21. Kekhawatiran

1.1K 145 25
                                    

Bruaaak!!

   "{Satu pukulan!! Sekali lagi semuanya, satu pukulan! Pemenang pertandingan kedua puluh empat hari ini adalah sang Little Monster, Euclyd Reveland!}"

   ""Oooo!!!""

Dan begitulah bagaimana caraku memenangkan pertandingan keempatku dalam turnamen Horita ini. Mungkin bagi kalian aku terlalu menghancurkan harapan orang lain, tapi begitulah kenyataan. Aku tidak sedang menghancurkan harapan orang lain, tetapi orang itu sendirilah yang menghancurkan harapannya.

Orang lain tidak bisa mengalahkan seseorang itu wajar dan kekalahan pada seseorang tersebut harus dirasakan oleh setiap orang. Mengapa aku bisa mengatakan itu? Tanpa menyadari kemampuannya sendiri maka manusia—atau makhluk berakal lainnya—takkan bisa berkembang lebih jauh dari pondasi awalnya.

Jika kalah evaluasikan apa yang membuatmu kalah, lalu coba lagi. Kalau masih kalah lakukan hal itu sampai ratusan, ribuan, atau bahkan jutaan kali. Kalah menang itu wajar, menyerah tidaknya seseorang itulah yang tak wajar.

Aku tahu rasanya kalah seperti apa sehingga aku berani mengatakan hal semacam itu. Kalah itu kemenangan yang tertunda? Bukan itu pribahasa yang kupegang, tapi 'kalah itu pondasi kemenangan'. Bagaimana pun juga perasaan kalah juga dibutuhkan untuk menjadi seorang pemenang—kecuali untuk jenius sejak lahir, mungkin itu pengecualian.

Baiklah, kembali ke topik.

Aku melangkah pelan meninggalkan arena menuju ruangan blok A disertai sorak-sorai dari para penonton turnamen. Berkat kemenangan beruntunku sejak pertandingan pertama yang selalu kuselesaikan dengan satu pukulan, tendangan, atau serangan, aku menjadi bahan taruhan bagi penonton.

Sebenarnya aku tak begitu senang menjadi bahan taruhan untuk mereka, tapi ya sudahlah. Toh ini hanya turnamen, hal seperti taruhan dan semacamnya sudah biasa dilakukan. Sama saja seperti pertandingan sepak bola liga dunia, jadi aku takkan mengeluh lebih jauh lagi.

   "Pertarungan yang hebat, Euclyd!"

Di depan terlihat seorang gadis cantik berambut dan bermata biru cerah disertai senyuman manis nan menawan yang mampu membius kaum Adam menyambutku.

   "Lizzy? Sedang apa kau di blok A?"

Tentu aja gadis yang kumaksud adalah Lizzy Reyhard, memangnya siapa lagi?

   "Aku hanya ingin menjemputmu saja. Tidak boleh, ya?"

   "Bukan begitu sih, tapi ...."

Aku melihat ke sekitar memperhatikan para partisipan turnamen blok A lainnya. Mereka terlihat sangat iri dan memancarkan hawa membunuh yang dahsyat. Memang gawat sebenarnya jika Lizzy berada di tempat ini, tapi yang lebih terancam di sini adalah nyawaku. Para peserta lainnya nampak ingin membunuhku di tempat ini sekarang juga.

Hah, masalah merepotkan lagi.

   "Baiklah, ayo keluar."

   "Ya."

Kami pun segera keluar dari ruang partisipan blok A agar menghindari masalah yang seharusnya tidak terjadi. Kau tahu, di dunia ini wanita adalah salah satu penyebab banyaknya konflik dan pertarungan. Bisa saja partisipan lain tertarik dengan Lizzy dan hendak menantangku agar bisa menjadikan Lizzy sebagai miliknya.

Tapi yah, kalau ada orang yang seperti itu aku akan segera menghabisinya sampai tak berbentuk. Pengecualian kalau Lizzy memutuskannya sendiri ingin ikut orang tersebut dan meninggalkanku, aku akan merelakannya walau dengan berat hati. Meskipun itu akan sangat sakit rasanya, aku harus bisa menahan rasa sakitnya sebagai seorang laki-laki.

Setelah keluar dari ruang tunggu partisipan, kami pergi ke sebuah restoran terdekat untuk makan siang. Yah, semua pertandingan hari ini dari pagi hingga sekarang membutuhkan waktu yang cukup lama karena tidak ada batas waktu pada tiap pertarungan.

The Incarnation of Silver Hero [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang