4. Pekerjaan dan Pembunuhan Pertama

3.3K 300 76
                                    

“Haah!”

Zraaakk! Tlungg ....

“Huft, pekerjaan hari ini selesai.”

Akhirnya pekerjaanku selesai, paling tidak untuk hari ini. Pekerjaan? Ya, aku mendapat pekerjaan yang cocok bagi seorang anak kecil berumur 8 tahun. Apa itu? Tukang potong kayu. Tertawalah, tidak apa-apa, aku tak keberatan.

Meski memang tidak sesuai dengan harapanku menjadi petualang, aku bisa membantu perekonomian keluargaku, walau hanya sedikit. Ayah dan ibu tak memperbolehkanku menjadi petulang sama sekali. Mereka mengatakan lebih baik miskin daripada melihat anaknya berada dalam bahaya.

Hah, aku tak mengerti. Kenapa mereka berpikiran begitu? Bukankah semuanya ada resikonya? Bahkan pekerjaan aman seperti berdagang sayuran dan menempa besi itu beresiko barang dagangan di curi dan keselamatan sang penempa selalu dipertaruhkan.

Sudah tiga bulan berlalu sejak aku memeriksa atribut sihir dan kapasitas magiaku, menerima pedang pendek dari Noza sebagai hadiah ulang tahunku, lalu membicarakan tentang keinginanku menjadi petualang dengan kedua orang tuaku. Tentu mereka senang aku memiliki sihir spasial, tapi mereka melarangku bekerja sebagai petualang yang membahayakan nyawa.

Hanya karena mereka adalah orang tuaku, bukan berarti mereka dapat dengan bebasnya melarangku melakukan sesuatu. Sekarang aku hanyalah seorang tukang potong kayu, tapi aku akan secepat mungkin menjadi petualang tanpa diketahui oleh ayah dan ibuku.

Jujur saja, setiap kali aku pergi ke serikat petualang hendak mendaftarkan diri menjadi seorang petualang, salah satu dari mereka pasti selalu hadir di sudut ruangan. Mereka memarahiku dan membawaku pulang di depan orang banyak. Karena itulah aku tidak pernah pergi lagi ke gedung serikat selama tiga bulan terakhir ini.

Hah ... aku harus mencari waktu yang tepat untuk pergi ke gedung serikat sana.

“Euclyd, sudah selesai memotong kayunya?”

Aku menoleh begitu mendengar suara yang memanggil namaku dari sebelah kiri. Di sana terdapat seorang gadis kecil seumuranku berambut biru langit memiliki warna iris mata yang sama dengan rambutnya. Gadis itu tengah berjalan ke arahku sambil membawa sebuah kantong yang lumayan besar.

“Lizzy, sedang apa kau kemari?”

“Aku diminta membawakan makan siangmu oleh bibi.”

Ia mengangkat kantong tersebut dan memperlihatkannya padaku. Makan siang? Bekal? Kenapa harus dibuatkan bekal? Aku bisa mencari makan sendiri sekarang menggunakan uang penghasilanku. Tapi yah, demi menghemat dan memperbaiki perekonomian keluargaku, kurasa bekal juga tidak apa-apa.

Gadis ini adalah teman masa kecilku di dunia ini, Lizzy Reyhard, anak dari Noza Reyhard teman ayahku. Meski kukatakan seumuran, ia setahun lebih tua dariku. Tahun ini ia akan berumur 9 tahun, sedangkan aku baru saja memasuki umur ke delapan beberapa minggu lalu.

Ia gadis baik dan bisa diandalkan, tapi di saat yang bersamaan ia sangat keras kepala di saat-saat tertentu. Pernah sekali aku mengambil camilannya, lalu ia marah-marah dan mengadukannya kepada Noza. Dasar anak kecil, begitu saja melapor. Aku juga anak kecil, tapi mentalku sudah dewasa, ingat itu.

“Memangnya kamu bertemu ibuku?”

“Aku tadi pergi ke rumahmu untuk mengajakmu bermain, tapi kamu sudah pergi kerja. Jadi aku memutuskan mengunjungimu di sini, sekalian bibi memintaku membawakan bekal ini padamu.”

Sambil mengatakan itu, ia menyerahkan kantong berisi bekal tersebut padaku. Tentu saja aku menerimanya, tak mungkin aku menolak masakan ibuku sendiri dari rumah. Hitung-hitung menghemat uang demi masalah kemiskinan yang sedang keluargaku hadapi.

The Incarnation of Silver Hero [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang