Berbanding terbalik dengan dunia kerja Riva yang dipenuhi aroma lezat dan manis, dunia kerja Haden dipenuhi panas matahari dan perhitungan. Mengambil keputusan untuk berkarir di dunia teknik sipil, tidak mudah jalan yang Haden lewati.
Dunia kerjanya dipenuhi banyak tantangan yang membuat Haden sudah terbiasa dengan rasa lelah, keringat, dan begadang. Haden membuka benderanya sendiri yang dinamakan PT. HAS consultant setelah 2 tahun mendapatkan gelar sarjananya. Memang masih seumur jagung tapi Haden sangat optimis dengan apa yang dia kerjakan saat ini.
Pengalaman kerja yang didapatnya sejak masih duduk di semester 2 perkuliahan membuatnya yakin untuk berdiri sendiri. Haden bukanlah pria yang suka menghabiskan waktu dengan bermain-main tapi bukan berarti dia tidak suka bermain.
Haden jago dalam banyak cabang olahraga seperti basket, sepak bola, catur dan badminton. Dia juga sangat suka memainkan gitar dan drum, dia bahkan membentuk sebuah band bersama 3 orang sohibnya semasa kuliah.
Soal percintaan Haden tidak mengalami banyak peristiwa hanya wanita-wanita modus yang silih berganti mencoba menyentuh hatinya tapi ntah kenapa Haden tidak tertarik. Sejak duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar hanya satu gadis yang selalu menempelinya bagai octopus. Gadis itu Riva.
Haden tidak menolak kehadiran Riva tapi juga tidak memberikan Riva banyak harapan. Haden hanya bersikap seadanya saja karena dia benar-benar ingin fokus dengan tujuannya. Sejak awal dia tidak mau semua rencananya hancur karena urusan percintaan untuk itu sampai umurnya yang ke-25 belum pernah sekalipun merasakan namanya berpacaran apalagi berkomitmen serius dengan seorang wanita.
"Pak backupnya sudah selesai." Seru andi yang baru saja memasukki ruangan Haden.
"Nanti saya cek lagi."
Andi berjalan mendekati meja Haden dan duduk di hadapannya.
"Terus terang aja pak." Kata Andi yang menimbulkan kerutan di dahi Haden
"Maksudnya?"
"Kenapa bapak minta saya reservasi di eastwest corner untuk 2 tempat sabtu ini?"
Eastwest corner adalah restoran tempat Riva dan Haden menikmati Lasagna.
"Ada urusan."
"Urusan apa kencan?"
"Dinner." Jawab Haden santai.
"Gila lo!" Spontan Andi yang membuat beberapa pekerja melihat mereka.
"Ingat jam kerja Ndi."
Andi memang salah satu sohib Haden sejak masa kuliah, namun di tempat kerja mereka tetap berlaku profesional. Akan tetapi mendengar seorang Haden yang sudah dikenalnya selama 6 tahun akan 'dinner', Andi shock sampai tak sadar melepaskan laku profesionalnya sebagai rekan kerja Haden bukan sebagai sahabatnya.
"Lo mau dinner sama siapa? Please jangan bilang sama klien. Udah seneng banget gue tau kalo lo akhirnya dekat sama lawan jenis."
"Sama teman lama."
"Kagak peduli gue intinya cewek apa cowok?"
"Wanita."
"Wah kudu tumpengan ini mah."
"Biasa aja."
"Oke deh gue siapin makan malam ter'romantis ala-ala candle light dinner gitu bro."
"Gak perlu. Gue cuma mau makan biasa doang Ndi astaga kenapa jadi alay banget."
"Ya kali aja lo khilaf trus ngelamar."
"Mau ngelamar kok pake khilaf." Dengan kekehan dan gelengan kepala Haden menanggapi perkataan sahabatnya itu.
"Ceritain dong sosok yang bakalan lo ajak makan malam."
"Teman lama. Wanita. Manis."
"Udah itu doang?"
Haden membalas dengan anggukan kepala.
"Kenalin dong."
"Kalian udah saling kenal kok ngapain harus dikenalin lagi."
"Hah? Sembarangan lo, emang siapa sih?"
"Riva."
Kebingungan diwajah Andi langsung berubah dengan ekpresi mengejek "eiii gue tau pasti ada sesuatu diantara kalian. Udah sejauh apa?"
"Cuma teman lama Ndi. Seriusan."
"Teman lama doang tapi ngajakin makan malam."
"Lah kita kan juga sering makan malam bareng."
"Kalo sama kita ya beda Den. Kita kan jenisnya sama, kalau si Riva kan lawan jenis."
"Intinya kita cuma temenan. Titik."
"Kalo cuma teman doang. Boleh dong gue deketin? Si Riva boleh juga kalo gue pikir-pikir. Cantik, baik, ramah, mandiri lagi."
"Cari yang lain aja. Jangan dia."
"Emangnya kenapa? Lo juga cuma temenan kan?"
"Lo kayak gak ada cewek lain aja."
"Gue maunya Riva, gimana dong?" Dengan senyum jailnya Andi menunggu respon Haden.
"Rivanya yang gak mau sama lo."
"Sok tau banget lo. gue juga bisa bikin Riva mau sama gue."
"Mending lo balik kerja. Laporan MC0 gak kelar minggu ini, gaji lo gue potong 50%."
Andi langsung tertawa mendengar perkataan Haden. "Kalo suka mah bilang aja, kagak usah playing cool gitu."
"Siapa yang suka sama dia?"
"Kalo gitu buat gue ya?" Kata Andi sambil berlari keluar ruangan Haden karena Haden yang siap untuk melemparinya dengan dokumen setebal novel Harry Potter.
Haden pun duduk termenung setelah obrolan menyebalkan dengan Andi tadi. Haden tidak pernah merasakan suka yang sampai ditahap ingin memiliki kepada lawan jenisnya. Bukan karena selama ini Haden tidak normal hanya saja dia belum mendapatkan seseorang yang benar-benar membuatnya nyaman dan rela melakukan apa saja tanpa tuntutan.
Haden pun tiba-tiba kepikiran Riva.
Apa mobilnya sudah selesai dibenerin?
Tanya itu membuat Haden mengambil ponselnya. Inginnya untuk mengirim pesan tapi rasanya terlalu lelah untuk mengetik pesan. Jadi Haden memilih untuk menelpon saja.
Mendial nomor Riva, Haden menunggu jawaban dari seberang. Deringan kelima panggilan itupun dijawab.
"Halo." Suara Riva terdengar lembut di telinga Haden.
"Mobil kamu udah selesai dibenerin?"
"Belum. Katanya sih paling lambat besok siang. Kenapa Haden?"
"Trus kamu pulangnya gimana?"
"Aku bisa naik ojol atau taksi atau bus."
"Kalo naik mobil aku, mau?"
Riva tidak langsung menjawab membuat Haden tanpa sadar deg-degan menunggu jawaban Riva.
"Aku gak maksa kalo memang kamu gak mau."
"Mau kok."
Haden menghembuskan napas lega.
"Kujemput jam 9?"
"Oke. Jam 9."
"Oke."
"Bye Haden."
Haden pun memutuskan panggilan itu.
Haden tidak pernah memberikan perhatian lebih kepada wanita manapun kecuali ibu dan Hillary. Tapi ntah mengapa dia merasa ingin memberikan perhatiannya pada Riva yang notabene merupakan seorang yang dulu selalu memberikan perhatiannya pada Haden namun Haden hanya berlaku cuek bahkan terkesan dingin. Tapi bukan berarti Haden yang dulu tidak menyukai Riva dia hanya bingung dengan perasaannya sendiri bahkan sampai.
Tapi sejauh ini hanya Riva, wanita yang membuat Haden kepikiran.

KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOX
RomantikJatuh cinta sepihak yang dirasakan Riva selama 8 tahun masih berlanjut sampai menginjak tahun ke 15, saat umurnya berada diangka 25 tahun dia memutuskan untuk berhenti mencintai sendirian seperti orang tidak waras dan mencoba membuka hati untuk pria...