Throwback to..

15 9 4
                                    

Pagi itu, seperti biasa Riva mulai merapikan bakerynya walaupun lebih banyak orang yang memesan untuk dibawa pulang dibandingkan orang yang memesan sambil nongrong di bakerynya namun Riva selalu memastikan suasananya tetap nyaman dengan meja dan kursi yang selalu bersih dan rapi.

Bakery itu belum buka namun pintu masuk pelanggannya sudah terbuka menampilkan sosok Devan yang terlihat dengan setelan kerjanya. Devan merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam disalah satu rumah sakit swasta.

"Udah sarapan Riv?"

"Udah. Tumben banget Dev masih pagi udah mampir."

"Aku ada jadwal operasi hari ini, gak bakalan sempat bawain kamu makan siang jadi aku mampir sekarang untuk bawain sarapan."

"Kamu gak perlu loh bawain saya makanan setiap jam makan Dev. Bikin kamu repot aja padahal saya bisa beli sendiri."

"Gak ngerepotin."

"Mau saya bungkuskan beberapa potong pie?"

"Boleh."

Devan sangat menyukai pie buah buatan riva. Karna sangat menyegarkan dan terasa manis.

Riva meletakan beberapa potong pie buah kedalam sebuah kotak untuk kemudian diserahkan kepada Devan.

"Riv, aku mau bilang sesuatu."

"Bilang aja Dev."

"Aku gak pernah minta apalagi maksain kamu untuk punya perasaan yang sama sepertiku. Tapi aku harap kamu bisa sedikit membuka diri Riv."

Riva kemudian berpikir sejenak. Mulai bertanya-tanya tentang apa yang harus dia lakukan? Melupakan cinta pertamanya dan mencoba membuka diri dan hatinya kepada Devan? Atau tetap menunggu cinta pertamanya dan melewatkan Devan?

Perkataan devan membuat Riva benar-benar berpikir.

Apa aku benar tidak lelah mencintai pria yang ntah seperti apa kabarnya sekarang? Sedangkan di hadapanku selalu ada Devan. Aku lelah. Perasaan itu harus dihilangkan mulai saat ini.

Dengan keyakinan baru Riva menganggukkan kepalanya "saya akan coba untuk mulai menerima kehadiran kamu Dev."

Senyum merekah di wajah Devan pagi itu "besok mau berangkat kerja bareng?"

"Boleh."

"Besok aku jemput. Aku kerja dulu ya, sampai ketemu besok pagi." ucapnya sambil melambaikan tangan dan berjalan keluar dari RB. Riva membalas dengan senyuman dan lambaian tangan.

Memasukki tempat favoritnya a.k.a dapur. Riva memakai apron coklatnya dan mulai menyiapkan bahan untuk membuat pie rempah labu yang selalu menjadi favorit kalangan ibu-ibu karir.

Bekerja sendirian di dapur terkadang juga membuat Riva merasa sepi, untuk itu dia suka menyetel musik yang menemaninya membuat aneka cemilan.

saat sedang menuangkan isian pienya, pintu dapur itu terbuka. Menampakkan seorang wanita tinggi dengan senyum cerah di wajahnya.

"Rivania." panggilnya dibalas gumaman dari Riva.

"Bikinin kue ultah dong tapi bentuknya kek bola basket gitu."

Riva mengangkat pienya dan dimasukkan kedalam oven yang sebelumnya telah dipanaskan terlebih dahulu "buat siapa?"

"Buat cowok lah."

"Iya cowok yang mana Lex, gebetan kamu kan banyak."

"Ih. Emang banyak tapi kan cuma sekedar ken doll doang. Yang ini pangeran beneran riv."

Alexandra adalah sahabat riva sejak jaman SMA, profesinya sekarang sebagai seorang interior designer. "Yaudah. Mau pake kue apa?"

"saran please."

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang