Perasaan ini sudah lama hadir. Entah sejak kapan, segala hal di dirimu mampu menarik perhatianku
-Rheandra-
----
Mata Rhea melotot sempurna, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Dan pasokan udara seperti habis seketika.
Dia...
Dia...
-
---
Dia yang kemarin Rhea lihat di taman, Seseorang yang begitu bertanggung jawab atas kesalahannya dan menyukai anak kecil. Rhea semakin di buat kagum oleh sosok cowok yang akhir-akhir ini sering menghantui pikirannya.
Rhea tak menyangka jika ia satu sekolah. Entah keajaiban atau apa ia akan menyebutnya. Tapi sungguh, ia bersyukur bisa satu sekolah dengannya, meskipun ia tak mengetahui namanya.
Tanpa di sadari, Rhea kini telah duduk diatas tribun, menyaksikan seseorang disana yang tengah semangat mendribel bola dan memasukkannya ke ring basket.
Matanya berbinar dan sesekali mulutnya berdecak kagum memandang seseorang dilapangan sana. Begitu lincah hingga peluh keringat bercucuram di dahinya seiring ia berlari kesana kemari untuk mendribble bola basket. Rhea akui dia semakin tampan.
Mata Rhea membesar, kala melihat cowok itu tersenyum manis dan menampilkan suatu keindahan sendiri menurut Rhea, hanya dengan melihat cowok itu tersenyum, cukup berhasil membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Hanya seperti itu saja Rhea sudah merasakan debaran yang hebat, apalagi jika disapa ?. Mungkin ia tidak akan menyianyiakan kesempatan itu, atau mungkin ia akan menjadi patung seketika ?. Ah entahlah.
Sedang asik-asiknya mengamati seseorang disana yang tengah bermain basket, ia di kaget kan dengan Handphone yang bergetar di genggamannya. Terdapat notif whatssapp dari Adelyn.
Hampir saja ia lupa dimana posisinya sekarang, ia merutuki kebodohannya sendiri. Saking semangatnya ia melihat cowok itu ia nyaris terjebak di posisi yang tak aman.
Akhirnya Rhea cepat-cepat bangkit dari duduknya dan berlari menuju pintu keluar agar seseorang disana tak merasa jika sedari tadi ada yang memperhatikannya.
Tapi naas, ia telah menyadari bahwa ada seseorang yang telah memperhatikannya sejak tadi.
🍁🍁🍁
Menyisakan waktu istirahat berada di lapangan basket adalah suatu kebiasaan bagi Alta. Ia merasa tenang berada disini dibandingkan berada dikantin sekolah yang ramai dengan siswa-siswi, apalagi para perempuan yang akan caper terhadapnya.
Ia mengambil bola, berlari kesana kemari untuk mendribble bola dengan apik. Walaupun ia mengenakan seragam SMA bukan jersey tapi ia tetap bermain.
Ia tersenyum puas, tiap hari permainan basket yang ia mainkan semakin meningkat, tidak heran jika dia mendapat julukan kapten basket. Tidak hanya basket saja, ia juga menyukai musik--gitar lebih tepatnya. Baginya bermain gitar dapat melatih kosentrasi, dan menghilangkan stres.
Alta melihat kearah jam tangan yang bertenger manis di tangan kirinya, masih 20 menit sebelum waktu istirahat habis. Ia menyudahi permainan basket dan menuju ke kantin untuk membeli minuman saja karena ia tak lapar.
Saat Alta akan berbalik menuju kantin ia dapat melihat sedikit bahwa tadi ada bayangan seseorang yang telah memperhatikannya. Ia yakin jika tadi manusia bukan alien ataupun penghuni lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhealt
Teen FictionHatiku bukan layang-layang yang hanya terbang dengan sebatas bantuan temali. Bukan pula kupu-kupu yang hanya terbang mengitari keindahan bunga tanpa mau melihat keindahan lain. Tapi hatiku bak elang dengan sayap lebar nan kuat, tak ada keraguan untu...