Dengan kalian vote & coment cerita ini, aku jadi tambah semangat untuk ngelanjutin ceritanya! Makanya jangan lupa, vote & coment sekarang👍🏻❤
-----
Seperti hulu yang berharap sungai kembali, cinta terkadang tidak mebutuhkan balasan.
-Rheandra A.N-
🍁🍁🍁
Pupil mata Rhea membesar tatkala ia melihat seseorang yang terlihat berbeda. Wajah putih dan senyuman yang melekat pada wajah kedua orang disana membuat Rhea terus, terus, terus, terus, dan terus berpikir.
Bagaimana mereka bisa berada di sini ? Siapa yang mengizinkan dia pergi ke kamar orang? Oh, astaga apa dia menyelinap lewat jendela dan menemui adik-adik Rhea? Tak habis pikir, Rhea memikirkan banyak hal yang membuat otaknya terus berputar.
Tadi saja dia di abaikan, pura-pura tidak melihat, fokus bercanda bersama seseorang, terus kenapa malah dia mencari-cari Rhea? Dan ini malah masuk ke kamar Zeze. Rhea menghela nafas, ini Rhea yang salah akibat terlalu berharap yang aneh-aneh atau orang itu yang bermain-main.
Ah, jika sudah berfikir seperti ini, lebih baik Rhea menyingkirkannya sebentar.
"Hei?"
Suara berat itu mengangetkan Rhea.
Saat ia sudah tersadar, tubuh tegap, dada bidang dan aroma parfum mint menusuk-nusuk di indra pencium Rhea. Aroma yang memikat dan memabukkan ini membuat Rhea kehilangan kesadaran.
Ya, tanpa Rhea sadari tangan kanannya tengah berada di dada bidang seseorang yang ada di depannya.
Si pemiliknya pun tidak memberhentikan kejanggalan yang ada, malah ia membiarkan tangan itu berada di sana dan tanpa seseorang sadari, garis lengkung tercetak jelas diwajahnya.
Ide jahil terlintas di benak Alta.
Ia memajukan wajahnya terus menerus, hingga kini tinggal beberapa senti jarak di antara mereka.
Masih belum sadar, Alta menyunggingkan senyum dan kemudian kembali mendekatkan wajahnya.
"Gapapa kan?"
Terkejut.
Suara serak itu terdengar jelas di telinga Rhea. Nafasnya tercekat, seolah pasukan udara telah habis di sekitar nya. Ia melihat Alta tersenyum di jarak yang sangat amat dekat seperti ini. Senyum yang membuat darahnya berdesir, jantung berdetak lebih cepat dan rasa aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya.
Alta semakin maju dan hal itu membuat Rhea semakin mundur, hingga tidak ada celah lagi untuk Rhea. Rhea takut jika hal aneh akan terjadi. Dan tidak ada cara lain, ia pun memejamkan matanya.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
Tidak ada interaksi apapun yang Rhea rasakan, ia membuka matanya sedikit dan melihat Alta yang berada di depannya sambil mengerutkan kening, jarak yang awalnya dekat kini sudah tidak lagi seperti tadi.
Dan dengan santainya, Alta berjalan menuju Zeze.
Oh God!!!!!! Rhea tersadar, sejak dari tadi anak kecil itu berada di sini. Memperhatikan dia dan Alta. Seharusnya Rhea tidak berfikir yang aneh-aneh. Tidak ceroboh seperti ini. Bagaimana dengan Zeze tadi? Ia gadis kecil biasa yang melihat adegan aneh beberapa menit yang lalu.
"Ngapain bengong, Rhe ? Sini main sama Zeze. Dia cantik kan ??" tanyanya begitu santai.
Rhea menormalkan detak jantungnya dan berjalan menuju kedua orang di sana dengan perasaan canggung.
Bagaimana tidak canggung? Kejadian tadi membuat dirinya merasa bahwa ia seperti gadis yang berfikir kotor.
"Siapa yang bikin Zeze seperti ini ? Kamu terlihat cantik, Ze" Tanya Rhea sesampainya disana.
Gadis kecil itu berdiri dan bergaya, ia menampilkan senyuman cantik yang menghiasi wajah manis itu. Bibir yang sedikit memerah dan rambut yang tergerai, namun sedikit di selipkan.
"Maacih, Kak. Om Ala yang bicin Zeze tayak gini" ucapnya dengan menunjuk Alta.
Rhea terkekeh saat Zeze mengucapkan nama Alta, sebenarnya ia hanya terkekeh biasa untuk menghilangkan rasa canggung nya.
"Bukan Ala, tapi Alta! A l t a" jelasnya dengan ejaan
"Pokoknya icu ih" bibir mungil Zeze maju beberapa senti
"Unch, kamu gemesin sayang!!!" ucap Alta sembari menekan-nekan pipi chuby Zeze.
Rhea yang melihat kedua anak itu merasa terhibur, Alta yang sibuk dengan kedua pipi chuby dan Zeze yang sibuk memarahi Alta karena pipinya di tekan-tekan serta di cubit, sesekali Zeze mengadu pada Rhea, dan Rhea hanya bisa menegur Alta, namun Alta tak mengindahkannya.
Beberapa jam yang lalu, Aurel pun ikut bergabung dengan mereka, tak lupa juga ia membawa pancake yang ia buat sedari tadi.
Di tengah-tengah mereka bercanda, Rhea merasakan kehangatan sebuah keluarga. Kehangatan yang bertahun-tahun telah hilang di kehidupannya. Rasa kasih sayang dan kehangatan keluarga besarnya membuatnya ingin menangis, menangisi takdir yang ada di hidupnya. Namun percuma jika hanya menangisi takdir tapi tidak mau berusaha. Namun jiwa yang hampa, gersang, tanpa arahan, pendidikan agama, budi pekerti, tidak merasakan kehangatan keluarga dan kasih sayang kedua orang tua, kondisi dan suasana hancur menjadi pimicu semangat semangat untuk merubah nasib bagi Rhea. Dari pemikirannya ia tak boleh lemah, ia harus bangkit dan harus maju agar seseorang yang telah membuatnya seperti ini merasa kecewa. Merasa bahwa selama ini ia salah telah mengabaikannya. Ia selalu berusaha membuat bukti bahwa ia bisa. Bisa dalam mendirikan usaha kecil-kecilan sebagai modal kehidupannya sehari-hari. Biarpun nilainya tidak seberapa ia masih bersyukur atas usahanya.
"Kak Rhea, ayo sholat. Kak Altha yang jadi imamnya" ucap Aurel mengajak Rhea keluar dari kamar itu.
"Lho, terus Zeze kemana ?" tanya Rhea heran.
"Tadi udah sama kak Alta" jelas Aurel.
Rhea pun mengangguk.
Saat ia berada di perjalan menuju kamar mandi, ia berpapasan dengan Alta. Wajah putih itu kini basah karena air wudhu. Rhea mengakui, bahwa Alta jauh lebih tampan setelah berwudhu seperti ini. Seperti terdapat keindahan tersendiri.
Sekarang mungkin hanya bisa mengagumi secara diam. Karena hanya hal seperti itulah yang bisa di lalukan. Kata pengecut mungkin pantas di ucapkan sebagai julukan tidak berani mengatakan, dan hanya bisa memendam secara diam-diam.
🍁🍁🍁
Gatau gimana. Alurnya kayak aneh kan ?:')
20 vote kira-kira bisa gak??:vv
Maafin ya kalau belum bagus & masih banyak typo.
Salam dari
JEPARA❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhealt
Teen FictionHatiku bukan layang-layang yang hanya terbang dengan sebatas bantuan temali. Bukan pula kupu-kupu yang hanya terbang mengitari keindahan bunga tanpa mau melihat keindahan lain. Tapi hatiku bak elang dengan sayap lebar nan kuat, tak ada keraguan untu...