A/N : baca sampai akhir karena ada hal yang mengejutkan! BOOMMMMMMM!!!!!!!
----
Katanya rasa nyaman kepada seseorang itu lebih berbahaya dari jatuh cinta.
-Rizqi
Gadis cantik itu bergerak gelisah dalam tidurnya. Keningnya sesekali berkerut di tambah bulir-bulir keringat menghiasi keningnya.
Sesekali ia mengerang lirih. Dan siksaan yang ia rasakan di alam bawah sadar mencapai puncak pada detik itu juga.
Gadis yang berada di sampingnya mengerutkan kening kala melihat Rhea yanh bergerak gelisah.
'Apa kak Rhea selalu gelisah seperti ini saat tidur?'. Gumam Aurel dalam hati melihat raut wajah Rhea berkerut gelisah.
"Jangan..." seru Rhea lirih, mengigau saat Aurel hendak bangkit menemui seseorang.
"Tol...ong..." lagi lagi Rhea mengigau.
Aurel yang sudah tak tau ia harus berbuat apa langsung menuju lantai bawah, menemui pemuda yang sedang menonton acara berita.
Sang pemuda itu merasakan kehadiran seseorang pun lantas menoleh dan bertanya.
"Ada apa, Rel ?"
"Itu, kak Rhea. Dia meracau terus di tidurnya"
Rizqi menautkan keningnya pertanda ia tak paham. Aurel hanya berdecak dan menyuruh Rizqi menuju Rhea.
"Dia dari tadi ngigau terus, Kak. Terus badannya gak bisa diem" Ucap Aurel.
Rizqi berjalan mendekat dan duduk di pinggir ranjang.
Ia membelai rambutnya dan dia tampak lebih rileks.
Tangan yang satu ia gunakan untuk menggenggam tangan Rhea. Ia terkejut tatkala tangan kecil itu berkeringat dan dingin.
"Rel"
"Iya? Kenapa kak ?" tanya Aurel.
"AC-nya matikan, tangan Rhea dingin"
Aurel mangguk-mangguk dan mengambil remot AC. Setelah itu ia menyusul Zeze, mengingat Zeze, anak kecil itu tidak rewel sama sekali. Ia malah terlihat sedih melihat Rhea yang sakit maag. Tadi ia ingin ikut merawat bersama Aurel dan Rizqi namun Rizqi membelikannya sebuah makanan dan menyuruh Zeze menemui Bi Lastri.
Lantas, Alta kemana? Bukan kah dia yang mengantar Rhea pulang?.
Alta sedari tadi sudah pergi entah kemana. Ia hanya mampir sebentar dan kembali begitu saja. Aneh memang, yang awalnya perduli pun bisa diam-diam tidak perduli lagi. Kadang dunia semenyakitkan ini.
Rizqi bersyukur keadaan Rhea kembali normal, mungkin ia hanya mimpi buruk.
Hendak Rizqi meninggalkan kamar Rhea, namun pergerakan Rhea membuat Rizqi enggan meninggalkan nya. Ia duduk di tepi ranjang, menatap wajah damai Rhea yang tertidur dengan pulas.
"Ada apa, Rel? Kenapa balik?" tanya Rizqi saat ia mendengar derap langkah seseorang.
Aurel tersenyum kikuk, sebenarnya ia lupa akan sesuatu.
"Itu kak. Tadi aku lupa mau ngapain. Jadi aku kembali ke sini, siapa tau aku bisa ingat tadi tujuan ku mau apa" ujarnya polos.
Rizqi hanya bisa melongo melihat sikap absurd adik Rhea.
Rizqi mengetukkan jemarinya di dagu, layaknya berfikir.
"Bukannya kamu mau nemuin Zeze?" tanya Rizqi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rhealt
Teen FictionHatiku bukan layang-layang yang hanya terbang dengan sebatas bantuan temali. Bukan pula kupu-kupu yang hanya terbang mengitari keindahan bunga tanpa mau melihat keindahan lain. Tapi hatiku bak elang dengan sayap lebar nan kuat, tak ada keraguan untu...