Bagian 6

49 3 0
                                    

Seperti biasa untuk bepergian harus menanti di halte depan rumahku. Mentari mulai memancarkan sinarnya yang terang. Kendaraan lalu-lalang di jalan. Tak lama kemudian bis datang, segera aku mengambil tempat duduk agar tidak berdiri seperti kemarin. Di dalam bis tidak seramai seperti biasa. Ini membuat suasana lebih tenang. Bis sudah berhenti dan seperti biasa harus melangkah sepanjang 5 meter lagi untuk ke universitas.

Waktu terus bergulir. Tiba saatnya untuk menemuni Raj di Taj Mahal.

Saat di halte dekat universitas aku baru teringat sesuatu kalau Raj belum aku telpon lagi. Astaga kenapa bisa lupa, padahal itu adalah hal yang sangat penting. Kalau Raj tidak ada siapa yang kutemui di sana? Betapa cerobohnya aku. Ku cari nomornya lalu ku telpon. .........
"Halo, Ishani. Kenapa baru sekarang telponnya?" .
Aku merasa bersalah aku takut Raj akan marah.
" Hmm.. maaf Raj aku lupa tadi pagi mau menelponmu. Kau tidak marah denganku?" .
Terdengar tawa Raj dari ponselku, aku semakin bingung.
"Tentu saja tidak, apa kau bisa menemaniku?".
" Iya bisa Raj. Tunggu sebentar ya aku lagi menunggu bis disini." .
Sambil menelpon Raj, aku tidak melihat satu pun bis yang lewat.
" Apa aku menjemputmu sekarang?" .
Mendengar tawaran Raj, aku tidak bisa menerimanya, aku tidak ingin lagi menyusahkannya tapi jujur saja aku ingin bersama Raj. Sudahlah.
"Tidak Raj, terimakasih tawarannya. Aku sebentar lagi pasti akan sampai." .
" Hmm ....hati-hati di jalan ya." .
Mendengar suara tersebut, hatiku seakan-akan berdebar-debar. Aku tidak tahu ini apa tapi Raj sampai perhatian denganku. Ini malah menyulitkanku untuk melupakannya.
"Iya Raj terimakasih ya. Aku tutup dulu sampai nanti.".
Ponsel sudah kututup, bis rupanya sudah sampai. Segera ku masuk ke dalamnya dan duduk. Sepanjang jalan aku terus memikirkan Raj, menit demi menit berlalu namun tak terasa. Khayalanku semakin jauh tentangnya. Sampai-sampai bunyi daarrrrrrrrrr!!!!!!!............... ........
membuyarkan khayalanku serta kagetnya bukan kepalang. Bunyi itu ternyata dari ban bis itu. Masalah apa lagi ini, rasa bahagia baru kurasakan, tapi ternyata masalah ban bocor menghadang kebahagiaanku. Aku bingung bagaimana dengan Raj disana pasti menungguku. Setengah jam berlalu tapi bis pun belum bisa berjalan lagi. Aku mencoba menghubungi Raj tapi tidak bisa. Ponselnya tidak aktif. Aku terus berdoa kepada Allah semoga cepat selesai masalahnya. Tak lama kemudian akhirnya bis sudah bisa dijalankan.

Love In Taj MahalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang