As simple as that

18 6 3
                                        

Disinilah mereka bertiga duduk melingkari sebuah meja bundar. Dengan ice choco, espresso dan brownies.

Riva merasa sangat canggung duduk berhadapan dengan Haden saat ini. Dia berharap pelanggan akan datang dan membuatnya sibuk melayani saja.

"Mbak aku mau ke toilet, dimana ya?"

Hillary memecahkan keheningan diantara mereka.

"Disamping kasir itu ada lorong masuk aja, pintu toiletnya yang sebelah kiri."

"Oke deh." Hillary pun berjalan menuju toilet meninggalkan Riva dan haden berdua.

Duh makin canggung deh berdua gini.

"Ehem" Haden berdehem membuat riva melihatnya "dia maksa banget mau ketemu kamu."

Sejak dulu panggilan diantara mereka memang menggunakan aku-kamu. Karena sudah berteman sejak kecil.

Oh jadi Haden kesini terpaksa batin Riva sambil sedikit menghela nafas.

"Aku kesini bukan karena terpaksa."

Dia bisa baca pikiran aku ya?

"Aku gak baca pikiran kamu."

Lah?

"Isi kepalamu masih transparan dan berhentilah membatin."

Riva menghela nafas, menunduk dan berhenti membatin.

"Apa kabar?"

"Apa?" Riva mencoba memastikan bahwa indra pendengarannya masih berfungsi normal.

"Apa kabar?" Ulang haden membuat Riva tersenyum tanpa dirinya sendiri sadari.

"Aku baik. Kamu?"

"Same here."

Jawaban itu membuat Riva bingung harus memulai obrolan dari mana. Dan kenapa juga Hillary lama banget nongkrong di toilet. Tapi Riva bertanya-tanya, apa tujuan haden datang kemari jika memang bukan karna paksaan sang adik?

"Haden.."

"Riva.."

Bukan cuma Riva yang salah tingkah ternyata karna saat melihat Haden, pria itu sedang menggaruk tengguknya yang sudah pasti tidak gatal. Tapi itu tipikal kaum adam jika sedang salah tingkah kan. Spontan Riva merasa senang ini pertama kalinya Haden salah tingkah di hadapannya.

Apa harus nunggu pertemuan setelah bertahun-tahun gak saling liat untuk buat kamu salah tingkah gitu Haden? Batin Riva yang membuatnya merasa diambang sedih dan senang.

Menetralkan salah tingkahnya Haden kembali berbicara "mau ngomong apa?"

"Kamu kesini.." belum sempat melanjutkan kalimatnya pintu bakery itu terbuka. Seorang pelanggan yang ditunggu Riva sejak awal malah baru muncul saat Riva baru akan memulai obrolan pertamanya dengan Haden.

"Selamat datang. Ada yang bisa dibantu?" Sapa Riva sambil tersenyum manis pada pelanggannya yang merupakan seorang pemuda yang sepertinya berada diakhir umur belasannya. Terlihat seperti tampang mahasiswa baru.

Pemuda dengan jaket bomber berwarna merah itu berjalan mendekati Riva dan berkata "Saya mau beli kue ulang tahun mbak."

Riva mengangguk "request or advise?"

Terlihat berpikir untuk beberapa detik pemuda itu menjawab "any advise?"

"Untuk pacarnya ya?" Pertanyaan Riva sontak membuat pemuda itu menggaruk tengkuknya salah tingkah seperti yang dilakukan Haden beberapa saat yang lalu membuat Riva kembali memngingat kejadian langkah itu dan tersenyum tipis.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang