran tersenyum senang, jadi seperti ini rasanya memiliki istri. Laki-laki itu duduk diatas tempat tidur dengan seprei biru bergambar bunga-bunga kecil. Pandangannya beralih pada satu-satunya boneka beruang kutub berukuran sedang yang ada sampingnya.

"Boneka Caca cuma satu?" Tanyanya.

Shalsa menoleh sebentar, "iya, Kak. Kenapa?"

"Setahu Kak Zaf, kamar perempuan itu identik sama banyak boneka, malah ada yang sampai penuh sama boneka semua." Ucapnya sambil memencet gemas badan boneka beruang yang gemuk itu.

"Caca gak mau banyak-banyak, soalnya takut gak bisa peluk semuanya pas tidur. Kasihan nanti ada yang sedih."

Zafran melebarkan matanya menatap Shalsa yang masih membelakanginya dengan tatapan tak percaya. Mana ada perempuan seusianya yang sudah lulus sekolah masih memiliki pikiran seperti itu pada benda yang jelas-jelas tak bernyawa.

"Emang Caca pernah lihat boneka sedih?"

Semua pakaian Zafran sudah tersusun rapih, Shalsa menutup pintu lemari putih yang terbuat dari kayu itu dan mengambil alih bonekanya dari tangan Zafran.

"Gak pernah, makanya Shalsa gak mau lihat dia sedih."

"Bonekanya dari orang yang spesial, ya?" Celetuk Zafran. Entahlah Zafran hanya merasa boneka itu sangat spesial bagi Shalsa, tidak menutup kemungkinan kalau itu adalah pemberian orang yang spesial juga bukan?

"Kok Kak Zaf tahu."

Nah kan, Zafran mulai diam.

"Ini itu dari Caca sendiri." Jawaban Shalsa membuat Zafran memutar pikirannya.

"Maksudnya gimana?"

Shalsa ikut duduk dipinggir tempat tidur sebelah kiri Zafran. "Jadi waktu Caca ke toko buku di pasar swalayan gitu, Caca liat boneka ini di toko sebelahnya. Lucu warnanya putih, senyumnya sedikit tapi kelihatan tulus."

Ini imajinasi Shalsa yang terlalu tinggi atau Zafran yang tidak peka ya. Bagaimana bisa senyuman boneka dikatakan tulus?

"Tapi harganya mahal. Caca bisa aja minta ke Bunda dan pasti dikasih, tapi Caca mau berusaha sendiri. Akhirnya setelah satu bulan kumpulkan sisa uang jajan, uang Caca cukup buat beli boneka ini. Jadi Caca beli deh."

Shobahul Khoir (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang