Dhiba memapah tubuh Bima keluar dari Ruangan Redaksi lama yang sekarang di sulap menjadi Ruang Osis Ini
Tubuh Bima tidak terlalu besar sehingga Dhiba cukup kuat untuk memapah Bima,malah ukuran hampir sama dengan ukuran tubuh Dhiba
Dhiba ingin segera Membawa Bima ke Ruang UKS,karena melihat kondisinya yang semakin buruk saja,akibat pukulan dari Bagas
Dhiba sangat kecewa kepada Bagas,tak seharusnya dia memukuli sahabatnya cuma gara-gara masalah percintaan,harusnya ia mengutamakan persahabatan diatas segalanya
Meskipun yang Bagas lakukan itu menandakan kalo dirinya sangat mencintai Dhiba,tapi ia tidak peduli itu,karena Dhiba berpikir orang yang melukai sahabatnya gara-gara cinta tak lebih dari seorang pecundang
"Lo masih kuat kan..???"Tanya Dhiba khawatir
Bima mengangguk pelan
Wajah Bima sangat memar dan mengeluarkan darah segar yang tidak sedikit
"Lo yang kuat ya"
"Iya"
"Jangan pingsan nanti gue susah bawanya"
"Iya"
Sepanjang mereka melewati koridor kelas banyak pasang mata siswa yang memandang mereka terkejut dengan kondisi Bima yang sangat-sangat mengkhawatirkan
"Loh Dhiba..??Bima kenapa..??"Tanya Pak Bombom panik saat melihat kondisi Bima
"Bima itu pak..Emmm...Bima..."
"ARGHHH...!!!"
Bima meringgis kesakitan,tapi seolah ia seperti sedang memotong ucapan Dhiba agar tidak memberitahu kejadian yang sebenarnya kepada Pak Bombom
"Yaudah ini langsung bawa ke Rumah Sakit aja..."Tawar Pak Bombom
Bima pun dibawa ke Rumah sakit naik mobil milik Pak Bombom,Dhiba juga ikut menemani,ia takut kalo terjadi apa-apa lagi terhadap Bima,dia sekarang sangat mencemaskan Pria itu
"Dhiba..."Panggil Bima pelan
"Iya Bim..."Jawab Dhiba lembut
Sekarang Bima tengah dibawa ke Rumah Sakit dengan Mobil milik Pak Bombom
Pak Bombom berada di jok depan,menyetir mobil.Sementara Dhiba dan Bima di jok belakangnya,Bima tiduran di pangkuan Dhiba
"Jangan bilang ke siapa-siapa kalo Bahas yang udah mukulin gue"Ucap Bima lirih,ia tak ingin Pak Bombom sampai mendengar pembicaraan mereka
"Tapi Bagas nggak bisa dibiarin Bim,dia udah jahat banget sama lo"
Dhiba jelas tak terima,sikap Bima yang demikian terlalu baik menurutnya
"Jangan Dhib,gue mohon"Ucap Bima sambil menggenggam lembut tangan Dhiba
"Janji ya"
Dhiba hanya mengangguk tanda setuju
Dhiba sebenarnya kagum oleh perbuatan Bima,walaupun ia telah dibuat babak belur oleh sahabatnya tapi ia tak merasa dendam sedikit pun,tidak seperti laki-laki pada umumnya
Ia malah menyuruh Dhiba untuk tidak memberi tahu siapapun tentang siapa yang memukuli nya
"Kita bawa Bima ke Rumah Sakit Siaga Medika saja ya"Tawar Pak Bombom
"Iya disitu aja Pak yang deket"
Setelah membuat pertanyaan singkat,Pak Bombom kembali fokus menyetir
Dan Bima masih saja menggenggam tangan Dhiba,malah kini genggaman nya menjadi tambah erat,seolah Bima tak ingin melepaskan tangan Dhiba
Tiba-tiba tangan Bima yang satunya lagi,menarik pelan tangan Dhiba yang satunya juga,dan meletakannya di pipi sebelah kanan yang tidak lebam
KAMU SEDANG MEMBACA
Faradhiba
Non-Fiction-Biasanya orang selalu ingin menghilangkan masa lalu,tapi aku tidak,karena sepercik masa lalu hilang dari ingatanku,maka mungkin aku tak akan mengingat kebersamaan yang pernah terjadi antara kita- Seperti judulnya cerita ini berkisah tentang faradhi...