5 tahun lalu saat cinta berarti melepaskan, saat air mata yang jatuh adalah upaya terbaik untuk merelakan, saat setiap kalimat yang terucap berarti selamat tinggal.
Jessica tidak pernah tahu bahwa jatuh cinta adalah kesalahan terbesarnya, saat itu yang dia tahu adalah Kwon Yuri, anak lelaki yang menyenangkan dan hangat, tatapan matanya yang teduh, dan kalimat yang terputar dari mulutnya mengalun seperti melodi.
Sesederhana jatuh cinta, sesederhana patah hati.
Dia menatapku dengan cara yang berbeda, tidak ada keteduhan disana, tidak ada Yuri yang aku kenal, atau setidaknya malam itu dihari yang sama saat aku dengan egois menunggunya pulang dibawah pohon maple, di hari yang sama saat dia dan tangan-tangannya mengalungkan syal dileherku, di hari yang sama aku kira aku bisa menggenggam tangannya selamanya.
Malam itu di salju terakhir yang turun sebelum hari berganti, dia, Yuri berdiri disana seakan mengantikan posisiku sebelumnya, sikapnya yang kurang perhatian membuatnya mampu berdiri disana tanpa mengenakan penghangat tubuh lain selain kaus putih bergambar mickymouse kesayangannya.
Oh sekarang aku paham mengapa sebelumnya dia marah saat melihatku melakukan hal yang sama, apa ini? Balas dendam?.
"Lihat, akhirnya kau selalu datang." Dia mentatapku tangannya memeluk tubuhnya sendiri, dia kedinginan.
Tadinya aku hanya bermaksud meminjamkan tanganku untuk menyentuhnya menyalurkan suhu tubuhku yang lebih normal padanya yang hampir beku, tapi dia melangkah mundur menolak gapaian tanganku.
"Kenapa kau datang?" katanya lagi.
Tatapan itu, aku tidak tahu harus menerjemahkannya seperti apa.
"Tentu saja aku datang, kau meneleponku dan menyuruhku datang kesini." kataku menatapnya mencari arti dari kalimatnya.
"Kau tahu kau bisa menolak untuk datang, kau tahu kau bisa selalu melakukan itu, kenapa kau tidak terus tidur saja dan tidak mempedulikan permintaanku, kenapa kau tidak berteriak padaku karena aku menganggu tidurmu, kenapa kau datang!?"
Butuh waktu atau sekiranya malah itu yang aku lakukan, aku tidak tahu harus melakukan apa, Yuri yang kini ada dihadapanku bukanlah Yuri yang aku cintai, baru saja dia berteriak padaku.
Kepalaku pening kata-katanya terus terputar seperti kaset rusak, tidak peduli berapa kali aku tetap tidak mengerti apa yang dia katakan
Dadanya naik turun hembusan nafasnya membentuk uap-uap yang segera hilang ditengah malam bersalju. Aku tahu hari telah berganti dan aku mendapati diriku sendiri masih berdiri dihadapannya tanpa kata-kata tapi air mata, aku menangis.
"Kau! Aku ingin kau pergi, jangan pernah menemuiku lagi, aku tidak menyukaimu, dan berhentilah mengatakan cinta padaku seolah itu adalah hal yang mudah, karena aku tidak akan pernah bisa mencintaimu."
Detik pertama dia menyelesaikan kalimatnya, respon tubuhku masih lambat, tangisku mengeras, lututku lemas dan berakhir bersimpuh menatapnya yang buram berjalan meninggalkanku sendirian ditrotoar bersalju dibawah pohon maple.
Tepat hari berganti.
Itulah terakhir aku melihatnya.
Jessica mendengus merasa terganggu dengan dering ponselnya yang terus berbunyi. Sebuah pesan masuk.
Tyler
Aku yakin kau ingat harus kemana kau sekarang?
Dengan malas Jessica beranjak dari kursinya, menutup doanya lalu berjalan keluar dari gereja.
Hari ini hanya hari-harinya yang biasa, mungkin sedikit berbeda karena Tyler berulang kali mengatakan padanya bahwa mereka akan segera bertemu investor kaya raya yang akan menggunakan jasanya untuk menjadi brand ambassador.
Jessica bukan model yang mudah menerima pekerjaan hanya karena bayarannya yang terjamin, dia selalu mengandalkan insting dan mood-nya. Terdengar tidak profesional tapi itulah yang membuatnya seperti sekarang. Dan kali ini sesuatu di dalam hatinya mendorongnya untuk menerima tawaran Tyler untuk bekerja sama dengan investor tadi.
Untunglah jarak Gereja dan gedung milik Tyler tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu duduk diam selama 10 menit atau jika tidak beruntung dia akan menunggu lagi 10 menit sampai lalu lintas lancar
"Bagus, kau tepat waktu." Ucap Jessica saat mendapati Tyler sudah duduk di sampingnya.
"Aku selalu tepat waktu." Jawab Tyler berbangga diri. "apalagi untuk kesempatan seperti ini." Lanjutnya.
Sekilas terlintas dipikiran Jessica bahwa orang yang akan bekerja sama dengannya kali ini memang bukan orang sembarangan.
Jessica merasa sedikit melukai harga dirinya sendiri saat dia berjalan memasuki gedung yang dimaksud, dia tidak pernah sekagum ini sampai repot membiarkan mulutnya terbuka menggantung selama sepersekian detik.
Dia kemudian berjalan mengekori Tyler sambil berusaha membangun lagi kepercayaan dirinya.
Tidak lama terjebak dalam keheningan, lift akhirnya terbuka memperlihatkan saru lantai ekslusif dengan satu ruangan terpisah yang terhalang pintu kayu dalbergian dengan pulitur sempurna.
Tyler membuka jalannya dengan mempersilahkan dia untuk masuk lebih dulu, saat itulah Jessica tahu bahwa tuhan telah menjawab doanya.
Tbc
Banyak Typo!
Vote dan komen jangan lupaTerimakasih.