ga puluh

2.7K 213 56
                                    


"Jadi?." Gua natap Sehun yang duduk di sofa sambil nunduk. Kita udah ada di apartement Sehun, Sehun duduk di sofa panjang yang disampingnya terdapat sundel bolong. Lalu di sofa sebelah kanannya ada kak Luhan yang masih aja natap Sehun sengit, sofa model L.



"Duduk Keey." Tangan gua ditarik sama kak Luhan. Hela nafas sebentar, lalu ikut duduk disebelah kak Luhan.



"Katanya tadi mau jelasin? Yaudah jelasin sekarang kak." Desak gua, jujur aja gua udah muak sama tingkah laku si sundel bolong yang dari tadi gelendotin Sehun kayak anak kucing.


Cemburu? Jelas, ya sebenci-bencinya gua sama Sehun dia tetep masih pacar gua.




"Aku mau jelasin ini, tapi aku mohon kamu maafin aku keey." Sehun melirih.


"Tergantung kak. Kalau itu masih bisa di maafin aku pasti maafin kakak, kalau enggak ya buat apa."

Sehun dongak liatin gua, matanya udah merah. Dan ternyata gua baru sadar kalau tubuh Sehun ga sebaik -maksudnya gak seseger sebelum dia berangkat kesini.





Ada apa dengan ini semua?


Sehun nunduk lagi, ngeremes tangannya kuat. "Keey.."



"Paan sih kak, lama dah lo."


"Nama dia Bianca."

"Bodo amat." Sahut gua cepet, ya lagian pake ngenalin segala, ogah banget gua. Tapi kak Sehun malah senyum kecil.

"Aku dan dia



-kami mau tunangan."














Anjing anjing anjing tai babi bangsat.




Oke, cukup. CUKUP GUA GAK BISA!maksud dia apa sih? Apa tujuan dia yang sebenernya?apa mau dia?.

"Biadap." Ujar kak Luhan seraya narik gua. Lalu kami -gua dan kak Luhan- berdiri jalan kepintu keluar.






"Keey ! Keeya tungguin dulu aku belum selesai !" Sehun coba tarik tangan gua lagi tapi langsung ditepis sama kak Luhan.

"DIEM KAMU ANJENG! URUS SANA TUNANGAN KAMU! NYESEL SAYA BAWA KEEYA KESINI !."



"Eh kamu?! Kamu gak ada hak ya buat marah-marah sama Sehun ! Cewe itu aja yang kegatelan nyamperin tunangan orang." Duh suara cempreng si sundel yang lagi nunjuk-nunjuk kak Luhan memekakkan kuping gua.


"Siapa yang kamu sebut gatel? Perlu saya bawain kaca?atau mau ngaca ditelapak sepatu saya?! Jijik saya sama kalian." Habis kak Luhan ngomong gitu kita bener-bener pergi dari tempat ini.


















Disini gua berpikir, apakah salah keputusan gua datengin sehun jauh-jauh dari negara yang berbeda malah cuma dapet kenyataan yang pait? Gua ketawa kecil tapi gak singkron sama mata gua yang terus berair. Emang, dimanapun kenyataan pait itu lebih baik daripada kemyataan manis yang dalamnya pait.

Kalau kisah cinta gua sama senior gua sendiri sampe sini, gua harap ini jadi yang terbaik. Kalau enggak, berarti masih ada serpihan kebahagiaan gua dan dia yang masih tersimpan rapih belum, saatnya muncul.


"Kenapa?kayak orang gila banget kamu keey, nangis sambil cekikikan." Kak Luhan  duduk disamping gua,ngasih secangkir coklat hangat -yang gua terima dengan senang hati -dan sampirin selimut hangat dipundak gua.


Kita udah dihotel, dan diluar hujan deras. Gua dan kak Luhan gak ada yang buka suara, pikiran kami kacau. Dan kami fokus dengan rintik hujan yang kami perhatiin lewat jendela.





Senior bngst !! (Sehun Exo )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang