Bagian 12

35 3 0
                                    

Di sepanjang jalan kami berbicara banyak, seperti sudah mengenal beberapa tahun. Ia ternyata juga cepat untuk berteman. Masih sekali ini memiliki teman dari kota. Aku kira dalam hidupku tak akan berteman dengan orang dari kota.

Dari hari ke hari aku sering berbicara padanya. Ia juga banyak berbicara setelah kami berteman sekitar satu bulan lebih. Lebih tepatnya sahabat, karena kemanapun ia pergi sering denganku.
__________________________________

Hari ini aku ajak ia mampir ke rumahku.
" Ayah, Ibu. Assalamualaikum!.", Ku ucapkan salam pada mereka.
Nampaknya rumah sepi karena toko manisan ibu juga sudah tutup. Padahal ini masih siang, biasanya masih nanti sore tutupnya.
" Waalaikumsalam!.". Terdengar suara ibu membalas salamku.
"Apakah kau lupa ayahmu sedang bekerja hari ini?".
"Hehe, Ishani lupa. Oh ya Bu, ini Rohan temanku.".

Ku perkenalkan Rohan pada ibuku.
" Assalamualaikum.", Salam Rohan pada ibuku.
Ibuku terkejut mendengar salam dari Rohan, ternyata juga beragama Islam seperti kami.
" Waalaikumsalam.", Balasan salam dari Rohan.
" Silahkan masuk, nak. Ishani cepat buatkan teh untuknya dan bawakan manisan di atas meja dapur.", Sambil mempersilahkan Rohan untuk duduk.
" Iya, Bu.", Segera ku laksanakan perintah ibuku.

Nampaknya ibu senang dengan kehadiran Rohan. Dari dapur Rohan dan ibu cepat membaur dan dalam beberapa menit saja sudah terdengar candaan mereka. Aku senang ibuku bisa menerimanya.

Setelah teh yang ku buat selesai, segera ku masukkan ke cangkir yang ku siapkan. Harus berhati-hati karena sangat panas. Perlahan-lahan ku masukkan dari cangkir yang satu ke lainnya. Sudah beres. Manisan ku taruh di atas piring. Cangkir berisi teh dan manisan ku taruh di atas nampan dan ku bawakan untuk mereka.

" Bu, Rohan adalah mahasiswa yang baru masuk sebulan yang lalu. Dia berasal dari Mumbai, dan........ -.", Ibu menghentikanku secara tiba-tiba.
" Iya, Ibu sudah tahu Ishani. Kami sudah saling berbincang. Ya kan, Nak?".
Rohan mengiyakan.
Lagi-lagi ketika aku berbicara Ibu menghentikan ku lagi. Aku jadi teringat dulu ketika aku bercerita tentang Raj. Sttttt... Ternyata sampai saat ini masih belum bisa kulupakan Raj.

" Maaf , Bi. Saya harus pamit sekarang. Hari sudah mulai sore. Ibuku akan mencariku nantinya.", Dengan menyatukan kedua tangannya, Rohan pamit untuk pulang.
" Baiklah hati-hati. Terimakasih sudah berkunjung ya, Nak.", Ucapan dari ibu.

Kami mengantarkan Rohan sampai luar rumahku. Kemudian ia naik bis untuk pulang.

Saat Rohan pulang, ayah juga pulang. Ayah bingung melihat Rohan, sebab belum pernah melihatnya. Ayah juga belum tahu kalau ia sekarang sahabatku.

Love In Taj MahalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang