heart beat

14 3 0
                                    

Kata orang bekerja sesuai passion itu akan sangat menyenangkan. Riva tidak membantah tapi juga tidak sepenuhnya membenarkan. Seperti hari ini, satu minggu telah berlalu setelah hari dimana dia bertemu kembali dengan Haden. Semakin hari semakin banyak pesanan yang harus Riva handle sendiri. Menyenangkan, iya. Tapi melelahkan juga iya.

Riva bahkan tidak punya waktu libur sepanjang minggu ini. Syukur dia digebet seorang dokter yang senantiasa memberinya berbagai suplemen dan vitaman agar setidaknya tubuhnya tidak ngambek karena diajakin kerja sampe lupa istirahat.

Soal hubungannya dengan Devan dia rasa semua biasa saja. Sejak 3 hari terakhir Devan malah cukup sibuk di rumah sakit, namun tetap mengantar jemput dirinya sepulang kerja. Soal Haden, Riva tidak yakin apa mereka akan diberi kesempatan untuk bertemu lagi. Jika Haden memang bukan soulmate nya, Riva tetap berharap setidaknya mereka bisa berkawan.

Hari ini orang no 1 yang paling sering dihubungi oleh Riva adalah kang Ale si kurir sundanese yang doyan banget minta kue gratis. Banyak pesanan yang harus diantar kesana kemari hari ini membuat Riva lega karena tanggung jawabnya sedikit berkurang. Apalagi ketika pelanggannya merasa puas. Riva hanya bisa mengucap syukur.

Riva hendak membuat choco cookies namun persediaan choco chipsnya menipis. Kesibukan membutnya keliru menghitung keperluan minggu ini. Riva memutuskan untuk ke pusat perbelanjaan untuk membeli choco chips. Biasanya dia akan memesan dari temannya yang bisa dikatakan sebagai tangan kedua produsen karna harganya lebih murah. Tapi kali ini dia memilih ke pusat perbelanjaan saja.

Karena sering diantar jemput Devan, Riva jadi tidak membawa karimun kuningnya lagi. Seperti hari ini dia terpaksa naik ojol. Syukur pusat perbelanjaannya gak terlalu jauh.

Setelah sampai Riva langsung menuju sebuah market mengambil trolley dan masuk memborong choco chips. Riva membeli sekitar 30 kaleng choco chips dan membawanya dalam satu kantong plastik besar yang dilapis dua biar gak bocor.

Kesusahan membawa belanjaannya? Sudah sering dialami Riva jadi dia sudah sangat terbiasa. Riva sedang mencari ponselnya dalam totebag yang dia kenakan lalu Riva merasa seseorang mengambil alih plastik berisi choco chipsnya itu "ehh apa apaan" belum sempat Riva mengomel dia sudah bungkam bahkan berhenti berjalan saat tau ketangan siapa plastik yang lumayan berat itu beralih.

"Haden?"

"Bawa tentengan yang hampir segede badan sendiri." sindir Haden karena badan Riva memang mungil apalagi kalo bersanding dengan tubuhnya. Tinggi Riva hanya sekitar 150an sedangkan tinggi Haden sampai 180an.

Menyamai langkah Haden yang panjang-panjang Riva sedikit berlari "maksudmu aku kecil?"

"Fakta." kata Haden dengan wajah datarnya.

"Aku bisa bawa sendiri kok. Siniin aja."

"Mobilmu parkir dimana?" Haden tidak peduli dengan keinginan Riva yang meminta kembali belanjaannya.

"Aku tadi naik ojek online."

Mendengar jawaban Riva, Haden malah berbalik arah.

"Eh mau kemana?"

"Ke mobilku."

"Loh ngapain? Aku naik ojol aja."

"Bawel Riv."

***

Sekarang Riva sudah duduk dikursi penumpang di samping Haden yang duduk di depan kemudi. Riva merasa gugup. Ini pertama kalinya setelah sekian lama Riva naik mobil Haden lagi. Bahkan ini pertama kalinya Haden memberinya tumpangan tanpa Riva paksa.

Mobil pun melaju dengan kecepatan standar. Haden terlihat tenang mengendarai mobilnya sedangkan Riva tangannya bahkan sekarang keringat dingin. Riva mencoba melawan rasa gugupnya dan membuka obrolan dengan Haden.

"Tadi kamu ngapain?"

"Habis lunch." jawabnya dengan wajah sedatar nampan.

Tidak tau harus berkata apa lagi, Riva memilih untuk melihat keluar jendela. Tapi tiba-tiba saja Haden ngerem mendadak dan membuat tubuh Riva yang tidak siaga terdorong ke depan. Riva cukup kaget dan melihat lengan Haden yang melindungi tubuhnya karna jika tidak sudah pasti dadanya akan menabrak dashbor yang keras itu.

"Seriously Riv?" kata Haden membuat Riva menoleh dan menyadari salah satu kebiasaan terburuknya.

Riva lalu menarik seatbelt dan memasangnya. Sedangkan Haden menunggu sampai seekor kucing yang tadi membuatnya ngerem mendadak itu menyingkir dari jalan.

"Sorry." kata Riva dengan perasaan bersalah.

Haden menarik napasnya sedikit lebih dalam " you never change."

Mendengar itu, ada perasaan senang dihati Riva. Walaupun tadi dia hampir menyakiti dirinya tapi setidaknya Haden masih mengingat sifat buruknya yang selalu lupa memakai seatbeltnya.

Sampai di RB. Riva tidak lupa mengucapkan terimakasih dan berjanji akan membalas kebaikan Haden hari ini. Haden hanya mengangguk mengiyakan lalu berlalu dari RB. Mungkin menuju tempat kerjanya.

***

Toko sudah tutup sejak dua jam yang lalu sekarang pukul 11 malam. Riva masih sibuk dengan laporan income dan outcomenya bulan ini. Lalu ponselnya berbunyi. Ternyata ada pesan masuk dari Devan

Devan Aditya
Riv maaf ya, aku ada jadwal operasi mendadak jadi gak bisa anterin kamu pulang.

Riva langsung membalas pesan itu tanpa mikirin caranya pulang.

Rivania

Ok. Gak apa-apa kok :)

Riva langsung cepat-cepat membereskan barang-barangnya dan memutuskan untuk melanjutkannya di rumah saja. Jam segini Riva bisa saja memesan ojol atau grab tapi dia memilih untuk menunggu taksi saja di halte dekat toko. Daerah tokonya untungnya daerah yang cukup aman sehingga membuat Riva tidak terlalu takut untuk pulang sendirian saat malam sudah larut.

Menunggu memang hal yang menyebalkan tapi Riva yakin sebentar lagi taksi yang membawanya pulang akan lewat. Tapi yang berhenti di hadapannya justru mobil Haden. Kaca jendela penumpang itu terbuka dan terlihatlah Haden masih dengan kemeja yang sama seperti tadi siang saat mereka bertemu.

"Naik." begitu katanya. Riva menurut lalu masuk kedalam mobil Haden.

"Kamu kok bisa lewat sini?"

"Nyari makan malam."

"Trus udah dapat makan malamnya?"

Haden menjawab dengan gelengan kepala.

"Dekat apartment ku ada warung seafood yang jual tempura asam manis enak banget. Mau coba? Anggap aja sebagai ucapan terimakasih."

Cukup lama Riva menunggu jawaban haden dengan dag dig dug karna Riva tau kemungkinan besar Haden akan menolak seperti yang dulu selalu terjadi. Lalu jawaban Haden membuat jantungnya hampir saja berhenti.

"Ok. Arahin"

Riva mengarahkan Haden ke tempang warung seafood itu berada. Setelah sampai Riva langsung memesan 2 porsi tempura asam manis dan dua gelas teh hangat. Mereka menunggu makanan disajikan dalam diam, mereka makan pun dalam diam.

Setelah membayar makanan mereka Riva berjalan mendekati Haden yang menunggu di depan mobilnya "kamu langsung balik aja, gedung apartment ku yang sana." katanya sambil menunjuk sebuah bangunan bertingkat yang dekat dengan tempat mereka berdiri sekarang.

Haden hanya menjawab dengan anggukan kepala saja.

Sambil tersenyum Riva berterimakasih "makasih tumpangannya."

Haden lagi dan lagi hanya mengangguk saja. Setelah itu Riva memutar badan dan berjalan menuju apartmentnya. Di bawah sinar lampu penerangan jalan Riva tau kalau Haden tidak mengikutinya. Tapi tetap saja Riva merasa senang.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang