Hari ini aku tengah berada di perpustakaan umum Bolicus. Sedang apa? Tentu saja membaca buku, memangnya apalagi? Kudengar perpustakaan telah kembali di buka—meski koleksi bukunya sangat berkurang drastis—sehingga aku pergi ke sana.
Walaupun baru saja di buka kembali, hanya aku seorang yang berada di dalam sini—tentu saja bersama sang penjaga perpustakaan. Yah, aku mengerti mengapa perpustakaan jarang kedatangan orang, soalnya di dunia ini baca tulis adalah hal yang cukup langka ditemui. Lagipula, seharusnya bukan waktunya untuk membaca buku dengan tenang di saat seperti ini.
Bolicus kembali mendapat bantuan dari pemerintah pusat di ibukota kerajaan—Andrava. Bedanya, kali ini bantuan itu bukanlah pasokan bahan pangan, melainkan sejumlah pasukan berjumlah sekitar 500 prajurit yang dipimpin oleh seseorang yang terkenal—Gremor Scavancy. Ia membawa rombongan prajurit berzirah full-plate di sertai tombak dan pedang pada setiap prajuritnya.
Mereka tiba sekitar tiga hari yang lalu, dimana seminggu sebelumnya terjadi kekacauan yang cukup menegangkan selama satu minggu penuh. Kondisi Bolicus saat ini masih rawan di serang oleh berbagai pihak—baik itu monster, bandit, para kriminal terkenal, dan tentu saja kerajaan Milenesia yang merupakan kerajaan tetangga. Sungguh, seminggu itu benar-benar merepotkan.
Kau tahu, banyak bandit-bandit dan kriminal-kriminal yang berbondong-bondong kemari. Mengapa? Di kondisi Bolicus yang tak berdaya dan rawan di serang, mereka memanfaatkan hal itu dan memaksa para penduduk untuk menyerahkan barang-barang berharga yang tersisa dan harta benda lainnya. Yah, singkatnya perampokan dan penjarahan dalam skala luas.
Namun, karena hal itu juga kekayaanku bertambah sebanyak 12.000 Geld. Darimana uang sebanyak itu berasal? Tentu saja dari pekerjaanku.
Melihat banyaknya bandit dan kriminal yang memasuki kota ini untuk dihabiskan kekayaannya atau dikuasai, pihak serikat petualang mengumumkan bahwa setiap bandit atau kriminal yang berhasil di tangkap, orang yang berjasa akan mendapat imbalan paling sedikitnya 200 Geld per kepala—dengan syarat dalam keadaan hidup.
Untuk seseorang yang merupakan seorang pembunuh kelas atas di masa lalu, menangkap target tanpa harus membunuhnya sudah menjadi keahlianku. Meski aku lebih sering membunuh setiap target yang diminta oleh klienku, tak jarang juga ada klien yang minta untuk tidak membunuh target dan hanya menyerahkan ke pihak berwenang. Itu hal yang cukup aneh, bukan? Aku seorang pembunuh bayaran, tapi tidak membunuh. Yah, lupakan saja, itu hanya masa lalu.
Saking banyaknya bandit dan kriminal yang datang ke kota ini, aku sampai kerepotan karena Lizzy pernah di culik dan meminta uang tebusan untuk pembebasannya. Apa yang kulakukan? Tentu saja membunuh mereka semua yang terlibat. Meski aku bisa mendapat keuntungan dari sana, aku tak sudi membiarkan mereka hidup setelah berbuat sesuatu yang mengacam seseorang yang berharga bagiku.
Karena itulah pihak pusat memutuskan untuk memberikan bantuan berupa kekuatan militer agar keamanan Bolicus meningkat. Walaupun begitu, dari yang kudengar bukan raja yang memutuskan hal ini, tapi bangsawan Archduke—Gremor Scavancy-lah yang memintanya. Aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak, yang jelas bebanku sudah cukup berkurang dan aku ingin bersantai sedikit setelah hampir setiap hari bekerja.
“Euclyd, kau rajin sekali ya datang kemari. Apa ada alasan khusus?”
“Tidak juga. Aku kemari karena ingin mengetahui apa yang belum kuketahui.”
“Untuk bocah seumuranmu, kau aneh juga.”
Aku hanya tersenyum kecut mendengar ucapannya. Yang sedang berbicara kepadaku ini adalah sang penjaga perpustakaan—Yetzi—seorang pemuda bertampang kutu buku dengan kacamata bulatnya, berambut biru gelap, bermata ungu, dan bertubuh kurus kering. Ia merupakan salah satu dari sedikit temanku di kehidupan ini yang bisa dihitung dengan satu tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Incarnation of Silver Hero [HIATUS]
FantasySeorang agen pembunuh kelas atas, yang dikenal dengan julukan The Death Mist, mati karena terjebak dalam rencana pengkhianatan rekan kerjanya sendiri. Dalam keadaan sekarat, ia benar-benar pasrah akan hidupnya. Kedua kakinya patah, kedua telapak tan...