Aku masih bertanya apakah ada secercah harapan dari tatapnya yang bisu, dia tidak berbicara tapi kami saling pandang. Detak jarum jam melambat setelah pelukannya melepas tubuhku, rasanya luar biasa, menyakitkan.
'tapi aku bukan orang yang kau cari'
Kata-katanya itu, dia sengaja menambah rasa sakitku atau apa? Masihkan dia ragu untuk sekedar mengajarkanku cara untuk melupakannya, tidak cukupkah baginya membuatku beku seiring waktu memutar lagi bagaimana dia meninggalkanku malam itu.
Haruskah aku?
"Maafkan aku jika aku lancang memelukmu, tapi tadi kau terlihat benar-benar terluka, haruskah aku memanggil Tyler?"
Lihat dia, bersikap seperti pahlawan seolah dia bukan sebab dari tangisku tadi.
"Yuri, seriously?"
Sekarang dia menatapku, alisnya berkedut balik meminta penjelasanku, semudah itukah baginya untuk membuatku menangis?.
"Apa kita pernah saling mengenal?" tanyanya.
Brengsek, Yuri kau brengsek.
Sebenarnya bisa saja aku biarkan air mata ini menderas, tapi tidak, tidak sebelum laki-laki brengsek ini tahu mengapa aku bertahan disini ---menikmati caranya melukaiku.
Matanya membulat mereaksikan hal yang baru saja terjadi. Aku menamparnya sambil menangis seperti orang bodoh.
"Apa yang kau!"
Sekarang kilatan amarah menguasainya tangannya cukup kuat menahan tanganku saat aku mencoba menamparnya sekali lagi, menghabiskan emosi dari cinta yang tak pernah ia balas.
Terlihat egois tapi tidak apa-apa aku senang jika dia menganggapku begitu, setidaknya walau tak setara dia bisa tahu bagaimana kata-katanya pernah begitu melukaiku.
'Kau! Aku ingin kau pergi, jangan pernah menemuiku lagi, aku tidak menyukaimu, dan berhentilah mengatakan cinta padaku seolah itu adalah hal yang mudah, karena aku tidak akan pernah bisa mencintaimu.'
Bahuku bergetar, sayang sekali akhirnya aku membuang-buang waktu menangis didepannya yang hanya menggenggam tanganku keras masih termakan emosinya.
"Dengar, aku tidak tahu kau kenapa tapi kau benar-benar melewati batas!" Ucapnya, suaranya meninggi.
"Melewati batas?" aku menatapnya tak percaya
"Mana yang lebih melewati batas, saat kau pernah meninggalkanku membuatku menunggu dan bertahan dengan harapan kau menarik kata-katamu? Dan saat kau kembali kau bersikap seolah tidak pernah mengenalku?" aku akhirnya tertawa, getir.
Untuk beberapa ketukan jarum panjang jam dinding kami saling bertatapan sengit, walaupun akhirnya dia menyerah, menundukkan matanya lalu melepas cengkraman tangannya dariku. Dia mengaku?
"Aku mohon, berhenti membuatku bingung, aku benar-benar tidak tahu pernah terjadi sesuatu diantara kita."
***
"Mr kwon?"
Sooyoung mengetuk lagi pintu toilet setelah menaruh curiga karena majikan barunya itu tak kunjung menunjukan batang hidungnya setelah permisi hampir 30 menit yang lalu.
"Mr Kwon?" Ulangnya lagi dengan nada lebih pelan.
Toiletnya tidak terkunci, Sooyoung menjatuhkan dagunya saat pandangannya disambut keran wastafel dibiarkan mengalir dan sosok yang dicarinya terduduk putus asa dengan rambut acak-acakan dan pandangannya yang kosong jatuh menatap lantai.
"Mr Kwon, apa yang terjadi?" tanyanya sambil berjongkok mencoba membopong tubuh Yuri ketempat yang lebih nyaman.
Sooyoung tahu sesuatu telah terjadi, melihat kondisi Yuri yang jauh berbeda dariapda konsisinya 2 jam yang lalu
Kening dan tubuhnya basah dengan keringat, rambut kelimisnya berantakan, kancing kemejanya terlepas bekas dibuka paksa tatapannya aneh dan sulit diartikan.
Sooyoung memberanikan diri mengahadap Yuri yang duduk dibalik mejanya lalu mendekatinya mencoba mencari tau apa yang mungkin terjadi.
'Dia diperkosa? Tapi masa ah'
Sooyoung menggelengkan kepalanya keras-keras mencoba menghilangkan gambaran kejadian saat Yuri berteriak menolak diperkosa.
Setelah beradu argumentasi dengan dirinya sendiri Sooyoung memutuskan untuk kembali ketempatnya---didalam ruangan yang sama berjarak beberapa blok ubin dari Yuri.
Detik dan menit terus berlalu dan Sooyoung mulai mengutuk dirinya sendiri menghadapi keheningan tak nyaman karena Yuri masih terdiam dengen posisi yang sama.
Pip
Intercom di mejanya menyala menandakan seseorang sedang mencoba masuk, dia langsung tergerak membukakan pintu setelah tahu siapa yang sedang menunggu diluar.
"Silahkan masuk Mr Kwon." Ucapnya, ingatakan dia untuk segera mencari pangilan lain untuk orang didepannya.
"Mr Kwon, sejak tadi Mr Kwon yang lebih dewasa darimu ini melamun, aku menemukannya seperti orang putus asa di toilet." bisik Sooyoung pada Yoong sambil berlalu memberikan ruang bagi kakak adik ini.
Yoong melangkah masuk membuktikan perkataan sekretaris Yuri, kakaknya benar-benar kacau. Dia melangkah pelan hinnga sampai tepat didepannya walaupun Yuri masih belum sadar dia datang.
'Kau menemukannya, huh?'
"Hyung, hey apa yang terjadi padamu?" Tanya Yoong, tangannya menggapai kening Yuri lalu mengelapnya dengan tissue. "dimana obatmu?" tanyanya lagi.
Yuri membenahi duduknya melepaskan lamunannya saat sadar adiknya datang.
"Tidak perlu." Jawabnya.
"Ceritalah padaku, investor menolak berinvestasi? Ayolah masih ada yang lain." ujar Yoong menebak sekenanya.
Yuri terseyum kecil, dia tidak mungkin membuat dirinya seperti ini hanya karena itu.
"Hyung? Ayolah ceritakan, kau benar-bener jelek kalau begini." ejek Yoong.
"Brand ambassador baru itu, siapa dia? Siapa Jessica Jung?" tanya Yuri berharap menemukan jawaban dari adiknya.
Yoong mengangkat sebelah alisnya.
"Ada apa dengan Jessica? Kau merasa ada yang aneh?" ucap Yoong sambil membuka bungkus permen lalu memasukan itu kemulutnya.
"Jangan terlalu dipikirkan, Jessica hanyalah Jessica, dia bukan siapa-siapa, tenanglah hyung." sambung Yoong menambahkan senyum diwajah rusanya.
Tbc
Maafkan segala bentuk Typo
Happy Yulsic day!
Vote dan komen jangan lupaTerimakasih.