Hujan deras, saat-saat paling menyenangkan untuk membaca buku atau sekedar merenungi hal-hal yang terjadi, bagi sebagian orang yang melakukannya, menghabiskan waktu bersantai dan bermalas-malasan.
Asap dari teko pemanas air itu mengepul, walaupun cafe sedang tidak berpengunjung, apa salahnya menjaga kopi-kopi itu tetap panas.
Figur tinggi berkaos v-neck yang dengan bangga menunjukan dada bidangnya yang terlalu berlebihan untuk seorang barista cafe komersil, apron coklat dan kacamata bergaya yang tampaknya cukup tebal. Tatapannya yang mematikan, memang dia penuh pesona.
Kwon Yu Ri pria yang sudah cukup menikmati hidupnya selama 25 tahun, si rendah hati yang ramah dan norak, selera humornya rendah tapi dia menyenangkan, baik itu laki-laki atau perempuan, jika sudah melihat pesona si hitam manis ini, siapa yang memungkiri.
Bell berbunyi, seseorang gadis yang sepertinya masih belia dengan coat dan rambut yang kebasahan, malu-malu menghadapi Yu Ri yang kini ada dihadapannya, menyambutnya dengan senyuman.
"Pesananmu?"
"Kau."
"Ehm?"
"Ah, a...americano."
"Walaupun hujan, aku akan tetap bertanya, panas atau dingin?"
"Panas."
Yu Ri tersenyum lalu menyiapkan amerikano panas untuk gadis tadi.
Bukan pertama kalinya bagi Yu Ri, melihat banyak gadis yang rela menjatuhkan saliva mereka ditempat umum hanya karena melihat kehadirannya, dia boleh sombong akan hal itu.
"Americano, selamat menikmati, silahkan datang lagi." Ucap Yu Ri melemparkan pesonanya, tidak peduli lagi jika saja gadis didepannya mimisan.
"Oppa! Inihadiahuntukmu." Gadis tadi berbicara tanpa jeda, menyodorkan sekotak kecil bersampulkan kertas bergambar pesawat kertas.
Yu Ri menatap kotak itu tanpa berkedip sebelum akhirnya tersenyum mengangkat kotak itu dengan tangan kanannya lalu berkedip melihat gadis tadi masih bersembunyi dari balik pintu cafe kemudian tertawa bersama dua orang gadis lainnya.
"Yah! Kwon Yu Ri, dapat hadiah lagi? Dari pacarmu yang mana?" Canda Juran.
Yu Ri baru saja masuk ke belakang dapur saat Juran bercanda dan menatapnya penuh curiga, terlebih pada kotak hadiah yang baru saja dia terima.
Yu Ri tertawa. "Remaja random lagi."
Si hitam ini tersenyum saat membuka kotak hadianya. Sebuah gelang berwarna coklat dengan simpul ditengahnya. Manis pikirnya untuk yang ke-10 kali hari ini. Dia beranjak menuju lokernya dan menumpukan kotak itu diantara tumpukan kotak-kotak lain dari orang yang berbeda.
"Lelahnya jadi orang tampan, mau aku gantikan? biar aku yang berjaga didepan, kau bisa istirahat dari para penggemarmu itu." Ucap Juran masih tertawa pada topik Yu Ri si barista tampan.
"Jika kau memaksa." Yu Ri mengangguk.
Juran melangkahkan kakinya pergi untuk mengurus sisa pekerjaan Yu Ri melayani penggemarnya. Mereka akan kecewa jika tahu sang Prince Charming digantikan sementara oleh Putri Fiona-- tapi Juran, dia buka Putri Fiona, dia seperti Belle terlebih dimata Yu Ri gadis berambut sebahu itu luar biasa sempurna.
Sebuah pesan masuk ke ponselnya saat Yu Ri mencoba fokus menghitung progres peningkatan pendapatan cafe sebulan terakhir ini.
> Taeyeon Hyung
Bawakan aku americano dan sebungkus kukis kalau ada waktu, sebaiknya kau ada waktu.
Taeyeon, teman kuliahnya, teman semasa sekolah menengah atas, akan lebih tepat lagi teman hidupnya. Mereka berdua sudah saling mengenal sejak sama-sama belum bisa mengeja nama sendiri dengan benar, mereka benar-benar terikat satu sama lain. Yang berbeda adalah Taeyeon, si tampan minimalis yang memilih meneruskan karirnya sebagai chaebol yang beruntungnya memiliki kantor tepat di depan cafe kopi tempat sahabatnya bekerja.
"Kwon Yu Ri, disini!"
Yu Ri berbalik menuju si pemilik suara, kantin hari ini ramai dan memang selalu ramai. Jam istirahat adalah waktu yang paling ditunggu, suara bell nya saja sudah mirip panggilan surgawi, semua murid akan langsung datang ke "titik kumpul" untuk mulai memangsa santapan masing-masing. Berbeda dengan Yu Ri, baginya bekal makanan dari rumah sudah cukup, tubuhnya harus sehat karena itu Taeyeon yang kurang beruntung harus selalu membawakannya bekal.
"Dada ayam, telur rebus, wortel dan salad, silahkan dinikmati tuan muda." Ucap Taeyeon sarkas sambil menyodorkan sekotak bekal, disambut cengiran dari wajah tanpa dosa Yu Ri.
"Kau bisa bawa bekal dari rumah, kenapa harus aku?" Taeyeon mengeluh lagi.
Yu Ri tertawa. "Hyung, kau selalu mengeluh tapi kau tetap melakukannya."
Taeyeon terdiam, kalau dipikir lagi memang benar selama ini yang dilakukan Taeyeon adalah menuruti permintaan Yu Ri entah mengapa, walaupun tidak jarang dia dibuat memutuskan ribuan syarafnya hanya kerena marah atas kelakuan Yu Ri, sejauh ini Taeyeon tetap melakukannya dengan walau dengan berat hati.
Mereka menghabiskan makanan dalam diam, tidak ada alasan lagi bagi Taeyeon menanggapi perkataan Yu Ri, dia sempat mendecih tapi yang bersangkutan malah sibuk memotong dada ayam sambil mengunyah wortel, lagi-lagi tidak mempedulikan sekitarnya.
"Kenapa?" Yu Ri membuka suara menyadari hyung jeda dua bulannya terlihat kurang nyaman.
Taeyeon terdiam
Samar-samar dari sekian banyak orang yang ada di ruaangan luas ini, sebagian yang melewati mereka tampak berbisik. Membisikan hal yang sama selama kurang lebih hampir 3 tahun.
"Apa mereka gay?"
"Ah yang putih itu tampan, tapi katanya dia gay."
"Mereka memang gay."
"Kau tahu, aku melihat mereka pergi ke toilet bersama."
Yu Ri menghela nafas kasar, dia berhenti mengunyah makanannya.
"Ah hyung telingaku sakit, seseorang pasti sedang repot mengurusi hubungan kita yang mereka bilang gay itu." Ujar Yu Ri sarkas, sengaja meninggikan volume suaranya.
Sedekat itu hubungan mereka, bahkan ayah dan ibu Yu Ri sempat menanyakan hal yang sama hingga akhirnya isu gay atau apapun itu tidak lagi mengusik Yu Ri, dia hanya ingin menikmati semua yang dia miliki, termasuk pertemanan ambigu nya dengan Taeyeon.
Aku datang hyung!
Send
***
Wanita itu berdiri mematung, menatap yang ditunggu dengan nanar. Yu Ri, dia masih sama. Terjebak dalam dunianya dimasa lalu.
Berkali-kali dia menahan diri untuk tidak mengganggu kehidupan putranya itu, tapi tetap saja, ada yang salah
Jika ada kesempatan maka dia akan berbicara pada putranya itu, sekecil apapun kemungkinan Yu Ri hanya menggantung semua jawabannya. Tak peduli berapa kalipun Yu Ri tetaplah Yu Ri yang menikmati hidupnya menyalahkan diri sendiri demi membuat orang lain merasa nyaman. Anak itu bodoh.
"Yu Ri."
"Oh eomma? Ada perlu apa?"
"Begitu caramu menyapa ibumu sendiri?"
Yu Ri berjalan lambat mendekati ibunya. Lelah dan sebagiannya lagi merasa bersalah, wanita setengah abad yang masih sibuk dengan kariernya itu masih sempat mengunjungi putranya yang durhaka ini. Mengajaknya pulang.
"Berhentilah menyalahkan diri sendiri, pulanglah, kau tahu kemana kau harus pulang."
Dan kalimat itulah yang kembali dia ulang ucapkan untuk ke sekian tak terhitungnya walau hanya mendapat anggukan dan senyuman, setidaknya dia masih ada dimata putranya.
"Soo Yeon kah alasanmu? lupakan dia, ibu bisa mencarikan yang lebih baik."
To be continue?
Sejauh ini gimana?
Author update sebelum tanggal 21 abis
Vote dan komen biar author semangat :))
Yulsic day ❤