Chapter 9 : I'm Sorry

589 91 9
                                    

Yuri menatap dirinya dicermin rasanya seperti kembali kerumah, walaupun sempat ragu dan mungkin masih ragu akan pilihannya tapi hari ini dia kembali dengan kemeja dan jas, koper dan file yang siap menyambutnya juga kekacauan yang kungkin akan dia sebabkan. Dia kembali, Kwon Yuri kembali.

Keringatnya sudah bercucuran merusak rambut kelimis yang sudah repot dia sisir sejak pagi, salahkan kecerobohannya yang meninggalkan dasi resleting miliknya di apartemen, dan sekarang dia sudah menghabiskan 30 menitnya membuat simpul yang tak kunjung terbentuk.

"Hah!" Yuri mendengus frustasi melonggarkan simpul dasinya yang tidak sempurna.

Amarahnya berhenti saat matanya mendarat di kaca melihat pantulan dirinya, Yuri tersenyum lalu menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jarinya.

"Yuri kau tampan sekali." Dia bergumam.

"Yul."

Yuri berbalik menghentikan aktivitas memuji diri sendirnya dan memutar badannya mendapati sang ibu berjalan masuk menghampirinya.

"Hari pertamamu bekerja, kau harus memberikan kesan yang baik." Ucap Hyein mencoba membantu putranya memasang dasi.

Yuri terdiam, dia senang bisa merasakan kasih sayang ibunya lagi, dia senang karena dia memang selalu mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya tapi dia juga marah karena dia merasa mendapatkan kasih sayang yang seharusnya bukan untuknya.

Hyein merasakan kediaman Yuri, dia menatap anaknya, tangannya mengusap lembut pipi Yuri, dia tidak percaya bahwa anak laki-laki kecilnya sudah tumbuh menjadi pria tampan, sampai kapanpun bagi Hyein Yuri adalah satu-satunya orang yang tidak berani menyakitinya, termasuk menyentuh hatinya, Yuri tidak pernah dan tidak berusaha.

Yuri berdehem memecah keheningan.

"Ayo turun kebawah Yoong dan ayahmu sudah menunggu." Ucap Hyein menepuk pundak Yuri.

Yuri berjalan mendahuluinya meninggalkan Hyein menatap punggungnya yang perlahan menghilang dari baik pintu.

Semakin jauh.

"Philophobia akut."

Hyein merasakan Yunho meremas tangannya berusaha menguatkan, tangisnya semakin deras. Dia merasa benar-benar hancur dan gagal.

"Aku terkejut hal ini terjadi pada anak laki-laki, dan aku juga terkejut efeknya pada laki-laki jauh lebih parah." Psikolog itu menatap Yuhno dan Hyein sedih.

"Aku rasa sesuatu dalam dirinya menyimpulkan apa yang terjadi pada keluarga kalian adalah sesuatu yang menyakitkan, dia berpikir semua yang terjadi karena dirinya dan tubuhnya merespon bahwa 'hubungan' dengan orang lain hanya akan menjadi sesuatu yang membuatnya kecewa dan sakit." Tambah si Psikolog.

"Apa ada yang bisa kami lakukan?" Tanya Yunho.

"Berilah dia pengertian, buat dia terbiasa merasa dicintai."

Khawatir akan rasa cinta dan dicintai adalah kelemahannya, Hyein merasa gagal saat tahu bahwa putranya harus menanggung kesalahannya dimasalalu.

Sejak kejadian tidak sengaja itu Yuri menutup dirinya pada orang lain, yang dia ajak bicara hanya adiknya Yoong, Yuri bahkan jauh lebih protektif soal Yoong, anak itu bahkan terus memaksa Hyein untuk menuruti permintaan adiknya dan menolak segala sesuatu yang diperuntukan untuknya.

Yuri menyelesaikan sandwich dan segelas susunya kilat, dia berjanji tidak akan terlambat di hari pertamanya. Dia baru akan memasuki mobilnya saat Yoong datang menyerobotnya membuat mereka saling berhadapan.

Say it first [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang