صباح الخير ٢٠ : Kaka

43 5 0
                                    

Dia adalah kado terindah yang tak pernah terbayangkan, namun melebihi harapan yang diimpikan.

-----------------------
صباح الخير ٢٠
Kaka

-----------------------

Kamis, 17 September 2020

Klik ... klik ...

Benda yang mirip tikus itu bergerak kesana-kemari, sesekali sang empu melepasnya untuk bergantian memencet tombol angka yang tersusun didalam benda persegi miliknya. Tangannya beralih merogoh tas disampingnya, "Astaghfirullah, flashdisk pakai acara ketinggalan di Pak Haris segala."

Menyingkirkan laptopnya, dirinya membenamkan diri diatas tangannya yang ditumpuk diatas meja. Rasa pening itu datang lagi. Lima menit kemudian seseorang menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. "Dilanjut besok aja, ya, Sayang," tegur Zafran.

Shalsa menegakkan kepalanya, "Tapi tugas ini harus dikumpulkan besok, Mas."

Mas? Iya, kalian gak salah baca. Sejak menginjak dua tahun lebih mereka bersama, Shalsa memutuskan untuk merubah panggilan 'Kak' menjadi 'Mas'. Zafran tentu sangat senang, perempuan itu sudah lebih dewasa sekarang.

Shalsa kini menginjak semester dimana sedang disibukkan oleh banyaknya tugas kuliah. Zafran sangat paham akan hal itu, bahkan dulu dirinya sampai sakit hanya karena terlalu fokus pada tugas-tugasnya.

"Mas bantu susun, mau?" tawarnya. Shalsa yang separuh melek itu menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Tadi Mas tawarin gak mau, sok kuat sih," kata Zafran sambil memindahkan laptop serta beberapa buku yang diperlukan keatas tempat tidur untuk melanjutkan tugas Shalsa yang sebenarnya sudah hampir selesai.

Shalsa ikut merangkak naik, duduk di samping Zafran. "Tadi masih kuat, sekarang kurang kuat." Rengekan manja itu membuat Zafran gemas dan mengacak-acak rambut Shalsa yang kuncirnya sudah tidak berbentuk lagi.

"Mau Mas transfer energi biar kuat gak?" tanyanya disela-sela mengetik.

"Caranya?"

"Kepala kamu taruh sini," pintanya sambil menunjuk bahu kirinya. Shalsa hanya mengikuti arahan Zafran. "Sekarang kamu tutup mata, diam, dan jangan dibuka sampai ada instruksi dari Mas."

Mata Shalsa menutup, menunggu sampai Zafran menyuruhnya untuk membuka mata. Terdengar suara Zafran yang membacakan surah Al-Mulk, surah ke-67 dalam Al-Qur'an yang berjumlah 30 ayat. Tangan kiri Zafran bergerak mengelus kepala Shalsa, dan tangan satunya ia gunakan untuk mengetik.

Di akhir ayat, tugas Shalsa selesai ia kerjakan. Zafran menaruh benda elektronik itu diatas nekkas. Setelahnya Zafran mengubah posisinya menjadi terlentang dengan hati-hati, khawatir Shalsa bisa terbangun karenanya. Menatap wajah damai Shalsa yang tampak sangat kelelahan, mengecup kening istri kecilnya.

"Selamat istirahat, Sayang."

_Shobahul Khoir_

Terhitung seminggu sudah Shalsa merasakan pusing dan lemas yang berkepanjangan. Anehnya, sakit yang ia rasakan hanya ada di waktu tertentu. Seperti pagi ini, Shalsa merasakan kepalanya berputar bak gangsing.

"Ke Rumah Sakit aja, ya," bujuk Zafran.

Shalsa hanya menggeleng pelan, "Caca cuma butuh istirahat. Mas kerja aja, gak apa-apa kok."

Zafran duduk dipinggir ranjang, menatap wajah pucat Shalsa yang memaksakan senyumnya. Pagi ini ia ditugaskan untuk memimpin rapat penting dengan para direksi, tapi drinya tak tega meninggalkan Shalsa dengan keadaan seperti ini.

Shobahul Khoir (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang