Semakin rapat kenangan itu mengisi lagi ingatan Yu Ri, sepermili detiknya, semakin erat dia menutup matanya, tidak ada yang berubah kecuali hatinya lagi-lagi berdesir.
Ingatan tentang gadis muda lugu dan tidak tahu diri itu tidak berhenti mengikutinya kemanapun dia pergi, dan jika sekarang Yu Ri duduk lagi ditempat dimana dia pernah menjanjikan pertemuan untuk membunuh rindu, maka bukan salahnya lagi jika pernah menghancurkan binar bahagia dimata Sooyeon, karena Yu Ri dengan segenap hatinya masih menunggu.
Abu-abu pekat dan awan merapat perlahan menjatuhkan satu-persatu rintik air mengcampuri genangan ingatan yang sedang Yu Ri coba susun kembali. Dia membuka matanya dengan panik lalu bergegas pergi dari tempat itu. Mengharap lain waktu bisa kembali dan bertemu lagi.
Dalam waktu singkat rintik berubah menjadi hujaman air hujan, sudah biasa di penghujung tahun matahari jadi malu menampakan dirinya.
Yu Ri mempercepat langkah sebelum tubuhnya basah kuyup, dia mulai menyesal selalu mengabaikan peringatan Juran untuk selalu membawa payung di musim dingin.
Sekilas garis senyumnya muncul teringat nama yang baru saja melintas dipikirannya, Juran. Dia rasa juran akan lagi-lagi menjadi teman disisinya saat salju pertama turun.
Yu Ri berhasil memasuki mobilnya walaupun tubuhnya sudah tidak tertolong dan berakhir basah kuyup. Dia baru saja akan menyalakan mesinnya saat ponselnya tiba-tiba berdering.
Eomma is calling...
Yuri menjawab panggilannya, ibunya berbicara dengan cepat lagi, dia tidak terlalu menangkap dengan jelas apa yang coba ibunya katakan karena suara hujan, tapi samar dia mendengar bahwa kakeknya sekarat.
Dengan kalut Yu Ri yang notabene sangat mencintai keluarganya melajukan mobil secepat yang dia bisa.
***
"Datanglah sekali, kita tidak bisa terus menyembunyikanmu kan?" Ucap Yunho menatap anaknya.
Yu Ri menatap sepucuk undangan.
Dia masih terdiam, Yu Ri belum menerima sepenuhnya kalau dia tertipu lagi dengan mengatas namakan kondisi kakeknya, Yunho sang ayah berhasil menariknya pulang kerumah.
"Yoong?" Yu Ri memainkan jari-jarinya dibawah meja.
"Dia sudah cukup terkenal tidak ada lagi yang bertanya-tanya siapa dia, orang-orang sudah menerimanya, semua akan baik-baik saja." Yunho menjawab.
"Lagipula apa yang kau lakukan dua tahun ini di cafe itu?" Ibunya, Hyein menambahkan.
"Aku pasti akan memunculkan diri nanti, tapi nanti." Ucap Yu Ri.
Yunho menghentikan aktivitas makannya, berganti menatap Yu Ri yang masih tidak paham dengan suasana disekitarnya.
"Ini bukan lagi hanya karena aku ingin semua orang tahu kau Kwon Yu Ri, banyak yang mempertanyakan siapa sebenarnya kau itu." Yuhno berhenti dan menghela nafasnya.
"Biarkan Appa memperbaiki semuanya." Tambah Yunho.
Yu Ri hanya diam, dia tidak tahu bagaimana menanggapi pernyataan ayahnya barusan.
"Yoong, dia sudah tahu?"
"Dia hanya tahu aku bercerai dengan ibunya."
"Itulah kesalahanmu appa, jadi jika aku terus merasa bersalah jangan salahkan aku lagi." Ucap Yu Ri membuat suasana menjadi semakin berat.
"Sooyeon."
Yu Ri mengangkat kepalanya, kali ini dialah yang menghentikan kunyahannya.
"Aku dengar dia jadi salah satu yang datang di acara tahunan itu, dia brand ambassador baru perusahaan kerjasama kita." Ucap Yunho.
"jadi, kau datanglah, lakukan tugasmu dan minta maaflah pada Sooyeon, aku merestuimu jika itu yang membuatmu kembali pada kami, berhentilah datang ke cafe itu." tambahnya.
Yu Ri menelah ludahnya, tidak merespon.
'Bagaimana bisa aku membiarkanmu sendiri, Juran?'
***
Korea diguyur hujan, Jessica hanya bisa pasrah karena kini rencananya sudah kandas. Dia segera kembali sebelum sampai ke puncak Namsan Tower, dia tidak bisa membiarkan tubuhnya basah kuyup.
Dia kini mengemudikan mobilnya sejenak tanpa arah, sebelum ide muncul. Dia akan mengunjungi pacarnya.
Jessica sampai di bangunan tinggi itu, kedatangannya sedikit menarik perhatian, apalagi identitasnya sebagai pacar presdir sudah diketahui semua orang. Dia malangkahkan kakinya anggun senada dengan ketukan heels pink membelah pasang-pasang mata yang menatapmya takjub.
Senyumnya muncul saat melihat seseorang datang dari arah berlawanan sama-sama melempar senyumnya.
'Aku akan mencobanya.'
"Maaf, harusnya aku yang satang padamu." Ucap Tyler pada Jessica, dia hampir memeluknya saat tangan Jessica lagi-lagi menahan pundaknya.
"Bagaimana jika kita masuk ke kantormu, disini banyak orang." Jessica menarik Tyler.
Mereka duduk behadapan. Jessica menyilangkan tangannya, menunggu seandainya ada yang ingin orang dihadapannya ini katakan, tapi Tyler hanya diam.
"Kita, hubungan kita ini apa?" Jessica membuka suara.
"Harusnya aku yang bertanya padamu."
"Kalau begitu nikahi aku, itu jawabanku."
Tyler menatapnya heran, sudah berkali-kali bahkan sejak pertemuan pertama mereka, yang diminta Jessica adalah menikahinya, permintaan itu muncul tanpa jelas ada penyebabnya, bahkan tampaknya Jessica terlalu mudah meminta sebuah pernikahan
"Kita belum masih butuh waktu untuk lebih mengenal satu sama lain." Jawab Tyler disambut tatapan tajam Jessica.
"Semakin banyak waktu kita habiskan, sebanyak itu juga jarak yang bisa kita ciptakan." Jessica berhenti. "Sejak awal aku tidak menjanjikan apa-apa padamu, tapi aku menghargaimu, semua yang kau lakukan, aku ingin menghargai semuanya."
Tyler mendengus, dia tahu kemana arah dan maksud kalimat yang baru saja Jessica ucapkan.
Jessica hendak keluar dari ruangan sebelum Tyler menarik tangannya lembut.
"Besok datanglah bersamaku."
***
Yoong baru saja pulang saat melihat seseorang yang sudah lama tidak datang berdiri di balkon kamarnya, dari jauh dia sudah tahu, itu kakak laki-lakinya yang selalu melindunginya.
"Hyung." Ucap Yoong menghampiri Yu Ri.
"Aku masuk kamarmu tanpa izin lagi." Yu Ri tersenyum.
"Tidak apa-apa aku senang." Yoong tertawa lalu memeluk Yu Ri dengan pelukan kakak dan adik.
"Bagaimana rasanya bekerja?"
"Luar biasa!, aku tidak tahu bagaimana kau menanganinya sendiri saat di Jerman Hyung!" Jawab Yoong bersemangat.
Yu Ri menatap adiknya, dia merindukan sifat kekanakan yang sampai sekarang untungnya tidak hilang. Yoong yang tidak pernah melepas tawa dari wajahnya saat dia tidak tahu kenyataan yang akan dia hadapi. Yu Ri semakin membenci dirinya sendiri.
"Tapi aku butuh bantuanmu Hyung!" tambah Yoong.
"Aku tidak mau membantumu."
"Ah, waee."
"Aku harus pergi."
"Kau baru saja kembali, memangnya kemana?"
"Wajib militer."
Yoong tertawa, dia baru ingat kakaknya ini terlambat pergi wajib militer.
Yu Ri memukul lengannya.
"Tapi sebelum itu, ada yang harus aku selesaikan."
To be continue.
Vote komen jangan lupa :))
Typo dimana-mana