1. Awalan

341 36 7
                                    

Agatha berlari dan melompat kesana kemari menelusuri koridor sekolah. Seperti biasa dia selalu ceria dan bersemangat.

"Dan kau hadir mengubah segalanya menjadi lebih indahh ohhhhh." Agatha bernyanyi dengan suara yang sangat keras.

Untung pagi itu Sekolah masih sepi, sehingga tidak akan ada telinga yang pecah mendengar suara indah Agatha.

Agatha terus bernyanyi kadang dia berputar-putar dan menari.

Itu sudah menjadi kebiasaannya. Bernyanyi dengan suara yang keras. Walaupun suaranya kadang Falls, dia akan tetap terus bernyanyi. Menurutnya hal itu bisa membuatnya tenang.

Dia tidak sadar, dari kejauhan ada yang sedang tersenyum melihat tingkah lakunya itu.

***

"Tha', lo kalau gue tembak mau nggak?"

Agatha mengerutkan dahinya menatap orang yang melontarkan pertanyaan itu barusan.

"Janganlah, Gue masih pengen hidup." Jawabnya datar.

"Terus kalau lo nggak mau, yang jadi bahan percobaan pistol mainan adek gue siapa?" Ucap Fikri memutar bola matanya, mencari Mangsa.

"Gue aja Fik, Tapi pelurunya harus peluru cinta dan kasih yang di sertakan rasa sayang." Jawab Nila cepat di sertai tawanya.

"Gue sih juga mau!" Sambung Agatha bersemangat.

"Kalian berdua nggak suka sama gue kan?" Tanya Fikri serius.

1

2

3

"Hahaha." Tawa Agatha dan Nila pecah.

"Kalau gue suka sama lo berarti di dunia ini udah nggak ada lagi cowok lain selain lo." Jawab Agatha masih tertawa diikuti Nila.

Fikri hanya menggaruk tengkuk kepalanya. Kemudian menjitak kepala kedua sahabatnya itu.

"Ngajak berantem lo?" Nila mengepalkan tangannya di depan wajah Fikri.

"Nggak. Gue ngajak buat ke kantin." Fikri menarik tangan kedua gadis itu keluar dari kelas.

Agatha, Fikri, dan Nila bersahabat sejak mereka masuk SMA. Waktu itu Agatha duduk bersama Nila dan kebetulan Fikri duduk di belakang mereka berdua, Sehingga mereka sering menghabiskan waktu untuk bercanda satu sama lain. Mungkin karna takdir. Mereka di pertemukan lagi di kelas X1 Ipa 3.

Sekarang mereka bertiga sedang berjalan di lorong sekolah.

"Menang banyak lo Fik, di kelilingin dua cewek cantik." Teriak Rian siswa kelas lain.

"Menang banyak gimana? Mereka berdua tuh jadiin gue Bodyguardnya. Dan apa lo bilang tadi cewek cantik? Mines tuh mata lo!"

Rian hanya terkekeh lalu pergi entah kemana.

Agatha dan Nila menatap tajam ke arah Fikri. Fikri bergidik ngeri dia menaikkan tangannya berbentuk Piss lalu berlari meninggalkan dua cewek itu.

Spontan Agatha dan Nina mengejar Fikri

"Kita tau lo pasti cuman gengsi buat ngakuin kita cantik." Teriak Agatha dan Nina bersamaan kemudian mengejar Fikri yang sudah jauh.

Siswa lain hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan mereka. Mereka tidak heran melihat tingkah tiga orang itu yang kekanak-kanakan. Tak jarang mereka saling mengumpat satu sama lain dan hal yang paling sering lakukan adalah saling kejar-kejaran.

Tapi satu hal yang paling penting. Tidak ada yang berani menyakiti dua gadis itu karna Fikri akan selalu melindunginya. Kedua gadis itu bagaikan ratu yang di jaga oleh pengawalnya. Dan mereka sangat bersyukur memiliki Fikri.

***

"Fik, hari ini lo bayarin gue ya."

"Lah, nyokap lo bangkrut?" Tanya Fikri serius. Agatha sontak memukul bahu Fikri kuat, mendengar pertanyaannya barusan.

"Dasar monyet, gue kan cuman nebak." Cibir Fikri mengusap bahunya.

"Bayarin aja sih Fik, pelit amat lo sama teman sendiri." Tambah Nila yang dari tadi serius memakan Baksonya.

"Duit gue ketinggalan di kelas, masa lo tega biarin gue balik buat ngambil duit." Agatha memasang pupy eyesnya dan menatap Fikri lekat.

Fikri menatap Agatha serius dan tersenyum manis

"Maaf banget Tha', tapi sayangnya gue tega." Lanjut Fikri memasang wajah datarnya.

Agatha hanya mendengus lalu menatap Nila serius. Belum sempat Agatha berbicara Nila sudah mengeluarkan selembar uang 20 ribu dari kantongnya.

"Maaf Tha', duit yang gue bawa kesini juga pas." Kata Nila terkekeh.

"Terus yang bayarin bakso gue siapa dong?" Agatha meletakkan sendoknya dan menjauhkan mangkuknya yang masih berisi dua buah bakso besar.

Fikri menepuk pundak Agatha kemudian menatap gadis itu serius.

"Gue nggak mungkin tega biarin lo kelaparan, lo habisin aja baksonya. Lo tenang aja, gue bakalan fotoin lo saat lo nyuci piring nanti, dan gue bakalan kasih tahu teman-teman kalau lo udah nggak sanggup bayar makanan lo." kata Fikri panjang lebar, kemudian disusul tawanya. Nila pun ikut tertawa.

Agatha mengerucutkan bibirnya. Dia menatap Fikri kesal.

"Aw, sialan lo Tha'." Fikri melompat-lompat mengusap-usap kakinya yang baru saja di injak oleh Agatha.

"Makanya jangan rese' jadi orang." jawab Agatha tersenyum kemenangan.

Sedangkan Nila? Dia hanya tertawa melihat dua sahabatnya itu.

"Eh btw Tha' hari ini di Ips 3 ada anak baru. Ganteng, Kayaknya dia bakalan jadi mostwanted SMA Merah Putih." Ujar Nila kemudian.

"Masih gantengan gue." Kata Fikri percaya diri.

Nila memajukan wajahnya menatap Fikri serius, memperhatikan setiap sudut wajah laki-laki itu. Sedangkan yang di tatap hanya tersenyum sok ganteng.

"Muka lo masih jauh, kalau di bandingkan si Aska."

"Uhukk." Agatha tersedak mendengar nama yang di lontarkan Nila barusan.

Nila cepat-cepat memberikan Agatha Es lemon. Agatha meminumnya sampai ke titik terakhir.

"Kenapa lo?" Tanya Fikri yang sedari tadi bingung menatap Agatha.

"Nggak, Gue tadi makannya buru-buru takut bel masuk bunyi." Jawabnya lalu kembali memakan makanannya.

Fikri terus menatap Agatha, dia tahu ada yang berbeda dari Agatha saat Nila menyebutkan nama Aska

"Gue harap itu bukan lo, gue belum siap gimana gue bersikap sama lo" Batin Agatha.

"Nama lengkapnya siapa Nil, gue pengen cari dia?"

"Mau ngapain lo cari dia?"

"Mau bandingin mukanya sama muka gue."

Nila menghembuskan nafasnya kasar.

"Nggak usah bandingin, percuma!" Tegas Nila. Fikri berdecih lalu merusak rambut Nila kasar.

"Risky Alaska Mananta."

My Boyfriend AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang