6. Jalaninnya sama gue, jangan sendirian!

151 24 1
                                    


"Kalau misalnya nanti gue nggak ngenalin lo, saat kita ketemu nanti gue bakalan tetap jatuh cinta sama lo, gimanapun keadaannya. Itu janji gue!"

"Promise!" Agatha menautkan kelingkingnya dan Aska. Lalu saling tersenyum.

"Cinta pertama lo siapa?"

"Ada cowok, dia ganteng, banget malah. Tapi gue nggak jatuh cinta karna wajahnya. Gue jatuh cinta karna tatapannya. Saat dia natap gue rasanya jantung gue berpacu lebih cepat."

"Dan lo tau nggak dimana pertemuan pertama gue?" sambungnya lagi.

"Dimana?"

"Di kafe, disana kita ketemu untuk pertama kalinya, Saat itu gue cuma bersikap biasa aja sampai ketika manik mata kita berdua bertemu, itu benar ngebuat gue salah tingkah. Dan yang kedua di Masjid."

"Kalian cuman saling tatap-tatapan lalu jatuh cinta?" Lelaki itu mengangkat satu alisnya, Bingung.

"Awalnya gue fikir ini cuman perasaan biasa, sampai suatu hari dia datang ke rumah gue, dan lo tau apa yang dia cari?"

"Apa? "

"Nomor telfon!."

"Nomor telfon lo?"

"Bukan, tapi nomor telfon nyokap gue."

Agatha terkekeh, mau tidak mau Aska ikut tersenyum.

"Ngapain dia minta nomor telfon nyokap lo?"

"Awalnya gue nggak tau, sampai malamnya dia nelfon ke nyokap gue. Dan lo tau nggak, dia nelfon cuman buat minta nomor gue. Kan dia bisa langsung minta aja ke gue."

"Tapi pas gue tanya, jawabannya gini, Gue mintanya sama mama lo supaya sekalian minta restu."

Aska tertawa senetral mungkin, mendengar apa yang di katakan Agatha, ada perasaan gelisah, takut, dan penasaran di dalam dirinya. Aska dapat melihat bagaimana Agatha begitu bersemangat menceritakan tentang cinta pertamanya.

"Apakah ini akal Agatha untuk menolaknya?" Pikir Aska

Iya, Aska hanya melihat semangat itu, tapi tidak dengan kesedihan yang di rasakan oleh Agatha.

"Lo tau nggak?" Agatha kembali bersuara.

"Ada banyak hal yang belum gue lakuin sama dia, sebelum dia pergi. Sampai dia balik lagi dan semuanya udah beda, dia nggak ingat sama gue." Sambung Agatha lagi, suaranya sedikit bergetar, lama kelamaann air mata Agatha mengalir dari Penampungannya, Agatha menangis.

Aska yang melihat itu, panik kemudian tangannya spontan menarik Agatha kepelukannya, membiarkan gadis itu menangis. Aska menepuk-nepuk pundak Agatha. Mencoba menenangkannya.

"Gue takut dia nggak bakalan ingat lagi sama gue." ucap Agatha, tangisnya semakin pecah. Tangis yang sudah di pendam selama dua tahun.

Agatha selalu percaya ingatan Aska kembali, tapi dia takut dia akan berada di titik di mana dia lelah.

Sekarang Aska memang berada di dekatnya, tapi bukan Aska yang dulu. Agatha merasa sedikit asing dan dia tidak suka itu. Rasanya sangat sakit ketika orang yang kita cintai, kini berada dekat dengan kita tapi dia melupakan semuanya.

Aska hanya membiarkan Agatha terus menangis. Sekarang pikirannya sudah berkeliaran. Perasaan takut itu kembali lagi, lalu sekarang bagaimana dengan perasaan Aska, siapa yang akan bertanggung jawab?

Biarlah kali ini Aska bertindak egois, dia tidak mau tau siapa orang yang membuat Agatha, begitu terluka. Dia hanya ingin menjadi pengganti orang itu.

Kini Agatha telah berhenti menangis, Dia melepaskan pelukan Aska. Lalu mendongakkan wajahnya menatap Aska, tak peduli dengan wajahnya yang berantakan akibat menangis.

"Sampai kapan gue harus nunggu?"

Tangan Aska bergerak merapikan rambut Agatha yang berantakan.

"Lo nggak usah, Nunggu. Cukup jalanin apa yang sekarang ada di depan mata lo!"

Kini Aska kembali menatap Agatha, Mata mereka bertemu cukup lama. Sampai akhirnya Agatha tersenyum. Aska yang sedikit bingung hanya ikut tersenyum.

Agatha kini mengerti, benar kata Aska. Dia cukup menjalani apa yang sekarang ada, tidak perlu menunggu Aska mengingatnya. Agatha cukup peka jika masalah perasaan, dan tentang perasaan Aska, dia percaya Aska kembali jatuh cinta kepadanya. Seperti janjinya dulu.

"Benar kata lo, gue nggak perlu nunggu, cukup jalanin apa yang ada di depan mata. Dan sekarang gue bakal jalanin semuanya."jawab Agatha mantap.

"Jalaninnya jangan sendirian, tapi sama gue!" pinta Aska membuat Agatha mengangguk.

**

"Dari mana lo?" tanya Fikri melihat Agatha yang baru saja datang ke kelas.

"Dari nyari harta karun." jawab Agatha santai, kemudian duduk di kursi miliknya.

Belum sampai bokong Agatha di bangkunya, Fikri dengan cepat menarik kursi itu membuat Agatha terjatuh ke lantai.

Fikri tertawa puas, sedangkan Agatha meringis kesakitan kemudian bangkit menatap Fikri tajam. Agatha melayangkan pukulan ke tengkuk kepala Fikri membuatnya meringis. Kini giliran Agatha yang tertawa. Lalu kembali ke tempat duduknya.

"Dasar cewek kasar!" umpat Fikri, membuat Agatha membalikkan wajahnya dan memberikan Fikri tatapan mematikannya.

Fikri yang tidak peduli tatapan Agatha, menarik hidung Agatha membuat pemiliknya berteriak. Fikri terus melakukan Aksi gilanya, membuat Agatha kehabisan nafas.

Bruk

Agatha pingsan, untung ada meja yang menahan tubuh Agatha. Fikri yang dari tadi tertawa kini panik. Teman kelasnya pun ikut panik.

Fikri menepuk-nepuk wajah Agatha, tapi dia masih tidak sadarkan diri.

"Agatha."

"Tha'."

"Lo bercandakan?"

Fikri menggoyangkan pundak Agatha, tapi masih tidak ada respon.

"Lo apain dia Fik, kok bisa sampai pingsan begini?" tanya Enal teman sekelasnya.

"Gue tadi cuman bercanda, narik hidungnya." jawab Fikri panik di tambah rasa bersalah di wajahnnya

"Lo sih mainannya keterlaluan."

"Ah berisik lo semua!"

Fikri dengan cepat menggendong Agatha, hendak membawanya ke UKS. Dia tidak tau kalau Agatha akan pingsan karna ulahnya.

"Tha', Ya Allah. Maafin gue." ucap Fikri frustasi. Dia berlari ke arah UKS. Banyak siswa yang bertanya kepadanya, tapi tak di gubris oleh Fikri sama sekali.

Nila yang baru datang dari arah kantin, ikut panik melihat Fikri.

"Agatha kenapa Fik?"

Fikri tak menjawab Nila. Dia terus berlari.

Sesampai di UKS, Fikri meletakkan tubuh Agatha ke tempat tidur dengan hati-hati.

"Kenapa sampai pingsan gini sih?" tanya Nila.

Fikri menghembuskan nafasnya kasar "Gue yang salah. Tadi gue narik hidungnya sampai gue nggak sadar kalau dia udah kehabisan nafas."

"Fikri!" Teriak Nila emosi.

"Gue minta maaf, tapi sumpah gue tadi cuma bercanda."

Nila yang melihat wajah Fikri sudah pucat, mungkin karna Panik. Menahan amarahnya.

"Gue ke kantin dulu, beliin dia roti. Mungkin dia belum sarapan." ucap Fikri pelan.

Nila hanya mengangguk.

Fikri melangkah keluar dari UKS, sebelum Fikri menghilang dari pintu. Suara teriakan menghentikkan langkahnya.

"Jangan cuma roti, sekalian sama Baksonya!"

My Boyfriend AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang