Saat ini, sesosok pria macho berambut hitam kemerahan membara yang mengenakan jubah berapi seperti terbakar. Pria tersebut mengerahkan sebuah sihir yang kudengar [Salamander Magic : Blazing Tornado] untuk membelah nafas api mengerikan dari Rion—sang naga biru yang menyebut dirinya Petaka Biru. Dan lagi, pria itu tak lain dan tak bukan adalah ayahku, ayah kandungku sendiri.
Ia berjalan pelan ke arahku, kemudian berdiri di depanku memperlihatkan punggungnya yang terdapat lambang seekor salamander merah melingkar di jubahnya. Kuperhatikan lambang itu, namun aku sama sekali tak tahu apa itu. Aku sama sekali tidak menemukan informasi sedikit pun mengenai lambang salamander tersebut dari buku-buku yang telah kubaca di perpustakaan umum.
“Ayah ...?”
Aku masih tidak bisa mempercayai ini. Ayahku—Greeze Reveland—seharusnya hanyalah seorang penempa besi rendahan yang upahnya tak menentu dan seorang yang tak berbakat dalam sihir. Mengapa ia bisa mengerahkan sihir api yang bahkan dapat menghalau nafas api dari naga ini? Jangankan sihir, aku bahkan merasakan limpahan kekuatan yang berasal darinya.
Kapasitas magia dan kualitasnya sungguh berbeda dari ayah sebelumnya. Apa ia benar-benar ayahku yang selama ini kukenal?
“Euclyd, dimana Lizzy? Bukankah ia bersamamu sampai sesaat tadi?”
Dia bahkan tahu aku bersama Lizzy? Bagaimana caranya? Apa ia merupakan penyihir tipe persepsi? Tidak, dilihat dari sihir [Salamander Magic : Blazing Tornado]-nya saja dapat diketahui kalau ayah adalah penyihir tipe penyerang.
Sekarang yang menjadi pertanyaannya, apa yang terjadi pada ayah hingga mendapat kekuatan yang begitu besar ini? Tapi sebaiknya pertanyaan itu harus kusimpan untuk saat ini, aku tak mau menghalangi jalannya.
“Dia berada di [Warehouse], sihir penyimpananku.”
“Kau bahkan bisa memasukkan manusia hidup ke dalam sana?”
“I-iya.”
Kenapa ia bertanya seperti itu? Bukankah aku sudah pernah mengatakan bahwa sihirku ini dapat menyimpan apa saja tanpa terikat konsep waktu dan batasan bawaan? Apa ia tak memperhatikan penjelasanku?
“Seperti dugaanku, sihirmu benar-benar hebat.”
Eh? Apanya?
“Euclyd, dengarkan ayah dengan tenang. Ibumu sudah meninggal.”
...
....
.....
Apa ...? Ibu ... meninggal? Tidak mungkin, ini tidak mungkin terjadi ....
“Ibumu meninggal tertimpa reruntuhan akibat ulah beberapa Ogre yang menghancurkan setiap bangunan yang mereka lewati.”
Ogre? Ogre-ogre itu yang membunuh ibu? Dimana sekarang Ogre-ogre itu!?
“Kau tak perlu sampai membuat ekspresi wajah menyeramkan begitu, Euclyd. Ayah sudah menghabisi semua Ogre yang berada di sekitar rumah.”
Ekspresi menyeramkanku terlihat dengan jelas, ya? Yah, maaf kalau begitu, aku sama sekali tak menyadarinya. Tapi, tetap saja perasaanku yang tengah terbakar ini tidak bisa dipadamkan begitu saja. Aku ingin membunuh semua monster di kota ini. Bukan karena dendam, tapi lebih ke arah pembalasan. Ehm, bukankah kedua hal itu merupakan hal yang sama? Biarkanlah, aku tak peduli.
Aku ingin menghabisi semua monster ini .... Bunuh, siksa, habisi, bakar, hancurkan ....
“Euclyd, dengarkan ayah.”
Di saat aku mulai terlarut dalam dendam dan pikiran akan bunuh-membunuh, ayah menyadarkanku dengan suaranya. Ia tak berpaling dari hadapan Rion sang naga, namun aku tahu ia ingin mengatakan sesuatu padaku. Tiba-tiba, ia mengambil sebuah kunci dari saku celananya dan di lemparkan kepadaku. Otomatis aku menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Incarnation of Silver Hero [HIATUS]
FantasySeorang agen pembunuh kelas atas, yang dikenal dengan julukan The Death Mist, mati karena terjebak dalam rencana pengkhianatan rekan kerjanya sendiri. Dalam keadaan sekarat, ia benar-benar pasrah akan hidupnya. Kedua kakinya patah, kedua telapak tan...