Sudah dua bulan semenjak penyerangan para monster yang dipimpin oleh Nendo terhadap kota Bolicus—kota perbatasan kerajaan Laevandra dan kerajaan Milenesia. Selama dua bulan lamanya, para penduduk berusaha keras membangun kembali kota Bolicus yang diporak-pondakkan hanya dalam sehari itu. Hebatnya, hingga hari ini hampir semuanya selesai.
Yah, pembangunan secepat ini hanya bisa terjadi karena adanya suatu eksistensi yang disebut sihir. Rumah-rumah mulai berdiri tegak, dinding kota juga mulai dibangun menggunakan beton, ladang semakin bertambah hijau, dan jalan-jalan terlihat indah. Meski ada beberapa kekacauan seperti perebutan makanan, pertengkaran di jam istirahat, dan lain sebagainya, semuanya bisa diatasi dengan mudah.
Selama itu pula, aku mengerjakan apa yang menjadi tugasku—kurir barang. Walaupun aku sama sekali tak tertarik maupun tidak berniat untuk menjadi salah satunya, aku meraup keuntungan yang bisa dikatakan cukup banyak. Dalam dua bulan ini, aku berhasil mendapatkan kurang lebih 500 Geld. Hasil ini murni dari pekerjaanku sebagai kurir barang.
Belum lagi di tambah hasil perburuan monster-monster dan daging yang kujual kepada serikat petualang, total kekayaan yang kumiliki saat ini sekitar 6000 Geld. Mengejutkan, bukan? Di sela-sela pekerjaan sementaraku yang merupakan kurir barang, aku sering berburu monster dan menjual bagian-bagian tubuhnya kepada pihak serikat petualang.
Karena banyak anggota petualang yang gugur ketika penyerangan monster berlangsung, jumlah tim berburu berkurang drastis sehingga mempengaruhi persediaan bahan pangan. Dari sana, setiap sore selama kurang lebih dua jam aku selalu keluar dari kota untuk berburu monster ataupun hewan yang bisa kujual di hutan. Aku mendapat banyak untung karena persediaan bahan makanan yang menipis itu justru menaikkan upah permintaan penaklukan monster yang bisa diolah menjadi makanan.
Meskipun mendapat bantuan berupa pasokan bahan pangan dari pusat kerajaan Laevandra—Andrava—tidaklah mustahil persediaan tersebut langsung habis dalam tiga hari. Kenapa? Kalian bertanya kenapa 2000 lebih penduduk bisa menghabiskan pasokan bahan pangan bantuan yang hanya sekitar satu ton? Kalian bercanda?
Aku tidak tahu apakah kerajaan tidak peduli atau sengaja tak memberikan banyak bantuan bagi kota pinggiran ini, tapi yang jelas bahan pangan satu ton itu jelas terlalu sedikit bagi sebuah kota berpopulasi lebih dari 2000 penduduk. Karena minimnya persediaan bahan pangan itulah yang membuat harga segala jenis bahan pangan naik drastis. Aku mendadak kaya dibuatnya.
Walaupun memegang uang sebanyak itu, aku tak berniat untuk menghambur-hamburkannya. Aku tak tahu pasti akan membutuhkan berapa banyak biaya agar aku sampai di daerah bernama Eritze, yang jelas lebih dari 2000 Geld. Itu jumlah yang banyak untuk seorang yatim piatu miskin sepertiku.
Di tambah lagi, semua orang yang kutanya tidak tahu daerah bernama Eritze—bahkan staff serikat petualang. Aku mencari penyihir tua yang mengetahui jati diri ayah ketika masih berada di gedung serikat petualang dengan niat menanyakan hal yang sama, tapi ia tidak bisa kutemukan dimana pun di kota ini. Seminggu mencari ke berbagai sudut kota, akhirnya aku pun menyerah. Itu melelahkan mencari seseorang selama seminggu tapi tak ketemu.
“Euclyd, pekerjaannya sudah?”
“Ah, Lizzy. Ya, aku ingin sekalian menjual beberapa Tiger Cow ke serikat petualang sekarang.”
“Hee, berapa banyak yang akan kau dapat?”
“Hm ... seribu seratus dua puluh Geld?”
“Bukankah itu jumlah yang banyak!?”
“Ya, begitulah.”
Tiger Cow, salah satu monster yang merupakan perkawinan silang dari harimau dan sapi. Hebat, bukan? Di duniaku, perkawinan silang seperti ini takkan pernah berhasil—secara alami maksudku. Meski begitu, harga yang dipasang oleh serikat petualang per ekornya cukup mahal—seratus enam puluh Geld per ekor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Incarnation of Silver Hero [HIATUS]
FantasiaSeorang agen pembunuh kelas atas, yang dikenal dengan julukan The Death Mist, mati karena terjebak dalam rencana pengkhianatan rekan kerjanya sendiri. Dalam keadaan sekarat, ia benar-benar pasrah akan hidupnya. Kedua kakinya patah, kedua telapak tan...